Musim Hujan Tiba

Minggu, Mei 29, 2011

Berita di televisi mengabarkan, tahun ini, musim hujan di Jepang tiba lebih cepat dari biasanya.

Itu berita tiga hari yang lalu.

Di Nagoya, Jumat (27/05), awan mendung menggantung sepanjang hari.

Kemarin, Sabtu, sejak pagi-pagi buta, hujan mulai mengguyur Nagoya. Sepanjang hari.

Sampai sekarang. Musim hujan dimulai.

Menurut ramalan cuaca, hujan tidak akan berhenti sampai besok siang.

Di luar jendela kamar saya, burung-burung ini menikmati berkat dari Tuhan.

Mereka kelihatan tidak terganggu.

Damai. Menikmati.

Waiting

Sabtu, Mei 28, 2011
Something worth having is something worth waiting for - Anonim

Diari Hari Ini

Jumat, Mei 27, 2011
Ceramics Craft Studio. Ke sanalah kami, seluruh peserta kursus bahasa Jepang di YWCA, lembaga kursus bahasa Jepang, pergi. Kami berlatih membuat keramik. Berlatih, istilah yang tidak tepat karena kami hanya mendengar penjelasan dari karyawan studio selama tidak kurang dari 10 menit tentang dasar-dasar membuat keramik. Sesudah itu, mulai pukul 10.40-12.15 kami, tiba-tiba, menjadi seniman keramik dadakan.


Peralatan yang dipakai untuk membuat keramik.


Mulai...

Hasilnya adalah...


Saya menghabiskan kurang lebih dua jam untuk mendapatkan hasil di bawah ini.
Bagaimana Tuhan membentuk wajah kita dengan detail-detail yang mengagumkan? Jawaban teman yang duduk di depan saya, "Itulah sebabnya Dia Tuhan". Sederhana. Masalah selesai. Terpujilah Tuhan yang membentuk kita sedemikian ini dengan tangan-Nya sendiri.


Pukul 12.15 waktu selesai. Bersih-bersih. Bersiap pulang.


Kami berbagi ruangan dengan anak-anak Sekolah Dasar ini.


Tentu saja studio keramik ini memiliki pembuat keramik profesional.

Hari yang menyenangkan...

Mulai Aja Belon

Kamis, Mei 26, 2011

Di awal tahun ini, di biara ini, diadakan perayaan syukur Natal 2010 dan Tahun Baru 2011.

Perayaan ini dihadiri oleh romo-romo MSC (Misionaris Hati Kudus Yesus) dan suster-suster PBHK (Putri Bunda Hati Kudus) yang sedang berkarya di Jepang. Hadir pula beberapa umat.

Di kesempatan ini saya dan teman saya yang baru tiba dari Indonesia akan diperkenalkan.

Mengingat kami berdua baru sebulan di jepang, kami disarankan oleh romo pemimpin biara untuk memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang.

Karena "It will be a big surprise for everybody, no?". Rupanya belum pernah ada orang yang baru tinggal sebulan di Jepang dan langsung bisa bercas-cis-cus dengan lancer.

Jadilah kami menyiapkan perkenalan singkat berisi hal standar seperti nama, asal, tujuan datang ke Jepang dan kesan pertama tentang Jepang. Kemudian perkenalan, yang setelah ditulis ternyata tidak singkat, itu diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang.

Kami harus menghafalnya. Selama 7 hari.

Entahlah teman saya, tapi pada hari pertama pikiran saya sangat kreatif; kreatif mencari alasan, pembenaran dan seseorang untuk disalahkan.

Seperti, "Ntar kalo salah ngomong di tengah jalan juga pasti orang ngerti. Baru sebulan di Jepang ini".

Seperti, "Kalo di tengah jalan tiba-tiba pikiran blank dan bikin malu, tinggal kasih tahu saja siapa yang harus disalahkan".

Pernahkah Anda mengalaminya?

Pikiran Anda bergerak kreatif mencari alasan, pembenaran dan seseorang untuk disalahkan. Padahal, mulai aja belon!

Kegagalan seperti juga penyesalan (dan polisi, kata orang) biasanya ada di akhir kejadian.

