Suatu malam di sebuah rumah sakit. Beberapa bulan yang lalu. Kebetulan saya sedang menjenguk seorang umat yang terbaring sakit ketika telpon saya berdering. Dari teman saya.
"Ter, mau tanya dunk?"
"Apa?"
"Kenapa sich kita mesti ngalamin kejadian pahit yang sama dua kali? Apa maksud Tuhan?"
Saya tidak ingat lagi jawaban saya malam itu. Yang saya ingat hanyalah jawaban itu tidak memuaskan hatinya. Seingat saya juga, saya berjanji untuk mencari jawaban yang lebih meyakinkan—janji yang tidak pernah saya tepati (sori ya).
Lima hari yang lalu, di siang hari, telpon saya berdering. Ketika itu saya di kamar. Sedang membaca. Dari teman saya. Tebak siapa? Siapa lagi?
"Ter, masih ingat gak saya pernah nanya ama frater kenapa Tuhan ngasih kejadian pahit yang sama ampe dua kali?"
"Masih". Saya baru ingat lagi janji saya kepadanya. Dan, sialnya, saya belum tahu jawabannya. "Kenapa?"
"Saya udah ketemu jawabannya!"
"O ya? Apa?
"Sebenarnya Tuhan ingin nyampein sesuatu ke kita di kejadian pertama. Tapi karena kita gak nangkep maksud-Nya, Dia ngasih lagi kedua kali kejadian yang sama".
Suaranya kedengaran puas dan yakin. Saya tahu saya tidak perlu lagi menepati janji saya.
0 komentar:
Posting Komentar