Remember Our Saints: Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis

Jumat, Agustus 29, 2008 0 komentar

Tanggal 29 Agustus, hari ini, peringatan wajib wafatnya Santo Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis wafat karena membela kebenaran dan keadilan. Ia berani menegur raja Herodes yang bersalah karena mengambil Herodias, istri saudaranya, bagi dirinya. Karena teguran itu Yohanes ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara. Namun Herodes yakin bahwa Yohanes seorang yang jujur dan suci. Tetapi atas hasutan Herodias, akhirnya, pada pesta ulang tahun raja, Yohanes dipenggal kepalanya.

Kitapun seringkali ingin membela [kebenaran dan] keadilan dalam masyarakat. Selama tidak membawa akibat buruk, kita cukup berani. Tetapi bagaimanakah sikap kita bila usaha ini ternyata mengandung bahaya?

(Sumber: Anggota Keluarga Allah, Kanisius, 1974)

CLiGspiration: Tuhan Tahu

0 komentar

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya

dari usaha yang sepertinya sia-sia...

Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

 

Ketika kau sudah menangis sekian lama

dan hatimu masih terasa pedih...

Tuhan sudah menghitung air matamu.

 

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu

dan waktu serasa berlalu begitu saja...

Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

 

Ketika kau merasa sendirian

dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepn.

Tuhan selalu berada disampingmu.

 

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya

dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...

Tuhan punya jawabannya.

 

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal

dan kau merasa tertekan...

Tuhan dapat menenangkanmu.

 

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...

Tuhan sedang berbisik kepadamu.

 

Ketika segala sesuatu berjalan lancar

dan kau merasa ingin mengucap syukur..

Tuhan telah memberkatimu.

 

Ketika sesuatu yang indah terjadi

dan kau dipenuhi ketakjuban...

Tuhan telah tersenyum padamu.

 

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi
dan mimpi untuk digenapi...

Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

 

Ingat bahwa di manapun kau atau ke manapun kau menghadap...

TUHAN TAHU
 
(Dari: Chiana)

Remember Our Saints: St. Agustinus

Kamis, Agustus 28, 2008 0 komentar

Tanggal 28 Agustus, hari ini, peringatan wajib Santo Agustinus, seorang uskup dan pujangga gereja.

Agustinus lahir di Tagaste di Afrika Utara pada tahun 354. Masa mudanya buruk dan tak menentu. Ia mengikuti segala hawa nafsunya dan menganut bermacam ragam aliran falsafah hidup. Berkat doa ibunya, Monika, ia bertobat dan pada tahun 387 dibaptis di Milano oleh uskup Ambrosius. Agustinus lalu pulang ke kampung halamannya dan selama tiga tahun bekerja dan berdoa sebagai pertapa. Ia kemudian dipilih menjadi uskup Hippo, dan memimpin keuskupannya selama tiga puluh empat tahun dengan giat dan tekun. Pengaruhnya dalam gereja amat besar karena kotbah-kotbah dan karangan-karangannya. Ia meninggal dunia dalam tahun 430.

Kita mungkin pernah putus asa melihat kelemahan dan dosa kita. Namun baiklah kita ingat bahwa hidup kita di tangan Tuhan. Tuhan tak melupakan seorangpun juga, tetapi ia menghormati pilihan kita masing-masing, seperti nyata dari kehidupan Agustinus.

(Sumber: Anggota Keluarga Allah, Kanisius, 1974)

Tren Kesaksian

Rabu, Agustus 27, 2008 2 komentar

Sejak bertugas, mulai akhir 2006, di Jakarta telinga saya menjadi akrab dengan kata ini, "kesaksian". Dalam ibadah-ibadah terutama KRK kata ini banyak dipergunakan. Kesaksian dari bapak A, dari ibu B, dari remaja C, dst.

Bulan Mei lalu, ketika kembali lagi ke Manado, setelah kurang lebih satu setengah tahun, saya melihat perubahan mencolok terutama di pinggir jalan dan halaman surat kabar. Di pinggir jalan, tepatnya di beberapa titik strategis seperti perempatan dan pertigaan jalan raya bergelantungan spanduk-spanduk KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani), berhimpitan dengan iklan-iklan produk.

Di halaman-halaman surat kabar lokal kurang lebih sama. Iklan-iklan KKR bersebelahan dengan iklan HP, laptop, dsb.

Isi spanduk dan iklan itu senada: kotbah dari pendeta A dan kesaksian dari si B.

Saya memahami bahwa kesaksian yang dimaksudkan baik di Jakarta maupun di Manado sama: pengalaman iman. Sesi kesaksian berarti seseorang yang telah disentuh hidupnya sedemikian rupa oleh Allah menceritakan dan membagikan itu kepada para pendengarnya. Harapan ya bagi yang sudah beriman makin dikuatkan imannya, bagi yang kurang beriman, jadi beriman. Bagi yang belum percaya, jadi percaya, yang sudah percaya semakin percaya akan kasih Allah

Selesai.

Melihat kenyataan di dua kota ini saya menduga bahwa sedang ada tren (baca: sedang seru-serunya) kesaksian. Paling tidak di Jakarta dan Manado.

Dulu hanya para romo, frater, suster atau pendeta saja yang bercerita dalam kotbah atau renungannya tentang kasih Allah. Kini ada banyak kesempatan, umat pun bisa bercerita tentang topik yang sama. Dan kesaksian dari umat bisa jadi jauh lebih hidup karena berangkat dari pengalaman hidupnya.

Itu baru di KRK atau KKR. Belum terhitung media yang lain, yang entahlah kalau bisa dihitung.

Nah, poin saya apa?

Bersambung…

Remember Our Saints: Sta. Monika

0 komentar

Tanggal 27 Agustus, hari ini, peringatan wajib Santa Monika, ibu dari Santo Agustinus.