Tetapi ada jenis kegagalan yang sudah tercium bahkan sebelum kejadian sesungguhnya dimulai.

Kegagalan tercium sejak awal jika mulai aja belon pikiran kita sudah bergerak kreatif ke mana-mana mencari alasan, pembenaran dan seseorang untuk disalahkan.

Tentu saja setelah menemukan alasan dan pembenaran dan seseorang untuk disalahkan, perasaan kita menjadi tenang untuk memulai sesuatu. Tetapi usaha kita tidak lagi 100 %. Dan karenanya, kemungkinan gagal menjadi lebih besar.

Di hari keenam, di kamar mandi, saya memutuskan untuk berhenti mengasihani diri sendiri dan berhenti mencari alasan.

P.S: Adakalanya keputusan serius dibuat di tempat yang tidak serius, seperti kamar mandi.

Ayat Pegangan di Masa Sulit

Rabu, Mei 25, 2011

"Apabila orang-orang benar itu berseru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya" (Mzm. 34:18)

"Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku. Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya; Ia memberi hujan ke atas muka bumi dan menjatuhkan air ke atas ladang; Ia menempatkan orang yang hina pada derajat yang tinggi dan orang yang berdukacita mendapat pertolongan yang kuat. Ia menggagalkan rancangan orang cerdik, sehingga usaha tangan mereka tidak berhasil; Ia menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya sendiri, sehingga rancangan orang yang belat-belit digagalkan" (Ayb. 5:8-13)

"Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" (Mat. 6:26)

"Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian… Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka" (Luk. 6:32-33.35a)

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Rm. 8:28)

"Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu" (Yak. 4:13-15)

"Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan! Aku menyangka dalam kebingunganku: "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu." Tetapi sesungguhnya Engkau mendengar suara permohonanku, katika aku berteriak kepada-Mu minta tolong" (Mzm. 31:22-23)

"Kuatkanlah hatimu dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN" (Mzm. 31:25)

(Foto diambil di sini)

Mendengarkan 'Billionaire' Selama Tiga Hari

Selasa, Mei 24, 2011

Saya tidak ingat persis kapan kebiasaan ini dimulai.

Agak aneh.

Saya bisa mendengarkan satu lagu dan hanya satu lagu (!) selama waktu tertentu. Lagu yang sama saya putar berulang-ulang. Waktu tertentu itu bisa seharian, seminggu bahkan ada yang sampai dua minggu penuh.

Dan sesudah kurun waktu tertentu itu saya kehilangan minat terhadap lagu tersebut.

Lagu itu seperti misalnya, What A Wonderful World-nya Louis Armstrong (dua minggu).

Listen To Your Heart-nya Roxette (satu malam).

One Day At A Time-nya Lynda Randle (lebih lama, tiga minggu).

Ordinary People-nya John Legend (satu minggu).

Billionaire-nya duet Travie McCoy dan Bruno Mars (tiga hari, termasuk menghafal liriknya dan menyanyi di kamar mandi).

Sekarang, Poker Face-nya Lady Gaga (mulai kemarin).

Dua hari yang lalu kebiasaan yang aneh ini mendapatkan penjelasan yang masuk akal.

Seseorang menerangkan kepada saya bahwa lagu-lagu itu menimbulkan perasaan senang, bahagia, optimis, penuh harapan dan peneguhan.

Lagu-lagu itu, katanya, pemicu kegembiraan (trigger of joy). Itulah sebabnya, "Kamu bisa mendengarkannya berulang-ulang".

Menurutnya, tiap-tiap orang memiliki pemicu kegembiraan. Untuk saya, pemicu itu lagu.

Untuk dia, melihat foto-foto anak-anaknya waktu kecil (beliau memiliki dua orang putrid yang kini berusia 19 dan 21 tahun). Foto-foto itu memicu kegembiraan dalam dirinya.

Mengapa hanya foto-foto tatkala mereka masih bayi? "Waktu itu mereka sedang lucu-lucunya dan belum banyak menimbulkan masalah seperti sekarang" alasannya.

Beliau menyarankan agar saya memulai hari dengan mendengarkan lagu yang bisa memicu kegembiraan.

"Selalu lebih baik memulai hari dengan perasaan gembira dan optimis" pesannya.

Baiklah.

Apa pemicu kegembiraan dalam diri Anda?

P.S: Saya lupa menanyakan kepada beliau, mengapa saya tergila-gila dengan Billionaire selama tiga hari?

Penghayatan Tidak Biasa

Minggu, Mei 22, 2011

Roti tawar bikinan sendiri untuk sarapan setiap pagi. Di samping meja makan di tempat di mana roti itu diletakkan terdapat roti yang baru jadi dan roti yang tinggal sedikit lagi habis.

A melihat B memilih roti yang baru jadi ketimbang menghabiskan terlebih dahulu roti yang tinggal sedikit itu.

A: "Kenapa gak dihabiskan dulu roti yang satu itu?".

B: "Saya lebih suka roti yang baru".

Roti yang baru, karena baru, masih empuk. Sementara yang tinggal sedikit itu mulai mengeras.

Mendengar alasan itu A diam saja dan berlalu pergi.

Di kesempatan lain setelah percakapan itu, A mengeluh kepada C.

A: "Saya merasa malu kepada Tuhan. Baik roti yang baru maupun lama sama-sama pemberian Tuhan. Saya malu kepada Tuhan.

P.S: Selamat hari Minggu, saudara-saudariku. Selamat mensyukuri kasih Tuhan selama seminggu ini.

P.S.S: Saya sekarang ada di Twitter juga. Di @arismsc. Sampai ketemu di sana.

Because We Were

Jumat, Mei 20, 2011

... And always will be Missionaries of the Sacred Heart of Jesus (MSC). Join us to spread God's love to the world. Join MSC.

(Foto dari sini)

Sulit Tapi Menarik Atau Menarik Tapi Sulit

Kamis, Mei 19, 2011

"Nihonggo wa doo desuka?" tanya guru bahasa Jepang kepada kami di ujung proses belajar mengajar hari ini.

Beliau ingin tahu bagaimana pendapat kami mengenai bahasa Jepang.

Hari ini ada 9 orang yang hadir. Dari jumlah itu 8 orang memberi jawaban yang sama: "Muzukashii desu ga, omoshiroi desu".

Bahasa Jepang sulit tetapi menarik (untuk dipelajari).

Hanya satu orang memberi jawaban berbeda tetapi sama.

"Muzukashii desu ga, tanoshi desu".

Bahasa jepang sulit tetapi menyenangkan (suasana kelasnya).

Orang Jepang, kata beliau menjelaskan setelah mendengar jawaban-jawaban kami, menilai isi hati lawan dan karakter lawan bicaranya dari jawabannya. Teristimewa dari jawaban yang mengandung hal positif dan negatif.

Seperti misalnya, bahasa Jepang itu sulit tetapi menarik.

Jika seorang Jepang mendengar jawaban kami, kata beliau, ia akan senang.

Karena "Kalian menempatkan pengalaman negatif di awal baru kemudian pengalaman positif".

Tafsiran seorang Jepang adalah sekalipun orang asing ini mendapati bahasa saya susah tetapi karena menarik untuk dipelajari, ia akan tetap mempelajarinya juga.

"Lain halnya jika jawaban kalian terbalik, 'Omoshiroi desu ga, muzukashii desu'".

Di telinga orang Jepang, jawaban itu akan terdengar seperti orang asing ini akan segera menyerah pada kesulitan. Bahasa saya menarik tetapi ia akan menyerah karena mendapatinya susah.

Orang Jepang, kata guru kami, menilai isi hati seseorang dari hal terakhir yang dikatakannya.

Rupanya mereka yakin apa yang sesungguhnya dirasakan/dipikirkan/terjadi dalam hidup seseorang ada di bagian terakhir jawabannya.

Ngomong-ngomong, bagaimana hidup Anda sekarang ini?

Jawaban: Bukan Karena Kurang Bersyukur

Senin, Mei 16, 2011

Soalnya adalah mengapa kita begitu gampang mengganggap rumput tetangga lebih hijau?

Dua minggu lalu, guru bahasa Jepang kami bercerita di kelas tentang putrinya, bocah cilik berusia 2,5 tahun.

Tipikal ibu-ibu muda yang sangat bersemangat jika sedang bercerita tentang anaknya, begitupun guru kami.

