Semoga Doaku Membubung Ke Hadirat-MU

Kamis, April 28, 2011
Nagoya, suatu malam (April, 07)

Janji Tuhan di Depan Jendela

Selasa, April 26, 2011

Melihat bunga Sakura mulai berguguran di depan mata, saya seperti melihat penegasan alam: tidak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk kecantikan. Dan keindahan.

Ketika bergelantungan di pohon, keindahan Sakura tak ternilai harganya.

Tetapi ketika tergeletak di tanah, ia hanyalah tumpukan sampah yang mengganggu mata.

Rupanya, keindahan itu soal tempat juga.

Sekarang, daun-daun hijau menggantikan tempat bunga-bunga yang berguguran itu.

Dan tentang daun-daun hijau itu, tak ada yang lebih tepat melukiskan maknanya sebaik Martin Luther.

Our Lord has written the promise of the resurrection, not in books alone but in every leaf in springtime.

Janji Tuhan tentang kebangkitan juga ada di setiap daun yang keluar di awal musim semi.

Di depan jendela kamar, saya melihat janji Tuhan itu. Dan percaya.

Pembaca Terkasih

Minggu, April 24, 2011
Selamat Pesta Paskah.

Sejauh ini saya baru menemukan seorang yang dengan tegas mengatakan setiap orang yang diundang ke pesta HARUS MENGENAKAN PAKAIAN PESTA.

Seorang itu Yesus.

Tetapi saya belum pernah menemukan seorang pun yang mengatakan bahwa setiap orang yang menghadiri pesta HARUS BERGEMBIRA.

Setiap undangan yang menghadiri pesta, datang membawa perasaannya sendiri-sendiri.

Ada yang bergembira.

Ada yang berbeban berat.

Saya menghadiri misa Jumat Agung.

Di tengah prosesi penciuman Salib, beberapa orang tak kuat menahan air mata.

Dengan mata kepala sendiri (karena posisi saya yang berdiri di samping altar), saya menyaksikan beberapa orang menangis sambil mencium Salib Yesus.

Saya menduga mereka menghadiri Pesta Paskah dengan beban berat.

Saya tidak tahu bagaimana pengalaman Anda merayakan Pesta Paskah tahun ini.

Dengan damai dan bahagiakah?

Dengan duka yang mendalamkah?

Dengan beban yang beratkah?

Saya tidak tahu. Tetapi doa saya untuk Anda. Semoga kebangkitan Kristus menguatkan iman Anda.

Jangan hilang harapan. Jangan patah semangat.

Semoga Tuhan menganugerahkan kepada Anda rahmat yang Anda butuhkan.

Tuhan mendengar jerit dan keluh kesah hati Anda.

Selamat Pesta Paskah.

P.S: Setelah pada siang hari penghuni biara ini terpencar untuk merayakan kebangkitan Tuhan di berbagai tempat, kami berkumpul lagi untuk santap malam bersama. Lihat hidangan spesial kami malam ini.

Quote of The Day

Selasa, April 19, 2011
"I've fought many rivals. The worst were those who called themselves my friends"

-- Paulo Coelho --

"I think it's better to have enemy who honestly says that they don't like you than have a fake friend who secretly putting you down"

-- Anonim --


Ketika Anda Beranjak Dewasa

"As people grow up, they realize it becomes less important to have more friends, and more important to have REAL ONES".

Saya tidak tahu persis siapa yang mengatakan kalimat penuh makna itu.

Tetapi saya membayangkan orang yang mengatakannya sudah mendengar, menyaksikan sendiri dan mengalami banyak hal dalam hidupnya.

Ia mungkin pernah terobsesi memiliki teman sebanyak-banyaknya. Mungkin obsesi itu pernah terwujud.

Mungkin ia pernah memiliki 3000 barangkali 10.000 teman di Facebook.

Ia pernah melewati indahnya memiliki banyak teman.

Ia, barangkali, melihat dengan mata kepala sendiri, teman-teman itu datang dan pergi dalam hidupnya sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing.

Bisa jadi, ia pernah dikhianati oleh mereka yang sudah dianggapnya sahabat.

Bisa jadi ia pernah dikuatkan oleh hanya seorang teman yang bertahan di sisinya dalam situasi tersulit.

Setelah melewati semuanya itu, ia dengan pasti mengatakan "Ketika orang beranjak dewasa, mereka akan menyadari tidak penting memiliki banyak teman…".

Ia seperti seorang tua yang sudah banyak melihat dan mengalami sendiri sisi tergelap manusia tetapi masih tetap percaya dan optimis selalu ada kebaikan yang tersisa.

Bagaimana pengalaman Anda?

Gara-Gara Bodoh, Hidup Lebih Susah

Minggu, April 17, 2011

"Life is tough, but it's tougher when you're stupid" kata John Wayne.

Setuju.

Hidup ini susah, tapi kebih susah ketika kita bodoh.

Dan, tidak, ketika saya mengatakan "setuju" saya tidak sedang berpikir tentang kebodohan intelektual. Kebodohan, seperti kue, ada banyak jenisnya.

Lantas, kebodohan macam apa?

Macam ini: ketika saya sedang bekerja dan diam-diam berharap orang lain akan melihat saya dan memuji apa yang sedang saya lakukan.

Ini kebodohan yang membuat hidup jadi makin susah.

Tiga kemungkinan biasanya terjadi (silih berganti):

a.    Seseorang akan melihat pekerjaan saya dan memujinya ("Mantap"; "Woooowww"; "Thanks ya"; "Baik banget"; "Really appreciate it"; "Untung ada Frater" dan seterusnya)

b.    Seseorang memang akan melihat pekerjaan saya dan … berlalu begitu saja. Tidak ada terima kasih. Tidak ada komentar.

c.    Tidak ada yang melihat saya yang sedang bekerja.

Tidak ada yang salah mengharapkan apresiasi orang lain. Manusiawi. Masalahnya adalah tidak semua orang terbiasa memberikan apresiasi.

Yang lebih penting: dengan terlalu mengharap apresiasi orang lain, saya memberikan kekuasaan terlalu banyak kepada orang lain untuk mengatur dan menentukkan perasaan saya, motivasi saya dan kehendak saya selanjutnya.

Dan orang lain itu, tentu saja, sama manusiawi dengan saya. Ia tidak terbiasa, lupa; tidak merasa perlu memberi apresiasi. Orang lain itu bisa mengecewakan.

Ingat bagaimana perasaan Anda setelah apa yang Anda kerjakan dan tak seorangpun memberi apresiasi?

Itulah yang saya maksud dengan mengharap apresiasi sama dengan memberi kekuasaan kepada orang lain untuk menentukkan pikiran, perasaan, kehendak dan motivasi kita.

Itulah kebodohan yang membuat hidup makin susah.

Dan itulah alasan mengapa saya menikmati Minggu Palma dan Paskah. Minggu Palma dan Paskah mengingatkan saya akan kenyataan bahwa Yesus tidak memberi kekuasaan kepada orang lain untuk menentukkan pikiran, perasaan, motivasi dan kehendak-Nya.

Hidup ini susah, tapi kebih susah ketika kita bodoh.

Kapan saja Anda merasa ingin melakukan sesuatu yang baik sesuai dengan waktu, kesempatan, pikiran, materi, dan talenta yang Anda miliki, lakukan saja.

P.S: Selamat menimba rahmat dalam Pekan Suci ini.

Apa Itu Cinta (4)

Sabtu, April 16, 2011

Foto yang Anda lihat di atas terpajang di situs-situs berita yang memuat gambar-gambar bencana dahsyat di Jepang pada 11 Maret. Situs-situs itu seperti di sini dan di sini.

Namanya Yuki Sugimoto.

Selepas tsunami di Ishinomaki, ia dilanda kekhawatiran luar biasa. Taman Kanak-Kanak di mana putranya Raito, berusia 5 tahun, bersekolah, berdiri persis di jalur terjangan tsunami.

Di foto itu, ia menatap ke arah bangunan sekolah putranya.

Ketika bencana itu terjadi, ia sedang berada di luar Ishinomaki. Dengan segera ia memacu mobilnya ke Ishinomaki tetapi kondisi tidak lagi memungkinkan baginya untuk masuk ke kota itu.

Keesokan harinya bersama Harunori, suaminya, ia mencari putranya.

Sia-sia.

Tidak ada kepastian nasib putranya.

Yang ia terima adalah seliweran informasi antara "Anak-anak berhasil diselamatkan" dan "Anak-anak tersapu tsunami, tidak ada yang selamat".

Akhirnya, kepastian itu datang. Ia mendengar cerita sebenarnya.

Ada 11 anak dan 14 guru serta beberapa pegawai berada di dalam gedung sekolah ketika bencana itu terjadi.

Mereka semua mengungsi ke atas ke lantai dua begitu tsunami datang menerjang.

Akan tetapi, tsunami yang berupa gelombang lumpur hitam itu naik hingga ke lantai dua.

