Remember Our Saints: St. Tomas

Jumat, Juli 03, 2009

Hari ini, tanggal 03 Juli, Gereja merayakan Pesta Santo Tomas, seorang dari kedua belas rasul.

Tomas terkenal di antara para rasul karena selalu ingin mendapat kepastian. Ketika Yesus berangkat ke Yudea untuk membangkitkan Lazarus, Tomas hanya tahu dengan pasti bahwa Yesus akan menemui ajal-Nya di sana. Maka ia berkata, "Mari kita pergi juga untuk mati bersama dengan guru kita". Pada perjamuan malam terakhir, Tomas minta petunjuk yang jelas, "Kami tidak tahu ke mana tuan pergi; oleh karena itu bagaimana kami dapat mengetahui jalannya?" Yesus menjawab, "Aku ini jalan, kebenaran dan kehidupan". Sesudah kebangkitan, Tomas minta bukti dengan jelas, "Kalau saya tidak melihat bekas paku dalam tangan-Nya dan memasukkan jariku ke dalam bekas paku itu, saya tidak percaya". Tetapi ketika Yesus memberinya bukti jelas itu, Tomas percaya dan mengakui, "Ya Tuhanku dan Allahku". Kepercayaan ini diwartakannya kepada orang-orang lain, rupa-rupanya sampai ke India.

Kitapun percaya kepada Kristus, Tuhan dan Allah kita. Kita juga kadang-kadang menghendaki bukti yang jelas. Tetapi Kristus berkata, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya". Marilah kita percaya kepada Tuhan meskipun tidak melihat Dia dengan mata kepala sendiri.

(Dari: Anggota Keluarga Allah, 1974)

Inspirasi Hari Ini

Rabu, Juli 01, 2009

Dari Handphone Turun ke Hati

Selamat tinggal era 'Dari mata turun ke hati". Selamat datang di era 'Dari handphone turun ke hati'.

??????????

Suatu malam. Belum lama ini. Saya dan beberapa teman berbagi cerita tentang berbagai macam hal. Dan yang paling saya ingat dari percakapan ngalor-ngidul itu adalah panggilan-panggilan nyasar yang mampir ke telepon genggam kami.

Modusnya hampir selalu sama. Dimulai dari satu missed call dari nomor tak dikenal. Kalau tidak ada tanggapan, missed call yang kedua. Ketiga. Keempat.

"Siapa ini?" adalah tanggapan kami, setelah hilang kesabaran, terhadap penelepon misterius yang pantang menyerah ini.

"Ini siapa?" adalah tanggapan baliknya.

Kok?

Lalu dimulailah sesi 'interogasi'.

"Dapat nomor saya dari mana?"

"Iseng aja mencet-mencet HP, eh masuk ke nomor kamu. Kamu siapa?"

Babak perkenalan dibuka.

Bukan hanya modusnya yang hampir selalu sama. Siapa dan apa yang dikatakan pun nyaris seragam. Penelpon 'asal pencet' ini biasanya wanita (dari kota yang sama atau berbeda) yang mengaku yang baru saja patah hati atau sudah menjomblo untuk beberapa waktu lamanya.

Dengan niat baik, kami meladeninya. Apa ruginya?

Yang menakjubkan saya adalah setelah sms-an dan telepon-telepon-an beberapa kali (tanpa pernah bertemu muka barang satu kalipun!), sang wanita ini mengajak jadian—sudah saatnya pepatah 'Dari handphone turun ke hati" diperkenalkan.

Rupanya handphone sudah menjadi sejenis obat baru yang dipercaya bisa mengusir kesepian dan putus asa.

Sampai di sini wanita-wanita asal pencet ini sesungguhnya tidak sendirian.

Pernahkah Anda ber"pa kbr?" dengan seseorang? Tidak perlu dijawab. Yang perlu dijawab adalah apa yang mendorong Anda mengirim sms itu padanya.

Sekedar keep in touch?

Basa-basi?

Perhatian?

Keep up date?

Semua termasuk. Ok. Kalau kesepian?

Belakangan saya baru sadar kalau kesepian bisa menjadi alasan utama menghubungi orang lain.Tentu saja tidak dibuka dengan sms konyol, "Hi, lagi lonely neh". Kelihatannya ingin keep in touch, basa-basi, perhatian dan keep up date tetapi yang terjadi sebenarnya adalah sedang kesepian dan butuh teman ngobrol.

Seorang Romo nyentrik pernah bertanya kepada saya, "Tau gak kepanjangan SMS?"

"Gak".

"SMS itu Selangkah Menuju Selingkuh".

Jika Anda menghubungi seseorang ketika Anda sendiri sedang berada dalam kesepian dan seseorang itu bukan pasangan Anda (apalagi seseorang itu pasangan orang lain), bisa jadi kata-kata Romo nyentrik ini akan terbukti.

Sekarang zamannya, "Dari handphone turun ke hati', bukan?

Jadi, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan" (Mat.26:41)