Putrinya ini anaknya yang pertama (dan mungkin satu-satunya, karena "Biaya hidup di Jepang tinggi" alasan beliau).

Beliau bercerita, anak semata wayangnya ini diguyuri dengan pujian oleh siapapun yang bertemu dengannya pertama kali.

"Kawaii".

Ini kata Jepang yang mengandung beberapa arti dalam bahasa Indonesia: imut, manis, cantik, mungil.

Seperti layaknya pula anak kecil, putrinya sangat menikmati guyuran pujian itu.

Sampai suatu hari mamanya dibuat terkejut.

"Kawaii…"

Muka bocah cilik ini tiba-tiba merengut kesal mendengar pujian itu.

"Kawaikunai" balasnya. ("Enggak!!!")

"Heh, doshite?" tanya mamanya, penasaran. ("Heh, kenapa?")

Lebih cantik temannya, jawab si bocah.

Sekarang, mengapa kita begitu gampang menganggap rumput tetangga lebih hijau?

Bukan, pertama-tama, karena kita kurang bersyukur.

Tetapi karena kita sudah mulai membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain persis ketika kita mulai tahu berbicara dan mengenal orang lain yang kita sebut teman.

Membanding-bandingkan itu sesuatu yang sudah mengalir di dalam darah kita.

"Menarik ya mengikuti perkembangan pikiran anak-anak" kata guru kami kepada kami di kelas menutup cerita siang itu.

Pastinya.

P.S: Melihat ibu-ibu muda (seperti guru kami) yang sangat bersemangat ketika bercerita tentang anaknya mulai jadi pemandangan biasa untuk saya. Entah kenapa, saya belum pernah melihat dan merasakan semangat yang sama dari bapak-bapak muda. Mungkin hanya perasaan saya saja…

Misa Untuk Orang Bisu dan Tuli

Minggu, Mei 15, 2011

Di negeri orang, banyak hal bisa mengejutkan.

Seperti semenjak tinggal di Jepang, banyak hal mengejutkan saya.

Makanannya. Tata krama penduduk setempat. Lalu lintasnya yang tertib-teratur (nyaris tidak ada kemacetan). Kebersihan jalan-jalannya.

Dan… iman.

Hari ini saya menghadiri Misa di gedung yang diperuntukkan bagi pelayanan untuk pendatang (Indonesia, Filipina, Amerika, Australia, Afrika, dan seterusnya).

Misanya sendiri diadakan di kapel yang terletak di lantai 3.

Persis di lantai di bawahnya akan ada Misa yang diperuntukkan untuk mereka yang bisu dan tuli.

Misa khusus untuk orang bisu dan tuli?

Saya seperti tidak percaya pada pendengaran saya sendiri.

"Berapa orang biasanya datang?".

Kurang lebih 15 orang. Begitu keterangan yang saya dapat dari Romo yang bertanggung atas pelayanan di gedung ini.

Seumur-umur saya menjadi orang Katolik (28 tahun) dan seumur-umur saya menjadi Frater (9 tahun), inilah pertama kalinya saya mengetahui ada Misa untuk orang bisu dan tuli.

Tentu saja Romo yang mempersembahkan Misa akan didampingi oleh seorang penerjemah bahasa isyarat.

Gereja, teristimewa pihak Keuskupan Nagoya, tentu saja layak mendapat pujian karena memulai karya pelayanan ini: Misa untuk orang bisu dan tuli. Sekalipun yang menghadirinya 'hanya' 15 orang.

Kepekaan Gereja, di satu sisi, akan keterbatasan umatnya tetapi di sisi lain, kebutuhan rohani umat yang terbatas secara fisik yang harus dipenuhi adalah poin kelayakan itu.

Tetapi yang sungguh mengagumkan adalah umat yang terbatas secara fisik itu.

Mereka bisu. Dan tuli.

Tetapi tidak hati mereka. Tidak iman mereka.

Hati dan iman mereka tidak bisu dan tuli.

Keterbatasan fisik mereka tidak menjadi alasan untuk tidak mencari Tuhan, mendengar sabda-Nya dan menyantap Tubuh-Nya.

Saudara-saudari, di Nagoya, orang bisu dan tuli pun ingin bertemu Tuhan dalam Ekaristi!