Monika lahir tahun 331 dari keluarga Kristen di Tagaste di Afrika Utara. Sewaktu masih muda ia dinikahkan kepada Patrisius, seorang kafir yang mudah naik darah dan sering mabuk. Monika tetap sabar dan lembut hati, sehingga akhirnya suami dan ibu mertuanya bertobat dan menjadi Kristen. Di antara anak-anaknya, Agustinus-lah yang paling mencemaskan hatinya. Dengan mencucurkan banyak air mata, Monika bertahun-tahun lamanya berdoa agar Agustinus bertobat. Akhirnya Tuhan mengabulkan doanya. Monika seorang ibu yang saleh dan yang patut dicontoh. Ia meninggal di Ostia dekat Roma pada tahun 387, didampingi Agustinus yang baru saja dibaptis.

Hidup Monika cukup biasa bagi banyak ibu. Kesulitan di rumah, kecemasan karena anak-anak, kesusahan setiap hari. Bagaimana menghadapinya? Monika menghadapinya dengan berani, menimba kekuatan dari doa, dan tetap percaya akan Kristus yang takkan meninggalkan kita.

(Sumber: Anggota Keluarga Allah, Kanisius, 1974)

Kisah Marta di Minggu Pertama Kuliah

Selasa, Agustus 26, 2008 0 komentar

Minggu lalu tepatnya tanggal 19 Agustus perkuliahan kami dimulai. Biasanya pada minggu pertama pembukaan kuliah judulnya perkenalan: baik perkenalan dosen-mahasiswa (bagi yang baru masuk) maupun perkenalan bahan kuliah untuk semester tersebut. Bisa memakan waktu satu jam kuliah (45 menit), bisa juga satu jam dalam arti sebenarnya.

Begitulah tradisinya. Hanya saja selalu ada pengecualian. Seperti siang itu, ketika dosen Kitab Suci masuk ke ruang kuliah kami.

"Karena ini semester pendek dan waktu tatap muka efektif hanya 14 pertemuan jadi tidak ada perkenalan. Kita langsung tancap gas." Itu kata-kata pembukaan beliau setelah doa pembuka.

Tidak ada komentar dari kami. Hanya beberapa "ehm, ehm, ehm".

Saat itu memang jadwal mengajar beliau, pukul 09.30-11.30.

Setelah memperkenalkan kepada kami sebuah metode penafsiran Kitab Suci yang, katanya, kalau dipergunakan dalam kotbah akan berfek mujarab: sejam akan terasa seperti 3 menit. (Saya senyum-senyum membayangkan bagaimana reaksi umat kalau kotbah saya sudah lebih dari15 menit).

Ia melanjutkan dengan "buka Injil Lukas 10:38-42, kisah Marta dan Maria".

Hanya beberapa saja yang membawa Kitab Suci, yang lain tidak karena mengira tradisi minggu pertama akan berlaku. Saya termasuk kelompok yang lain itu.

"Mari kita tafsirkan kata-kata Marta kepada Yesus demi melihat Maria yang hanya duduk terus di dekat kaki Yesus sementara ia sibuk bekerja".

"Tolong baca ayat 40"

Seorang frater berinisiatif, "Marta mendekati Yesus dan berkata: Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku".

"Para frater, ada empat hal penting dalam kalimat itu: (1) Marta memanggil Yesus 'Tuhan' dan itu benar; (2) Marta meminta Tuhan untuk peduli pada keadaannya; (3) ketika Marta mengatakan 'bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri' ada sungut-sungut dan keluhan di sana, mau melayani tapi menuntut supaya orang lain juga harus melayani. Manusiawi. (4) Marta menyuruh Tuhan untuk melakukan sesuatu untuk kepentingannya, 'suruhlah dia membantu aku".

"Nah, dalam hidup harian, kita bisa saja berlaku seperti Marta: menyebut nama Tuhan dalam doa tetapi lalu menuntut Ia peduli pada keadaan kita dan menyuruh dia melakukan sesuatu untuk kita".

"Bisa jadi juga kita mau atau sudah melayani tetapi mengeluh, bersungut-sungut dan menuntut supaya orang lain juga melayani sama seperti kita".

Dosen saya menyebut lagi beberapa perikop lain dan tafsirannya setelah penjelasan di atas.

"Kuliah yang menarik," batin saya.

Verse of the Day

0 komentar

Untung Tuhan Maha Tahu

Senin, Agustus 25, 2008 1 komentar

Ada banyak sebab Tuhan disebut Maha Tahu. Salah satunya adalah Ia tahu bahwa daya tampung otak kita sedemikian terbatas; kita tkdak selalu bisa mengingat banyak hal. Dan karena itu tak bosan-bosannya Ia mengingatkan kita. Dengan banyak cara.

Minggu lalu dalam perjalanan ke Manado, mobil yang saya tumpangi berhenti untuk menaikan penumpang unik: ibu berusia 78 tahun! Dia duduk di kursi di samping sopir. Seumur hidup saya baru kali itu saya semobil dengan ibu seusia itu. Ini mobil penumpang, bukan mobil pribadi.

"So umur brapa oma?," tanya sang sopir dengan logat Manado. (Anda masih mengerti artinya, kan? So itu sudah)

"Tujuh puluh delapan," jawab oma dengan kebanggaan yang tak bisa disembunyikan. "Tentu saja," batin saya, "siapa yang tidak bangga dengan usia demikian masih tampak segar, bisa ke mana sendirian, naik mobil umum tanpa ditemani seorangpun".

"Katu eh, bukang maen dang Tuhan so kasih bonus delapan tahun," kata sang sopir. "Torang nintau mo dapa bonus brapa dari Tuhan ini". (Torang itu kami; nintau: tidak tahu).

Saya ingat kata-kata sang Pemazmur, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun, dan jika kami kuat, delapan puluh tahun".

Ibu yang dipanggil "oma" oleh sang sopir lalu bercerita tentang banyak hal, tanpa diminta.

Saya tidak lagi menaruh perhatian pada isi ceritanya. Saya merasa Tuhan sedang mengingatkan saya bahwa hari-hari yang sedang saya nikmati sesungguhnya adalah bonus dari Tuhan. Karena itu tidak ada sikap yang lebih pantas untuk mengawali hari selain daripada bersyukur atas bonus sehari itu. Diam-diam saya berdoa di atas mobil yang melaju ke Manado itu; bersyukur untuk bonus dari-Nya.

