Satu Orang Berhati Emas

Rabu, November 11, 2009

"Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali memuliakan Allah selain orang asing ini?" (Luk. 17:17-18)

Kutipan ayat di atas berasal dari kisah penyembuhan sepuluh orang kusta. Yang unik dari kisah ini adalah hanya satu saja yang tergerak untuk berterima kasih kepada Yesus.

Tidak, buang jauh-jauh tebakan itu. Saya tidak akan berbicara tentang betapa pentingnya bersyukur atas segala anugerah Tuhan dalam hidup kita. Tidak juga tentang betapa seringnya kita lupa dan lalai bersyukur.

Jadi?

Sewaktu merenungkan kisah ini dalam perayaan Ekaristi pagi ini, potongan-potongan adegan percakapan saya dengan beberapa orang terlintas.

Beberapa orang itu adalah seorang istri yang ditinggal mati suaminya yang harus menghidupi 2 orang anak yang belum lagi menginjak bangku sekolah dasar (dan ia tetap tinggal menjanda sampai sekarang ketika kedua anaknya sudah hidup mandiri, menikah dan memberinya seorang cucu).

Ada juga seorang istri yang berjuang menyatukan keluarganya yang nyaris berantakan dan tercerai berai (perjuangannya masih jauh dari selesai tetapi ia belum mau menyerah).

Seorang bapak yang dijuluki humat (hubungan umat) karena bekerja keras menjadi penghubung sekaligus penyatu anggota-anggota lingkungannya ("Kalau dia tidak ada, lingkungan ini tidak akan pernah bertahan" kata salah seorang pimpinan lingkungan tersebut).

Seorang bapak yang selalu setia mengikuti ibadah lingkungan sekalipun "Saya sebenarnya sudah malas soalnya saya selalu menjadi satu-satunya laki-laki di tengah wanita dan anak-anak". Rupanya ia sudah lama merasa malas tapi tokh tetap setia juga (sekalipun belum ada satu bapakpun yang terinspirasi mengikuti jejaknya).

Adakah Anda memperhatikan sesuatu dalam fakta-fakta di atas?

Selalu ada satu orang yang membuat perbedaan. Selalu ada satu orang yang menolak untuk menyerah pada keadaan. Selalu ada satu orang yang berjuang memperbaiki keadaan. Selalu ada satu orang yang setia.

Selalu ada satu orang berhati emas. Sama seperti orang Samaria yang disembuhkan Yesus itu.

Untuk Anda "satu-orang-berhati-emas" itu, tetaplah berjuang. Tetaplah setia. Tetaplah membuat perbedaan.

Sebait lagu berjudul Your Heart Today yang ditulis oleh Manuel V. Fransisco, seorang romo Jesuit, di bawah ini semoga menjadi bekal di tengah perjalanan panjang kesulitan yang Anda alami.

And when I've done all that I've could

Yet there are hearts I cannot move

Lord, grant me hope

That I may be Your heart today

Ayat Favorit Hari Ini

Bagaimana Mencegah Stroke?

Rabu, November 04, 2009

Ini cerita seorang kenalan belum lama ini.

Ia pernah menyaksikan seorang tua marah kepada rekan kerja yang juga seorang tua. Marah dalam arti menyemburkan kata-kata dengan nada tinggi. Bukan marah yang dipendam dalam hati yang lalu menjadi dendam.

Waktu mendengarnya reaksi saya biasa saja. Seorang tua berlagak seperti mobil pemadam kebakaran yang menyemprotkan air, tidak ada yang aneh. Kebanyakan orang juga begitu.

Masalahnya, sambung kenalan saya ini, orang tua tadi saking marahnya mendadak terserang stroke. Yang dimarahi baik-baik saja, kelihatannya.

Itu baru cerita, kata saya (tanpa bermaksud bergembira di atas penderitaan orang lain).

Tiga hari lalu saya menemukan kata-kata bijak dari Mahatma Gandhi. Tentang kemarahan.

Kemarahan adalah air keras yang akan lebih merusak bejana tempat penyimpanannya daripada benda-benda yang disiram dengannya.

Kalau saja orang tua malang itu tahu lebih awal kata-kata Gandhi ini mungkin ia tidak akan terserang stroke.

Paling tidak Anda sekarang sudah mengetahuinya.