Pilihannya adalah bertumbuh atau dicaplok ayam

Rabu, November 19, 2008

Ada dua buah bibit tanaman yang terhampar di ladang yang subur. Bibit pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar, aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku di atas keras tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam kepada musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."

Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Sementara bibit yang kedua bergumam, "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku pasti akan terkoyak.

Apa yang terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba memakannya? Dan, pasti jika aku tumbuh dan merekah, anak-anak kecil pasti akan berusaha mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai aman."

Dan bibit itupun menunggu dalam kesendirian.

Beberapa pecan kemudian seekor ayam mengais-ngais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi dan mencaploknya segera.

Pagi ini, dalam Injil Yesus bicara tentang perumpaan tentang uang mina (Luk. 19:11-27). Beberapa orang dibagikan mina oleh bangsawan yang mau bepergian. Hampir semua menggandakannya, kecuali satu orang yang memilih menguburkannya. Ketika bangsawan itu kembali, yang menggandakan memperoleh upahnya dan yang menguburnya dihukum mati.

Pesannya sesungguhnya bukan hanya "ayo kembangkan talentamu". Lebih luas daripada itu, hidup ini berwarna. Kadang-kadang (mungkin untuk beberapa orang hampir selalu) berwarna hitam: sedih, susah, pesimis, selalu ada masalah, sakit, bla-bla-bla.

Dalam semua warna itu (termasuk hitam sekalipun), Tuhan memberikan berkat-Nya kepada masing-masing kita. Memilih itu termasuk salah satu berkat-Nya. Maka kita bisa dan harus memilih "berakar dan tumbuh ke atas" atau "berdiam di dalam tanah" seperti bibit-bibit itu; memilih "menggandakan mina" atau "mengubur dalam tanah" seperti perumpaan yang disampaikan Yesus.

Ingat saja, berakar dan tumbuh ke atas membuat bibit itu sungguh menikmati kehidupan; menggandakan mina akan memperoleh imbalannya berupa kebahagiaan bersama sang bangsawan. Sebaliknya, mengubur (diri) dalam tanah hanya membawa malapetaka: dicaplok ayam atau dipenggal kepala.

Jangan terus berada dalam kesedihan, kecemasan, dukacita, dan pesimisme. Karena, percayalah, Anda akan mati perlahan-lahan: jiwa Anda, semangat Anda, masa depan Anda, karir Anda, dan pada akhirnya fisik Anda.

Anda mau bahagia, bukan?  

0 komentar: