"Eh tau gak, semalam Mumbai diserang teroris?" tanya teman saya tadi di meja makan. Saya baru tahu saat itu.
Selesai makan, saya bergegas menyalakan televisi, menonton berita siang. Benar.
Bacaan Injil hari ini berkisah "Tentang runtuhnya Yerusalem" (Luk. 21:20-24): bahwa Yerusalem akan diinjak-injak bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah, penduduknya akan tewas oleh pedang dan sisanya akan dijadikan tawanan.
Para penduduk di Mumbai sedang mengalami keruntuhan juga akibat serangan teroris semalam (semoga Tuhan melindungi mereka yang masih bertahan dan menerima arwah mereka yang menjadi korban).
Anda sendiri mungkin sedang "runtuh" juga oleh penderitaan yang Anda alami: Ya runtuh fisik, emosi, mental atau spiritual. Ini beberapa ide menjalani penderitaan yang baik. Saya mengutipnya dari buku yang sama yang sudah saya sebutkan kemarin.
Ø Menggunakan penderitaan untuk membantu dan memperkaya orang lain.
Ø Menggunakan penderitaan untuk menjadi orang yang lebih baik—menunjukkan karakter dan kebaikan tertinggi Anda dalam menghadapi kesedihan.
Ø Melihat ke dalam, dan secara pribadi memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan Anda dalam menghadapi kesulitan.
Ø Menggunakan dan meneruskannya dengan ketetapan hati yang terus diperbaharui.
Ø Menjadi manusia—mengakui ketika penderitaan itu berat atau menyakitkan—tidak berpura-pura hal itu tidak ada, merampas pelajaran-pelajaran penting dari diri Anda.
Ø Meminta bantuan ketika Anda membutuhkannya.
Ø Mengubah penderitaan menjadi alasan untuk bertindak.
Ø Terbuka terhadap penderitaan itu—membiarkan orang lain belajar dari apa yang Anda jalani.
Selain itu, jangan lupa untuk menanyakan kepada diri sendiri: apa yang bisa saya lakukan untuk melangkah maju, membuat peningkatan sekecil apa pun dalam cara saya, dan orang lain, menjalani penderitaan saya? Apa yang bisa saya lakukan secepatnya untuk melewati situasi ini? Saya ingin mehidupan saya seperti apa bagi diri saya dan orang lain pada sisi lain?
Tahukah Anda ketika sedang menderita, kita bisa tanpa sadar melakukan identifikasi: kita mencap diri kita sesuai dengan apa yang sedang kita derita dan bertindak sesuai cap itu dengan tujuan memberi excuse kepada diri sendiri dan orang lain. Misalnya, "gak tahu apa orang lagi patah hati". Sah saja mengatakannya, lagipula memang faktanya sedang patah hati. Tetapi berbahaya kalau setiap saat kalimat itu terus yang kita ucapkan kepada diri sendiri dan orang di sekitar kita hanya supaya mendapat perhatian dan pengertian.
Ini yang sering memperlama penderitaan.
Ayolah… bangkit donk.
0 komentar:
Posting Komentar