Habis itu saya lalu mengerti sebab lain Tuhan disebut Maha Tahu. Ia bukan hanya tahu kita ini manusia pelupa dan harus selalu diingatkan. Ia juga tahu cara apa yang mempan untuk kita masing-masing sehingga.

Anda mungkin setelah membaca tulisan ini langsung teringat untuk bersyukur atas bonus Anda. Mungkin juga tidak, soalnya "basi ih".

Tidak apa-apa.

Tuhan selalu punya cara untuk mengingatkan kita. Dan Ia selalu tahu persis cara mana yang mempan untuk kita.

Untung, Dia Maha Tahu.

CLiGspiration: Temukan Cinta Anda

Jumat, Agustus 22, 2008 0 komentar

Bila Anda tidak mencintai pekerjaan Anda, cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan.

Bila Anda tidak mencintai rekan-rekan kerja Anda, cintailah suasana dan gedung kantor Anda. Ini mendorong Anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik.

Bila tokh Anda tidak bisa juga melakukannya, cintailah setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja Anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga.

Namun bila Anda tidak bisa juga menemukan kesenangan di sana, maka cintailah apapun yang bisa Anda cintai dari kerja Anda: tanaman penghias meja, cicak di dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela.

Apa saja.

Dan bila tidak ada yang bisa Anda cintai, tidak satupun, dari pekerjaan Anda, mengapa Anda masih ada di situ?

Tak ada alasan untuk tetap bertahan.

Cepat pergi dan carilah apa yang Anda cintai, lalu bekerjalah di sana. HIdup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan sesuatu dengan rasa cinta yang tulus.

(Dari: N. N)

Dari File Lama: Perkara Berbakti pada Orangtua

Kamis, Agustus 21, 2008 1 komentar

Pernah suatu pagi setelah selesai berolahraga, saya dan beberapa teman memutuskan untuk menyantap bakmi sebagai sarapan. Ketika sedang menunggu pesanan datang, mata saya tertumbuk pada pamflet di dinding. Kalimat terakhirnya mengundang perhatian saya. Mungkin anda pernah membacanya juga. Entah di mana. Karena saya yakin pamflet itu tidak hanya ditempelkan di situ saja.

"Ada dua hal yang tidak boleh ditunda untuk dilakukan dalam hidup ini: berbakti kepada orang tua dan berbuat baik".

Pesanan bakmi saya datang. Menebarkan aroma yang menerbitkan selera. Apalagi memang perut sudah minta diisi. Tetapi tetap saja perhatian saya masih terbetot pada kalimat itu. "Mengapa? Mengapa tidak boleh ditunda?"

Menunda itu istilah yang berbahaya. Kata orang "ini hanya soal waktu". Benar. Prinsipnya, kalau tidak kemarin, pasti hari ini. Kalau tidak hari ini, pasti besok. Ini soal waktu. Tetapi menunda bisa jadi juga tidak sama sekali. Saya tidak tahu biasanya Anda yang mana? Menunda yang berarti hanya soal waktu atau tidak sama sekali. Saya jarang menggunakan istilah menunda. Biasanya "kapan-kapan ya". Dan itu berarti tidak sama sekali. Karena lalu lupa, entah memang terlupakan atau sengaja dilupakan.

Mungkin soalnya adalah bagaimana memaknai frasa "berbakti kepada orang tua"? Tindakan seperti apakah yang masuk dalam kategori "berbakti kepada orang tua" itu?

Menurut teman saya, berbakti kepada orang tua berarti "menemukan pasangan hidup, tidak menunda menikah dan memberikan mereka cucu-cucu yang lucu". "Merawat mereka di masa tua dan sakit-sakitan," adalah versi lain dari berbakti kepada orang tua menurut kenalan saya. Lain lagi, "mencari pekerjaan dan membelikan rumah untuk orang tua.

Karena penasaran saya pernah bertanya kepada seorang ibu. "Anak-anak saya hidup baik saja, itu sudah cukup". Kepada seorang bapak yang lain, saya mengajukan soal yang sama. "Asal anak-anak bisa hidup mandiri, bisa ngasih makan istri dan anak-anaknya". Yang lain lagi memberi jawaban, hampir senada sebetulnya, "anak-anak tidak menyia-nyiakan pengorbanan kami: sekolah yang bener, gak pake narkoba, lulus, bisa dapat kerja".

Mmmmmm, jadi ada dua versi. Dari sisi anak, berbakti kepada orang tua berarti melakukan apapun untuk membahagiakan orang tua. Sementara dari sisi orang tua, kepentingan anaknya yang dipikirkan.

Mungkin inilah sebabnya berbakti kepada orang tua bisa jadi perkara rumit.

Konon katanya, dalam kadar yang ekstrim, bisa menjadi sebab orang bunuh diri. Anak memahaminya apa, orang tua maunya apa. Mungkin juga inilah sebabnya, anak(-anak) memilih menundanya. Lalu ketika kematian datang menjemput, tinggal tersisa penyesalan.

Untuk para orang tua, apakah berbuat baik itu bisa menjadi tanda bakti? Kalau iya, ini berita baik buat anak-anak: Anda tidak perlu harus menunggu sampai membelikan rumah untuk disebut berbakti kepada orang tua. Berbuatlah baik, sekarang!

Bagaimana kalau itu tidak termasuk? Yaaah, tanyalah apa keinginan orang tua Anda.

Remember Our Saints: St. Paus Pius X

0 komentar

Tanggal 21 Agustus, hari ini, peringatan wajib Santo Pius X, Paus.

Josef Sarto lahir di kampung Reisi dekat Venesia pada tahun 1835. Ia menjadi seorang imam yang sangat disukai oleh umat. Tak mengherankan bahwa ia diangkat menjadi uskup Mantua dan kemudian menjadi uskup agung Venesia. Pada tahun 1903, ia dipilih menjdi Paus dengan nama Pius X. Semboyan hidup Paus Pius X ini adalah: memulihkan segalanya dalam Kristus. Dengan rendah hati, sederhana tapi tegas ia memimpin Gereja. Ia mengajak umat beriman untuk memperbaharui diri dalam Kristus, khususnya dengan lebih sering menyambut tubuh Kristus. Ia juga menaruh perhatian besar pada pembaharuan liturgi. Paus Pius X meninggal dunia pada tanggal 20 Agustus 1914.