Gereja Katolik Jepang dan Budaya Setempat

Kamis, Mei 12, 2011
Selamat datang di Gereja Katolik Chikaramachi, Nagoya


Di Jepang, tamu (juga penghuni rumah) wajib menanggalkan sepatu/sandal di depan pintu rumah dan menggantinya dengan sandal khusus. Gereja Katolik Jepang mengadopsi kebudayaan setempat. Jadilah, umat wajib menanggalkan sepatu/sandal yang dikenakannya dan menggantinya dengan sandal khusus yang sudah disediakan.


Tidak, tidak ada sepatu atau sandal yang hilang atau tertukar.
Setelah sandal khusus ini selesai digunakan, setiap orang akan mengembalikannya lagi ke tempatnya semula.

"Tanggalkan kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus" (Kel. 3:5)




Ada juga kebiasaan di Jepang, yakni jenazah disemayamkan di Gereja selama semalam. Keesokan harinya jenazah dilepaskan ke peristirahatan terakhir dengan Misa Requiem. Tidak terlalu jelas apakah peti ini kosong atau berisi. Yang pasti ia ada di sana ke saya berkunjung.



Gua Maria di samping Gereja






Rub Me Tender, Alice

Senin, Mei 09, 2011

Akhirnya pertanyaan yang lama berputar-putar di kepala saya terjawab sudah. Si penjawab itu adalah remaja yang belum juga genap 17 tahun.

Dan pertanyaan itu adalah mengapa hampir semua orang Jepang yang kepada mereka saya memperkenalkan nama selalu menanggapinya dengan senyum simpul.

Hari Minggu kemarin, setelah selesai Misa, saya berkenalan dengan si remaja ini.

"Aris"

"Ahhh, seperti judul film terkenal itu" sambungnya, polos.

Kening saya berkerut.

Film yang mana ya? Jangan-jangan ada film Jepang yang judulnya persis sama seperti nama saya.

"Film apa?"

"Alice in Wonderland".

Gubrakkkkkk….

Sekarang saya mengerti arti senyum simpul itu. Di kepala orang Jepang, bisa jadi, berputar-putar pula pertanyaan, bagaimana mungkin laki-laki tinggi, hitam dan jenggotan ini punya nama seimut itu: Alice.

Kenalan saya bercerita, suatu malam ia menikmati live music di sebuah kafe di Nagoya ini.

"Lagu berikutnya" kata sang penyanyi mengumumkan," adalah lagu terkenal dari Elvis Presley".

"Saudara-saudari, Rub Me Tender…".

Butuh waktu lama sampai kenalan saya menyadari Rub Me Tender itu maksudnya Love Me Tender.

Orang Jepang pada umumnya, dalam pengucapan, sering mempertukarkan huruf L dan R begitu saja. Bahkan, adakalanya R sama saja dengan L. Begitupun sebaliknya, L sama saja dengan R.

Karena itu, tidak menjadi soal bagi orang Jepang entahkah Elvis Presley lebih membutuhkan cinta yang lembut (Love Me Tender) atau pijatan yang lembut (Rub Me Tender).

So, yeah, rub me tender, Alice.

Hari Ibu dan Hak untuk Sombong

Minggu, Mei 08, 2011

Kami di sini merayakan hari Minggu Paskah III sekaligus Hari Ibu.

Dalam semangat Hari Ibu, saya ingin mengutip nasehat yang diterima Amy Chua dari ibunya.

"Be modest, be humble, be simple," my mother used to chide. "The last shall come first." What she really meant of course was, "Make sure you come in first so that you have something to be humble about" (Battle Hymn of The Tiger Mother, p. 24-25).

Saya pernah mendengar seseorang yang mengomel entah kepada siapa, "Tau sih kalo situ punya ini dan itu tapi gak usah sombong gitu kali".

Di lain kesempatan saya pernah mendengar seseorang memuji orang lain, "Dia punya ini dan itu tapi gak sombong. Hebat ya".

Orang rendah hati dan orang sombong pada dasarnya memiliki persamaan: mereka adalah orang-orang yang memiliki sesuatu dan berhak untuk menyombongkannya.

