High Heels

Rabu, Juli 09, 2008
Sewaktu mengatakan kepada seorang teman kalau saya ingin menulis tentang high heels, komentarnya singkat, "frat, frater itu frater, bukan penulis mode". Menyebalkan. Tapi dia 100 % benar. Hanya saja saya benar-benar ingin menulis tentang perlengkapan wanita yang satu ini yang katanya, "bisa membuat wanita merasa lebih cantik, seksi dan percaya diri".

Mengapa? Saya tinggal di Manado. (Well, bukan di Manado pusat kota, agak di pinggiran tepatnya). Seingat saya dua tahun yang lalu sepatu model ini hanya dikenakan dalam acara-acara besar semacam resepsi perkawinan. Jarang sekali dipakai ketika jalan-jalan di mall atau di pusat-pusat perbelanjaan sejenisnya. High heels, 2 tahun lalu di Manado, bukanlah pelengkap dandanan harian seorang wanita. Sekarang? Anda pasti bisa menebak. Wanita dengan high heels adalah pemandangan biasa. Saya tidak tahu pasti kapan tren ini mulai. Karena sejak akhir 2006 sampai pertengahan 2008 saya bertugas di luar Manado.


"Frat, desain untuk iklan itu mestilah kreatif, out of the box. Contoh, untuk menerangkan bahaya high heels pada tubuh seorang wanita gak usah berpanjang-panjang dengan kata-kata kayak peringatan bahaya merokok di bungkus rokok. Pasang aja gambar high heels tapi alasnya tu paku-paku tajam yang bermunculan bagian runcingnya," begitu kata teman saya suatu malam di tengah diskusi kami tentang tugas akhir kuliahnya.


O ok. Jadi high heels itu sebenarnya berbahaya bagi tubuh wanita. Beberapa artikel di majalah wanita, yang saya temukan, membenarkan hal itu: high heels berbahaya untuk wanita!


Nah, sampai di sini saya mulai heran. Jelas-jelas sepatu model ini berbahaya tapi sampai sejauh ini, minimal sejauh yang saya tahu, belum ada laporan yang menyebutkan bahwa angka penjualan high heels merosot tajam. Belum pernah. (Kalau anda pernah membacanya tolong forward ke alamat email saya: arismsc@gmail.com). Di Manado jadi tren. Kok bisa? Beberapa teman saya berkilah, "cantik 'kan ada harganya frater. Badan korban dikit gak papalah".


Saya sering dicurhati tentang betapa tidak adilnya Tuhan, mengapa Dia berbuat begini dan begitu, mengapa Dia mengijinkan penderitaan atau membiarkan penderitaan terjadi, dst, dst. Pokoknya saya sering mendengar orang mengeluh tentang Tuhan dan niat mereka untuk berhenti berharap kepada Tuhan.


Tahukah anda apa yang ada dalam pikiran saya demi melihat tren high heels di satu sisi dan ingat curhat orang tentang Tuhan di sisi lain? Ini: mengapa orang tidak gampang mengeluh ketika menderita karena high heels? Tetapi mengapa orang suka mengeluh dan mengecam Tuhan ketika menderita karena sebab-sebab lain?


Mungkin jawabannya: karena penderitaan yang katanya "diijinkan atau dibiarkan" Tuhan itu tidak membuat orang tambah cantik atau tambah ganteng. Padahal bukan hanya cantik atau ganteng saja yang ada harganya, beriman juga. Serius!

3 komentar:

Anonim at: 9/7/08 1:04 PM mengatakan...

frater..
high heels yang model stilletto itu yang bisa bikin, varises bahkan saya pernah baca...bisa membuat kandungan wanita jadi kurang bagus....

kalo yang jenis pumps..ini yang rada2 aman.....

tapi kadang perlu juga frat pake high heels..untuk mengencangkan otot kaki........

begitu yang saya tahu......

Anonim at: 9/7/08 4:36 PM mengatakan...

whuah... terbukti kan...
"high heels" begitu menginspirasi......
-mega-

{ Sarah Audrey Christie } at: 12/8/08 5:42 PM mengatakan...

Tentang high heels, saya setuju tentang adanya harga yang harus dibayar untuk menjadi lebih cantik. Menurut saya ikut Tuhan dengan segenap pengorbanan yang kita lakukan, juga akan membuat kita lebih cantik dan ganteng. Saya seringkali bertemu dengan hamba2Nya yang diurapi dan saya melihat wajah mereka 'bersinar' dalam sukacita, dan selalu tampak lebih mempesona daripada orang-orang kebanyakan. Jadi tentu saja. Ikut Tuhan dapat berefek pada semakin cantik dan tampannya penampilan Anda.

Dari: Sarah Audrey Christie
www.womenofheaven.blogspot.com