Kita biasa menyambut komuni kudus setiap kali kita merayakan ekaristi. Tetapi pernahkah kita renungkan apa artinya menyambut Kristus? Apakah kita teguh dalam iman dan rukun dalam cinta kasih?

(Sumber: Anggota Keluarga Allah, Kanisius, 1974)

Remember Our Saints: St. Bernardus

Rabu, Agustus 20, 2008 0 komentar

Tanggal 20 Agustus, hari ini, peringatan wajib Santo Bernardus, seorang Abas dan pujangga Gereja.

Bernardus lahir tahun 1090 dekat kota Dijon di Perancis. Kelakuannya di masa muda patut dipuji. Pada umur dua puluh satu tahun ia masuk biara di Citeaux. Empat tahun kemudian ia bersama dua belas teman mendirikan biara Clairvaux yang lebih ketat lagi cara hidupnya. Pengaruh Bernardus besar sekali. Paus, uskup dan raja meminta nasihatnya. Ia juga mengelilingi Eropa dalam usahanya untuk mengatasi perpecahan gereja, dan menciptakan kerukunan dan damai. Ia menulis banyak di bidang ilmu ketuhanan dan usaha mencapai kesempurnaan cinta kasih. Bernardus meninggal dunia tahun 1153, dalam usia enam puluh tiga tahun.

Kita sering kali cenderung mengutamakan kegiatan dan kesibukan di atas dsoa dan renungan. Apakah itu memang tepat? Bagi kitapun terbuka sumber kekuatan (doa) yang menyemangati para kudus.

(Sumber: Anggota Keluarga Allah, Kanisius, 1974)

Bukan Singa

Selasa, Agustus 19, 2008 0 komentar

Ini cerita untuk yang sedang ingin mengomel dan marah-marah hari ini. Juga bagi yang bukan hanya ingin, tapi memang sedang mengomeli dan memarahi orang lain. Hanya untuk mengingatkan efeknya.

Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang memiliki sifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan meminta sang anak untuk memaku satu paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar… Lalu setiap hari sesudahnya jumlah itu  berkurang. Dia mendapati bahwa lebih mudah menahan amarah daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari di mana anak itu merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan menjadi lebih sabar. Dia memberitahukan ini kepada ayahnya. Sang ayah lalu meminta anak ini untuk mencabut setiap paku setiap hari di mana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu sampai kemudian anak itu memberitahukan pada ayahnya bahwa semua paku telah dicabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar tersebut.

"Hmmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi lihatlah pagar lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama lagi seperti sedia kala".

"Ketika kamu mengatakan sesuatu yang menyakitkan dalam kemarahan, kata-katamu itu akan meninggalkan bekas seperti lubang ini… di hati orang lain.

"TIdak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada".

Jadi, bijaksanalah.

Kalau dipikir-pikir repot juga jadi manusia, marah saja butuh kebijaksanaan. Tapi itulah sebabnya kita disebut manusia dan bukan singa.

Asusila

Senin, Agustus 18, 2008 0 komentar

Santai saja. Hari ini saya hanya ingin bicara tentang hal-hal gak penting. Ini tulisan remeh-temeh.

Saya sudah lama tahu kalau dalam bahasa Indonesia ada kata "gaul". Sejauh ini, paling tidak sebelum sebulan yang lalu, setahu saya gaul artinya ada beberapa: gampang bersosialisasi, banyak teman (bila perlu dari segala usia) dan terbiasa mengikut tren terkini. Karena itu ada romo yang sering disebut-sebut gaul, padahal rambutnya tidak dicat pirang dan celananya bukanlah Levi's.

Nah, sebulan yang lalu, tepatnya di dalam sebuah metromini jurusan Manado, saya mendengar arti baru dari gaul dari mulut seorang ibu setengah baya. Bukan arti sebenarnya, lebih tepatnya kepanjangan. (saya baru tahu kalau gaul itu ternyata juga sebuah singkatan sama seperti TNI). GAUL itu singkatan dari GAgal Urus Laki.

"Kreatif amat," batin saya terkagum-kagum.

Tentu saja. Lebih sibuk mengikuti tren akibatnya bisa gagal bukan hanya urus laki tapi juga ini dan itu yang lain. Yang tidak jelas adalah apakah si ibu termasuk yang gaul (gagal urus laki).

Hal lain lagi. Seandainya ini permainan asosiasi kata, apa yang muncul di pikiran Anda pertama kali ketika mendengar kata "setia"?

Kalau saya, biasanya yang muncul adalah "satu". Karena setia untuk saya berarti tidak ada yang kedua, dst. Setia sendiri secara sederhana terkait dengan sikap, loyal, teguh, taat, patuh.

"Frater, setia itu sebetulnya singkatan, bukan kata sifat," begitu kata seorang teman tiga tahun yang lalu.

"Masa sih?"

"Iya, SETIA itu kepanjangannya SEtiap TIkungan Ada."

Saya hanya geleng-geleng kepala waktu itu. Lama setelah percakapan itu saya tahu dia benar. Tidak mudah untuk setia di zaman sekarang. Tidak mudah untuk puas hanya dengan satu. Lagipula, kalau bisa dua kenapa mesti satu?

Saudara-saudari, saya tidak sedang meminta Anda untuk waspada kalau cowok yang Anda taksir menyebut dirinya tipe yang setia.

Tahukah Anda arti dari kata asusila? Ya, itu berarti perbuatan tidak bermoral. Atau dalam bahasa kita, perbuatan dosa.

Dua minggu lalu, saya terkejut karena membaca asusila itu ternyata bukan lagi kata sifat yang artinya demikian.

Asusila itu singkatan: Asal SUka SILAhkan.

Saya mengatakan tulisan ini tentang remeh-temeh yang gak penting. Tapi sebetulnya kelihatannya saja. Karena sesungguhnya yang remeh-temeh dan tidak penting ini memperlihatkan kenyataan.

Ngomong-ngomong, Anda tipe GAUL, SETIA atau ASUSILA?

Saya yakin Anda pasti orang baik.

