Saya punya dua alamat e-mail. Tidak ada maksud untuk gaya-gayaan. Yang satu berusia 4 tahun—waktu itu saya masih buta teknologi, tapi murid-murid saya mendesak "frater mesti punya email" dengan alasan "biar curhatnya bisa panjang lebar". (Sebenarnya ada dua desakan: pertama email, kedua friendster. Yang email, "okelah" pikir saya, kalo friendster, saya pikir itu genit).
Email yang lain belum genap dua tahun. Dua email ini untuk kepentingan yang berbeda: yang satu untuk teman, kenalan, keluarga, sementara yang lain untuk urusan dengan pihak luar yang resmi sifatnya, semisal mengirim tulisan ke surat kabar lokal.
Sekalipun untuk kepentingan yang berbeda, keduanya memiliki kesamaan: kotak masuknya (inbox) terisi kebanyakan oleh email terusan (forward). Email terusan ini macam-macam pula jenisnya: yang inspiratif ada, yang lucu ada, yang nakal-agak jorok juga ada, yang curhat ada, yang sekadar basa-basi ada, dan berita-berita seram (hati-hati dengan ini dan itu, waspadai ini dan itu, jangan ini dan itu, lengkap dengan permintaan/perintah "tolong sebarkan ini…" di bawahnya).
Biasanya jika punya waktu cukup dan tentu saja kalau internetnya tidak ngadat, saya menikmati email-email terusan itu. Kecuali, berita-berita seram. Mengapa saya tidak menikmati jenis yang ini? Di kepala saya selalu muncul keprihatinan, "kok bisa ya? kok tega ya?". Kadang-kadang, penasaran, "masak sih?" Karena tidak menikmati, saya selalu menghapusnya dari kotak masuk.
Harian Kompas dua hari yang lalu (23/11) menyajikan tulisan tentang "berita-berita seram" itu. Katanya, berita-berita demikian tidak selalu benar. Kalau isinya sensasional dan dibumbuhi dengan "tolong sebarkan," harus diragukan kebenarannya. Nah loh, padahal "berita-berita seram" itu 'kan sensasional semua?
Yesus dalam Injil pagi ini (Luk 21:5-11) mewanti-wanti, "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan". Karena akan tampil banyak nabi palsu.
"Berita-berita seram" itu bisa jadi penyesatan model baru. Dan yang menulis berita-berita itu bisa jadi adalah nabi-nabi palsu zaman ini yang gemar bikin sensasi padahal isinya kebohongan. Karena itu, tidak ada sikap yang lebih tepat lagi selain waspada; waspada terhadap apa yang Anda baca. Jangan sekali baca, langsung percaya dan mulai mengarahkan mouse ke menu forward.
0 komentar:
Posting Komentar