Beruntung, guru-guru dan staf pegawai segera menarik anak-anak ke atas atap sekolah tersebut.

Matras-matras olahraga dan kain-kain gorden dipakai untuk membungkus tubuh anak-anak agar tetap hangat.

Tiga hari setelah bencana, Sugimoto mendengar anak-anak yang selamat itu sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman.

Anak-anak masih hidup.

Ia bergegas ke sana dan di antara anak-anak yang selamat itu ia melihat Raito putranya.

Sugimoto memeluk putranya erat-erat seperti tidak ingin melepaskannya lagi. Berulang-ulang Sugimoto menggumam, "Terima kasih banyak".

Sebulan berlalu. Sugimoto dan suaminya dan putranya kini tinggal di Osaki, kota lain di luar Ishinomaki. Mereka tinggal di rumah sewaan.

Raito selalu menempel erat ibunya.

"Waktu itu gak ada mama, kamu takut gak?" tanya Sugimoto yang dijawab Raito dengan anggukan malu-malu.

Apa itu cinta?

Sugimoto tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia dan suaminya harus memulai lagi dari awal. Tetapi itu bukan masalah, karena "Anak saya ada bersama-sama dengan saya" kata Sugimoto.

Itulah cinta.

Kebahagiaan apalagi yang diharapkan seorang ibu selain bersama buah hatinya.

Perkenalkan, Gereja Katedral Nagoya

Jumat, April 15, 2011















Gedung Sekretariat Paroki

I Feel Fine Now

Rabu, April 13, 2011

Di toko kamera. Saya sedang ingin mencoba lensa kamera baru ketika melihat bocah ini berdiri persis di depan saya. Tak semua orang nyaman di depan kamera. Apalagi di depan kamera seorang asing. Tapi lihat matanya...

Untuk Anda, Di Masa Sulit Ini

Minggu, April 10, 2011

Setelah empat hari Marta dan Maria 'dibiarkan' berada dalam duka yang mendalam karena kematian Lazarus saudaranya, Yesus akhirnya datang.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah pernyataan kemuliaan dan kekuasaan Tuhan di hadapan manusia.

Kebangkitan Lazarus adalah bukti tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Mengapa empat hari 'dibiarkan'?

"Supaya kamu dapat belajar percaya" sabda Yesus (Yoh. 11:15a)

Tuhan mendengar keluh kesah dan permohonan Marta dan Maria. Dan mengabulkannya jauh melebihi harapan mereka.

Semoga Dia mendengar keluh kesah dan permohonan Anda.

Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Percayakah Anda?

Keberuntungan Di Depan Jendela

Sabtu, April 09, 2011
Saya beruntung bisa menjadi saksi kebijaksanaan alam: segala sesuatu ada waktu. Musim berganti ditandai mekarnya Sakura. Saya beruntung bisa menyaksikannya dari dekat sekali: di depan jendela kamar. Saya beruntung bisa mengabadikannya selama empat bulan: Januari - April 2011. Saya beruntung bisa membagikannya untuk Anda. Selamat menikmati.












Sol Sepatu Merah

Ada orang yang dianugerahi kemampuan untuk mengetahui secara persis apa yang ingin dilakukan dalam hidup ini.

Seperti Christian Louboutin.

Tahu 'kan siapa dia? Itu loh perancang sepatu yang menciptakan berbagai macam sepatu untuk wanita dengan satu kekhasan yang hampir seperti tanda tangannya: sol sepatu merah menyala.

Saya baru saja membaca profilnya di majalah New Yorker.

Louboutin mengetahui secara persis apa yang ingin dilakukannya: membuat sepatu untuk wanita.

Tetapi bukan sepatu asal sepatu!

Saya mengutip kata-katanya (tentu saja sudah saya terjemahkan), "Saya membuat sepatu untuk para wanita yang makan siang bersama dengan teman-temannya sambil berbagi cerita nakal tentang pria".

"Saya tidak membuat sepatu untuk para wanita yang berkumpul untuk minum teh di sore hari sambil bermain kartu".

Itulah sebabnya Louboutin memilih warna merah menyala.

Ada orang yang dianugerahi kemampuan untuk mengetahui secara persis apa yang ingin dilakukan dalam hidup ini.

Saya tidak tahu apakah ada hubungannya dengan tipe kepribadian.

Saya menduga, ada masanya setiap orang mengetahui secara persis yang ingin dilakukannya dalam hidup ini.

Hampir seperti memilih makanan.

Ada yang langsung tahu begitu makanan apa yang ingin disantapnya.

Ada yang melewati banyak kebingungan dan ketidakpastian. Ada yang melewati sederet ketidakcocokan lidah, perut dan otak. Ada yang harus bertanya ke sana kemari sebelum mengambil keputusan.

P.S: Selamat berakhir pekan. Harap Anda sudah mengetahui dengan pasti bagaimana Anda akan menikmati akhir pekan ini. Enjoy.

Tuhan, Berkatilah Malam Ini

Rabu, April 06, 2011

Nagoya, pukul 20.54. Dari lantai 3 Sacred Heart Monastery. Saudara-saudari, perkenalkan Gereja Hati Kudus Yesus.

Apa Itu Cinta? (3)

Namanya Konomi.

Di biara ini, ia yang memastikan ada hidangan di atas meja makan untuk kami santap pada jam makan. Biasanya rasa makanan olahan beliau tidak mengecewakan.

Jika saya menyambanginya di dapur sehabis makan, beliau akan menatap saya lalu berpikir keras.

Saya menunggu.

Tak seberapa lama, ia menemukan apa yang hendak dikatakan.

“Apa makanannya enak?” tanyanya, dengan bahasa Indonesia yang nyaris sempurna.

Ia sedang belajar bahasa Indonesia.

Tetapi bukan hanya kepada kami makanan disiapkan.

Di pekarangan kecil di samping dapur, beliau meletakkan potongan-potongan buah di dahan-dahan bunga.

Untuk burung-burung liar yang datang dan pergi sesuka hati.

Foto yang Anda lihat di atas saya ambil ketika beliau sedang menyiapkan makanan untuk burung-burung itu

Beliau melakukannya tiap hari. Tapi saya memutuskan untuk mengabadikannya ketika salju sedang turun.

Mengapa?

Karena saya melihat cinta.

Apa itu cinta?

Perbuatan-perbuatan kecil yang dilakukan atas dasar komitmen. Dan konsistensi.

Hari baik. Hari buruk. Beliau tetap memberi makan.

Apa itu cinta?

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal di dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang ada di sorga” sabda Yesus (Luk. 6:33).

Burung-burung liar itu tidak akan pernah bisa membalas.

Tetapi salju sekalipun tidak menghalangi Konomi untuk konsisten pada komitmennya: menjadi penyambung tangan Tuhan memelihara ciptaan-Nya.

Itulah cinta.


Persamaan Orangtua dan Frater

Senin, April 04, 2011

Sama-sama mengagumkan. Menjadi orangtua itu mengagumkan. Menjadi frater juga mengagumkan.

Apanya yang mengagumkan menjadi orang tua?

Ada Romo senior di biara yang saya tinggali sekarang ini biasanya mencuci sendiri peralatan makan dan minum yang dia gunakan.

Bukan hanya sehabis makan siang dan makan malam.

Gelas yang dipakainya untuk menikmati teh hangat atau kopi di waktu senggangpun langsung dicuci. Tidak digeletakkan begitu saja di pantry.

Biara ini memang tidak memiliki pengurus rumah tangga yang akan mencucikan peralatan makan yang kami gunakan. Setiap orang bertanggungjawab atas peralatan makannya sehabis dipakai. Kecuali ada sukarelawan di antara kami yang mencucikannya.

Karena itu, tentu saja, tindakan Romo senior itu wajar belaka.

Seperti Anda yang ditinggal pembantu kala lebaran tiba dan harus melakukan pekerjaan rumah sendiri.

Tidak ada yang istimewa. Wajar.

Paling tidak, itu dugaan saya sewaktu beliau berkeras mencuci gelasnya sendiri.

Ternyata meleset.

Ini alasan beliau, "Mama saya sangat disiplin. Sewaktu masih kecil, setiap kali sehabis makan mama saya akan memastikan anak-anaknya langsung mencuci peralatan makan mereka masing-masing".

Romo senior itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-69.

Di mana letak mengagumkannya menjadi orangtua?

Ajaran orangtua tertanam dalam hati, pikiran dan perbuatan anaknya. Bahkan setelah 69 tahun kemudian!

Keren ya?????

Oh, dan di mana letak mengagumkannya menjadi frater?

Kotbah frater langsung dilupakan umat persis setelah kalimat "Semoga demikian".

Menjadi frater dan menjadi orangtua memang sama-sama mengagumkan. Tetapi beda kualitasnya.

Eh, kok jadi curhat ya?

"Semoga demikian".