Verse Of The Day

Jumat, Agustus 15, 2008 0 komentar

CLiGspiration: Tetaplah Bersemangat

0 komentar

Seringkali situasi berjalan tak sesuai dengan kehendak. Atau mungkin meninggalkan Anda. Mulai dari promosi terhambat, usulan ditolak, sampai dengan hal sepele: data di komputer hilang. Semua itu bisa jadi mengecewakan dan getir.

Anda dipersilahkan memilih sikap apapun yang Anda mau, namun jangan sampai kehilangan semangat. Saat Anda memilih untuk tetap bersemangat, sesungguhnya pilihan itu tidak banyak.

Pertahankan semangat Anda meski situasi sulit dan tidak memihak Anda.

Percayalah, Anda tak akan sanggup kecewa selama dua puluh empat jam terus menerus. Pada saatnya semangat Anda akan membuat Anda menemukan harapan baru. Tetaplah optimis untuk mengerjakan segala sesuatu.

Kesulitan itu hanya sementara. Datang untuk pergi. Janganlah kehilangan semangat dan antusiasme, karena itulah pegangan yang kokoh. Semangat adalah milik Anda yang hakiki. Bukankah kata lain dari semangat adalah 'spirit'? Sedangkan 'spirit' adalah roh dan jiwa Anda sendiri.

Ayo semangattttttt…..

(Dari: N.N)

Masih Tentang "Setelah 20-an Buku"

Kamis, Agustus 14, 2008 0 komentar

Masih ingat tulisan saya "Setelah 20-an Buku" yang saya posting 2 hari yang lalu? Syukurlah kalau iya. Bisa juga lihat kembali dan baca lagi kalau tidak ingat lagi. Daripada sibuk peras otak dengan "yang mana ya?"

Poin sederhana dari tulisan itu adalah Dale, Rhonda, Tung, Romo dan frater hanyalah penunjuk jalan. Jadi jangan berhenti hanya dengan melihat jalan yang ditunjukkan. Pilihlah untuk berjalan. Nah, ini kelanjutannya.

Saya baru saja menerima beberapa buku kiriman dari seorang teman baik saya (makasih ya ci). Tak terduga salah satunya menyinggung topik ini juga. (Anda harus membaca buku ini, saya merekomendasikannya). Saya kutipkan untuk Anda.

Setiap orang mengatakan kita sungguh beruntung hidup di era informasi. Tetapi apa yang seringkali gagal dihargai oleh kebanyakan orang adalah bahwa informasi saja bukanlah kekuatan… Kekuatan dan keuntungan kompetitif hanya terjadi saat informasi yang baik ditindaklanjuti dengan penuh keyakinan… Jangan menyimpannya seraya berharap suatu hari kamu akan memiliki waktu dan mempelajari dan melaksanakannya. Kenali kekuatannya dan tanamkan dalam rutinitas harianmu sehingga kamu menerapkan prinsip-prinsipnya setiap hari.

… kebanyakan ketidakefisienan berakar dari kenyataan bahwa kebanyakan orang tidak memiliki disiplin diri untuk melakukan apa yang mereka ketahui harus dilakukan pada saat mereka harus melakukannya. Mereka menunda melakukan hal-hal yang penting dalam bisnis dan kehidupan untuk melakukan hal-hal yang mudah dan memerlukan perhatian segera. Dan kemudian suatu hari, di ujung kehidupan, mereka terbangun dan menyadari apa yang sebenarnya dapat mereka lakukan dengan kehidupan mereka. Mereka menyesali semua kesempatan yang tidak mereka ambil dan peluang yang hilang. Tetapi sedihnya, saat itu sudah terlambat. Seperti kata pepatah, "kalau saja orang muda dapat mengetahui. Kalau saja orang tua dapat bertindak." (Robin Sharma, Leadership Wisdom, 2006).

Semua yang bagus-bagus sudah Anda dengar dari ret-ret, sejumlah kotbah dan sejumlah seminar dan pelatihan, sudah Anda baca mulai dari Kitab Suci sampai buku-buku renungan dan motivasi. Tinggal satu yang belum (atau tidak lagi) yang justru menentukan: BERTINDAK.

Saya pernah baca, entah di mana, demikian, "susah sekali membentuk kebiasaan tetapi sekali ia terbentuk susah sekali untuk dirubah". Setuju, 200 %.

Susah memaafkan? Susah memberi? Susah disiplin? Susah mengontrol emosi? Susah berpikir positif? Susah bersyukur?

Mulailah memaafkan. Mulailah memberi. Mulailah disiplin. Mulailah sabar. Mulailah berpikir positif. Mulailah bersyukur.

Mulai saja dulu. Susah memang tetapi jangan berhenti. Ambil tindakan. Jangan menunda. Perlahan-lahan akan terbentuk kebiasaan.

Selamat memulai (bagi yang belum). Dan, ayo mulai lagi (bagi yang menunda atau sudah lama berhenti).

Pilihan yang ada di tangan kita, moga-moga, adalah BERTINDAK!

Yuk…..

CLiGspiration: Hal-Hal Kecil

Rabu, Agustus 13, 2008 1 komentar

Setelah peristiwa 11 September, sebuah perusahaan mengundang karyawan dari perusahaan lain yang selamat, sedangkan sebagian besar meninggal saat terjadinya serangan atas WTC—untuk menceritakan pengalamannya. Pada pertemuan pagi itu, pimpinan keamanan menceritakan kisah bagaimana mereka bisa selamat ... Ternyata semua kisah itu hanyalah mengenai: HAL-HAL YANG KECIL.

*      Kepala keamanan perusahaan selamat pada hari itu karena mengantar anaknya hari pertama masuk TK.

*      Karyawan yang lain masih hidup karena hari itu adalah gilirannya membawa kue untuk murid di kelas anaknya.

*      Seorang wanita terlambat datang karena alarm jamnya tidak berbunyi tepat waktu.

*      Seorang karyawan terlambat karena terjebak di NJ Turnpike saat terjadi kecelakaan lalu lintas.

*      Seorang karyawan ketinggalan bus.

*      Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktu untuk berganti pakaian.

*      Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan.

*      Seorang karyawan masuk ke dalam rumah kembali untuk menerima telpon yang berdering.

*      Seorang karyawan mempunyai anak yang bermalas-malasan sehingga tidak bisa siap tepat waktu untuk berangkat bersama-sama.

*      Seorang karyawan tidak memperoleh taxi.

Sedangkan satu hal yang menahan saya sendiri adalah: sebuah sepatu baru. Saya memakai sepatu baru pagi itu, dan berangkat kerja dengan bersemangat. Tetapi sebelum sampai di kantor (WTC), sepatu itu menyebabkan luka di tumit. Saya berhenti di sebuah toko obat untuk membeli plester. Inilah yang menyebabkan saya bisa tetap hidup sampai hari ini.

Sekarang, jika saya terjebak dalam kemacetan lalu lintas, ketinggalan lift, harus masuk ke rumah lagi untuk menjawab telpon ... dan semua HAL KECIL yang mengganggu—sekarang ini saya sangat memahami, bahwa Tuhan benar-benar menginginkan saya berada di sini untuk saat ini.

Suatu pagi jika Anda merasa semuanya terlihat sangat kacau, anak-anak lambat berpakaian, Anda tidak bisa menemukan kunci mobil, selalu sampai di perempatan saat lampu merah menyala; jangan terburu-buru marah atau frustrasi. TUHAN sedang bekerja untuk menjaga kehidupan anda! Ada saatnya Tuhan bekerja melalui hal-hal kecil yang tampaknya mengganggu.

(Dari: Ladyana Oscar)

Lampu Merah

0 komentar
Ngomong-ngomong tentang lalu lintas, konon katanya, untuk mengetahui kita ini tipe yang mudah bersyukur atau tidak, kelihatan dari cara kita menanggapi lampu merah. Pertanyaannya sederhana, jika kendaraan yang Anda tumpangi terhenti karena lampu merah, bagaimana tanggapan Anda biasanya?

a. Mengeluh dan tidak sabaran


b. Santai saja dan menunggu lampu hijau


Ok, mungkin kata "biasanya" terdengar keterlaluan dan bukan Anda. Jadi saya ganti, sikap mana yang lebih banyak terjadi: mengeluh atau santai saja? Bedakan tentu dengan jika Anda sudah terlambat dan sedang terburu-buru.


Konon katanya, jika Anda lebih banyak mengeluh biarpun sedang tidak terburu-buru, Anda tipe yang tidak mensyukuri hidup dan tidak mudah bersyukur. Mengapa begitu? Bisa jadi sebelum lampu merah itu, ada beberapa lampu hijau yang sudah membuat perjalanan Anda mulus. Mengapa tidak bersyukur untuk beberapa lampu hijau itu? Dan santai saja menghadapi lampu merah yang satu ini. Tokh, cuma beberapa menit. Satu lampu merah saja sudah bikin stress. Padahal ada banyak hal yang lebih besar dengan tingkat stress yang tinggi. Tidak heran Anda stress melulu.


Sebaliknya Anda tipe mensyukuri hidup dan mudah bersyukur jika banyak kali santai menghadapi lampu merah. Bersyukur di sini tidak harus selalu berarti setiap saat mengatakan "syukur". Ini soal kondisi batin. Anda jauh lebih rileks menghadapi hidup.


Terakhir sekali. Anda percaya dengan analisa di atas? Kalau iya, syukurlah. Kalau tidak, tidak apa-apa. Namanya saja "konon katanya". Hanya saja kalau Anda tidak percaya, konon katanya Anda memang tidak mudah bersyukur.


Pantas gampang stres.

Setelah 20-an Buku

Selasa, Agustus 12, 2008 0 komentar

Kami (frater-frater) di Pineleng, Manado, baru saja selesai ret-ret tahunan. Misa penutupnya tadi malam. Dalam misa itu, ketika tiba di bagian persembahan romo pembimbing ret-ret mempersilahkan kami untuk mempersembahkan juga niat, janji atau harapan untuk satu ke depan yang telah dituliskan di secarik kertas post-it berbentuk hati. Mempersembahkan di sini berarti membawa kertas itu maju dan menempelkannya di sterofoam besar yang ditempatkan di depan altar sebelah kanan. Juga berbentuk hati, dicat warna merah muda. Sempurna.

Seorang romo senior, pembimbing rohani saya, pernah mengatakan ini kepada saya, "jangan pernah percaya sama janji, niat, harapan atau apapun namanya yang sejenis itu yang dibuat orang persis ketika selesai mengikuti ret-ret." Seingat saya kami berdua tertawa. Karena sama-sama tahu apa maksudnya. Niat yang dibuat ketika suasana hati sedang berada di puncak biasanya hanya akan bertahan seminggu. Paling lama. Biasanya itu 7 hari yang sempurna. Selanjutnya, begitulah…

Di atas meja saya sekarang ada 3 buah buku yang, menurut, saya, menarik. Dua berbicara tentang kekuatan pikiran dan bagaimana memanfaatkannya. Inspiratif. Sangat menggerakan. Saya sudah selesai membaca salah satunya. Yang lainnya baru setengah. Buku yang ketiga tentang bagaimana menjadi seorang negosiator yang brilyan. Juga sama: inspiratif dan sangat menggerakan. Nasibnya kurang lebih seperti buku kedua: baru setengah. Kesamaan lain dari ketiganya: ketika membacanya saya merasa benar-benar bisa melakukannya. Membayangkannya saja saya merasa ada luapan energi yang luar biasa. Saya seperti mau meledak. Tetapi itu hanya ketika saya membacanya saja. Beberapa hari kemudian, begitulah…

Saya menyimpan di hard disk laptop saya, copi dari CD audio tentang kecerdasan emosional. Seperti tiga buku di atas: inspiratif dan menggerakan. Juga ada luapan energi dalam diri ketika mendengarnya. Dan seperti juga buku-buku itu, beberapa kemudian, yaaaaa….. begitulah.

Seingat saya saya sudah membaca kurang lebih 20-an buku self-help dan how-to. Mulai dari pengembangan kepribadian sampai mindset. Mulai dari Dale Carnegie sampai Rhonda "The Secret". Sepintas buku-bukunya Tung Desem juga. Dan, tidak jauh berbeda dengan yang di atas soal pengaruhnya untuk saya saat membacanya.