Perbedaannya adalah orang rendah hati memilih untuk melepaskan haknya.

Sementara orang sombong memilih untuk menjalankan haknya.

Perbedaan lainnya. Orang rendah hati yang memilih untuk melepaskan haknya disenangi dan dipuji banyak orang.

Sementara orang sombong yang menjalankan haknya dibenci dan dicaci maki banyak orang.

Nasehat ibunya Amy Chua jelas: anaknya harus sukses. Supaya ada alasan untuk bersikap rendah hati.

Sukses bukanlah alasan untuk sombong.

Jika Anda sukses dalam apa yang sedang Anda kerjakan, Anda memiliki alasan yang cukup untuk bersikap rendah hati.

Tidak semua hak harus dijalankan.

Kecuali Anda tidak keberatan dibenci dan dicaci maki banyak orang.

P.S: Mengapa para ibu diciptakan? Konon katanya, karena jumlah malaikat untuk memelihara setiap orang di dunia ini tidak mencukupi. Selamat Hari Ibu.

Brother Menjadi Bother

Jumat, Mei 06, 2011

(Peringatan: Jika Anda membaca terlalu cepat percakapan di bawah ini, Anda akan kehilangan maknanya).

Percakapan di ruang makan.

A: "We are BROTHERS".

B: "Yes. And you are BIG BOTHER".

Semua tertawa.

Adakalanya, itu lelucon. Di dunia nyata, itu kenyataan. Adakalanya, orang tertawa. Di dunia nyata, orang menangis.

A: "We are BROTHERS".

B: "Yes. And you are BIG BOTHER".

Adakalanya, hidup ini penuh ironi.

Calling on Youth

Selasa, Mei 03, 2011

We are praying may God touch your heart. You, yes, you. Come and join us to be a God's servant. Look... We are waiting for you. Join MSC.

(Foto dari sini)

Mami Harimau

Senin, Mei 02, 2011

Berbekal dua cangkir kopi dan sandwich, saya dan seorang teman kelas bercerita panjang lebar tentang hal-hal yang tidak penting.

Ada kalanya hal-hal tidak penting memang menyita lebih banyak waktu.

Sampai kemudian saya teringat artikel yang saya baca di koran pagi itu.

"Kamu udah baca buku Battle Hymn of Tiger Mother?" tanya saya. Artikel yang saya baca itu berisikan resensi Tiger Mother ini.

Teman kelas saya ini ibu rumah tangga asal California dengan dua anak yang sedang beranjak remaja.

 "Belum" jawabnya. Tapi dia ingat temannya, ibu rumah tangga juga, pernah menceritakan isi buku ini kepadanya.

"Menurut kamu gimana?"

Saya mengangkat bahu.

Bagi yang belum tahu, Battle Hymn of Tiger Mother sesungguhnya adalah sharing bagaimana Amy Chua, penulisnya, membesarkan anak-anaknya.

Seperti, anak-anaknya tidak pernah boleh menonton TV dan bermain game di komputer.

"Saya gak akan pernah mendidik anak-anak saya dengan cara seperti itu" kata teman saya sambil melanjutkan, "Terlalu berlebihan".

Sekalipun tidak berlebihan seperti Amy Chua, teman saya tetap saja menggariskan aturan-aturan tertentu yang HARUS dilakukan anaknya.

Seperti kepada putranya. "Sebagai laki-laki, kamu harus membukakan pintu untuk wanita".

Di tempat saya lahir, teman, aturan ini bisa dianggap berlebihan juga.

Minggu lalu, saya akhirnya bisa membeli buku ini.

Saya baru membaca bab 1, The Chinese Mother. Saya kutipkan paragraf favorit saya untuk Anda.

even when Western parents think they're being strict, they usually don't come close to being Chinese mothers. For example, my Western friends who consider themselves strict make their children practice their instruments thirty minutes every day. An hour at most. For a Chinese mother, the first hour is the easy part. It's hours two and three that get tough.

Mana bagian favorit saya? The first hour is the easy part. It's hours two and three that get tough.

Amy, bukan hanya berlatih alat musik saja yang berat setelah sejam.

Diet, pertobatan, berbuat kasih, pengampunan, sabar, disiplin, … selalu lebih gampang di hari pertama.