Setelah pengalaman dengan 20-an buku saya baru menyadari, motivasi sebrilyan apapun, semenggugah apapun dan seinspiratif apapun hanya brilyan, menggugah dan inspiratif pada saat saya membacanya. Setelah itu, semuanya benar-benar tergantung pilihan dan keputusan saya: maju atau mundur, jadi ini atau itu, capai prestasi di sana atau di sini.

Semuanya tergantung saya!

Motivasi atau ret-ret apapun hanya menambah pengetahuan dan mencerahkan. Pada akhirnya, kitalah yang memilih. Dale, Rhonda, Tung, Romo, frater hanya menunjukkan jalan.

Kalau dipikir-pikir, mengapa harus sampai 20-an buku baru menyadari hal ini ya? Mmmmmm…

O ya, tadi malam saya menuliskan niat saya dengan kesadaran baru ini. Pasti frater-frater lain juga. Atau, hehehe, tunggu saja seminggu lagi.

CLiGspiration: Apakah itu Cinta?

Senin, Agustus 11, 2008 0 komentar
Bila telapak tanganmu berkeringat, hatimu dag-dig-dug, suaramu bagai tersangkut di tenggorokan, itu bukan cinta, tetapi SUKA.

Bila tanganmu tidak dapat berhenti memegang dan menyentuhnya, itu bukan cinta tetapi BIRAHI.


Bila kamu menginginkannya karena tahu ia akan selalu berada di sampingmu, itu bukan cinta tetapi KESEPIAN.


Bila kamu menerima pernyataan cintanya karena kamu tak mau menyakiti hatinya, itu bukan cinta tetapi KASIHAN.


Bila kamu bersedia memberikan semua yang kamu sukai demi dia, itu bukan cinta tetapi KEMURAHAN HATI.


Bila kamu bangga dan selalu ingin memamerkannya kepada semua orang, itu bukan cinta tetapi KEMUJURAN.


Bila kamu mengatakan padanya bahwa ia adalah satu-satunya hal yang kamu pikirkan, Itu bukan cinta tetapi GOMBAL.


Kamu MENCINTAINYA, ketika kamu MENERIMA KESALAHANNYA, karena itu adalah bagian dari kepribadiannya.


Ketika kamu RELA MEMBERIKAN HATIMU, KEHIDUPANMU, BAHKAN KEMATIANMU; ketika HATIMU TERCABIK BILA IA SEDIH, dan BERBUNGA BILA IA BAHAGIA; ketika kamu MENANGIS UNTUK KEPEDIHANNYA biarpun ia cukup tegar menghadapinya; ketika kamu tertarik kepada orang lain tetapi kamu masih SETIA bersamanya.


CINTA adalah PENGORBANAN; MENCINTAI berarti MEMBERI DIRI. CINTA adalah KEMATIAN EGOISME dan EGOSENTRISME. Kadang itu menyakitkan, tetapi itulah harga yang harus dibayar ... untuk sebuah CINTA ...


Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.


(Dari: Mira Lie)

Remember Our Saints: Sta. Klara

0 komentar

Tanggal 11 Agustus, hari ini, peringatan wajib Santa Klara, seorang perawan.

Klara lahir di Assisi pada tahun 1193 dari keluarga bangsawan yang cukup berada. Namun ia ingin mengikuti Kristus yang miskin dan hina-dina. Ia kagum melihat [Santo] Fransiskus, teman sekotanya, yang meninggalkan harta miliknya demi Kristus. Maka Klara bertekad menempuh jalan hidup yang serupa. Ia lari dari rumah dan menerima jubah kasar dan miskin dari tangan Fransiskus. Bersama saudarinya Agnes dan beberapa teman lain Klara lalu tinggal dalam sebuah biara kecil San Damiano di pinggir kota Assisi. Itulah permulaan Serikat Suster-Suster Miskin atau Klaris. Mereka hidup dari kerja tangannya sendiri dan tidak mau menerima jaminan hidup berupa modal atau tanah meskipun berulang kali ditawarkan. Klara meninggal pada tanggal 11 Agustus 1253.

Nafsu akan kekayaan menutup hati manusia, dan mengakibatkan kemiskinan dan kemelaratan pada mereka yang menjadi kurbannya. Marilah kita pikirkan hal ini dan memilih yang lebih baik.

(Sumber: Anggota Keluarga Allah, Kanisius, 1974)

Verse Of The Day

Jumat, Agustus 08, 2008 0 komentar

Remember Our Saints: St. Dominikus

0 komentar

Tanggal 8 Agustus, hari ini, peringatan wajib Santo Dominikus, seorang imam.

Dominikus lahir di Kalaruego di Spanyol, sekitar tahun 1170. Setelah menjadi imam, ia menemani uskupnya ke Perancis Selatan, dan menyaksikan betapa kurang pengetahuan agama di kalangan orang biasa. Ia melihat juga segala akibat buruk yang disebabkan ajaran-ajaran sesat orang-orang dari Albi. Karena itu Dominikus mengambil keputusan untuk melawan ajaran sesat itu. Namun ia tidak mau mempergunakan kekuatan senjata seperti lazim pada masa itu. Senjatanya ialah sabda Allah dan doa. Tetapi supaya usaha ini berhasil dengan baik, diperlukan imam-imam yang ulung karena pendidikannya dan patut dicontoh dalam cara hidupnya. Karena itu ia mengumpulkan beberapa teman dan pada tahun 1215 mendirikan Ordo Pengkhotbah. Dominikus meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 1221.

Kita kadang cenderung memakai kekerasan guna meyakinkan orang. Namun belum pasti cara itu membawa hasil. Apakah tidak lebih baik kita utamakan doa dan cinta kasih?

(Sumber: Anggota Keluarga Allah, Kanisius, 1974)

Seperti Lingkaran Setan

Kamis, Agustus 07, 2008 0 komentar

Suatu ketika di sebuah sekolah diadakan pementasan drama. Pementasan drama yang meriah dengan semua pemainnya siswa-siswi di sana. Setiap anak mendapat peran dan mengenakan kostum sesuai dengan peran yang mereka mainkan. Semuanya tampak serius, sebab pak guru akan memberikan hadiah kepada yang tampil terbaik dalam pentas itu.

Di depan panggung semua orang tua murid duduk; mereka hadir untuk ikut menyemarakan pentas tersebut.

Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak tampil dengan maksimal. Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topi. Ada yang berperan sebagai nelayan dengan jala disampirkan di bahunya. Di sudut sana duduk seorang anak dengan raut muka ketus sebab ia memerankan pak tua pemarah. Sementara di sudut yang lain duduk seorang anak dengan wajah sedih layaknya pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan dari guru dan orang tua kerap terdengar dari sisi kanan dan kiri panggung.

Tibalah akhir dari pementasan. Dan itu berarti, sudah saatnya pak guru mengumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah. Semua anak tampak berdebar, berharap mereka yang terpilih menjadi yang terbaik. Para orang tuapun ikut berdoa, membayangkan anak mereka yang menjadi yang terbaik.

Pak guru naik di atas panggung dan mengumumkan sebuah nama. Aha… Ternyata anak yang menjadi pak tua pemarah-lah yang menjadi juara. Dengan wajah berbinar, ia bergegas menuju panggung diiringi kedua orang tuanya yang tampak bangga. Tepuk tangan terdengar lagi. Sang orang tua menatap keliling hadirin, bangga.

Pak guru menyambut mereka. Tapi sebelum menyerahkan hadiah, ia mengajukan pertanyaan kepada sang pemenang, "Apa rahasianya sehingga kamu tampil sebaik ini?" tanya pak guru. "Kamu pasti rajin berlatih. Coba, ceritakan pada kami semua, apa yang membuatmu bisa tampil sebaik ini."

Sang anak menyahut, "Sebenarnya saya harus berterima kasih kepada ayah saya. Karena dari ayah-lah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah. Kepada ayah-lah saya meniru perilaku ini. Ayah sering marah dan berteriak kepada saya, jadi tidaklah sulit untuk menjadi pemarah seperti ayah…"

Sang ayah tampak tercenung. "Ayah membesarkan saya dengan cara seperti ini. Jadi peran ini adalah peran yang mudah buat saya".

Senyap. Usai bibir anak itu terkatup suasana bertambah senyap.

Begitupun kedua orangtua sang anak, mereka tertunduk di panggung. Jika sebelumnya mereka merasa bangga, kini keadaannya berubah. Seakan mereka berdiri sebagai terdakwa di depan pengadilan. Tetapi mereka berlajar sesuatu hari itu: ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka.

 

P.S: Siang ini saya menerima kabar bahagia dari sepasang teman: anak pertama mereka, buah cinta mereka telah lahir. Seorang putri. Saya belum pernah menunggui kelahiran anak, tapi pasti luar biasa rasanya. Selamat menjadi orangtua.

Kepo Dikit Oke Kok

Rabu, Agustus 06, 2008 1 komentar

Waktu bertugas di Jakarta selama kurang lebih 1,5 tahun saya mendengar istilah ini: kepo. Artinya bisa macam-macam: terlalu ikut campur urusan orang, suka mau tahu urusan orang, suka menyibukan diri dengan urusan orang lain. Pokoknya begitulah kurang lebih.

Saya beberapa kali disebut "kepo" (ampunilah mereka ya Tuhan sebab mereka tidak tahu apa yang mereka katakan). Padahal sebenarnya saya hanya ingin menunjukkan bahwa saya peduli. Itu saja ("bela diri ya frat?"). Saya lalu berpikir, "tidak mudah juga untuk peduli sama orang lain". Berapa orang yang berhenti peduli hanya karena tidak ingin dipanggil "kepo"? Mungkin sudah banyak. Bahkan sebuah istilah bisa menghentikan orang berbuat baik.

Ini cerita untuk mengatakan sebenarnya kepo dikit gak apa-apa. Oke kok.

Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati petani dan istrinya yang sedang membuka sebuah bungkusan. "Ada makanan", pikirnya. Tapi ia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu isinya perangkap tikus. Lari kembali ke lading pertanian, tikus itu memberi peringatan, "awas ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus".

Sang ayam yang mendengarnya tetap mencakar tanah dan dengan dengan kepala terangkat berkata, "ya maafkan aku pak tikus. Aku tahu ini masalah besar bagi kamu, tapi bagiku secara pribadi tidak ada masalah apa-apa. Jadi jangan buat aku sakit kepalalah".

Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, "ada perangkap tikus di dalam rumah".

"Wah, aku sedih mendengarnya" ujar sang kambing penuh simpati.

"Tapi tak ada sesuatu yang bisa kulakukan selain berdoa buat kamu. Yakinlah kamu selalu ada dalam doa-doaku".

Tikus kemudian berbalik ke lembu.

"Oh, sebuah perangkap tikus? Jadi saya dalam bahaya besar ya?" kata lembu itu sambil ketawa, berlelehan liur.

Jadi, tikus itu kembali ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal, sedih, terpaksa menghadapi perangkap itu sendirian. Ia sungguh-sungguh merasa sendirian.

Malam tiba, dan terdengarlah suara bergema dalam rumah, seperti perangkap tikus yang Berjaya menangkap mangsa. Istri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan ia tidak bisa melihat kalau yang terperangkap itu seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan istri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit.

Si istri kembali ke rumah dengan tubuh menggigil demam. Sudah menjadi kebiasaan setiap orang sakit demam, obat pertama yang diberikan adalah sup ayam yang hangat. Petani itu mengasah pisaunya dan mencari ayam untuk bahan supnya.

Tapi, bisa itu sungguh jahat. Si istri tak langsung sembuh. Karena dicintai, banyak tetangga datang menjenguk. Tamu tumpah ruah ke rumahnya. Sang petani pun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa, kambing di kandang dia jadikan gulai. Ternyatalah bisa itu memang tidak bisa ditaklukan. Si istri meninggal. Dan berpuluh orang datang melayat, mengurus pemakaman dan selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang pun dijadikan bahan makanan bagi pelayat sebanyak itu.

Anda pasti sudah menangkap maksud cerita ini. Setiap penderitaan yang tidak kita pedulikan akan berimbas juga kepada kita. Cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung.

Jadi, kepo dikit oke kok.