Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseJumat, Desember 31, 2010
Penulis favorit saya, Malcolm Gladwell, pernah bilang, "Otak kita sebenarnya tidak tahu persis apa yang lidah kita inginkan". Ia bicara soal selera makan kita.
Tinggal beberapa jam saja tahun 2010 akan berlalu. Pelajaran apa yang terpenting yang saya petik dalam tahun ini?
"Otak kita sebenarnya tidak tahu persis apa yang hati kita inginkan". Saya bicara soal pelajaran penting yang saya petik.
Anda tahu 'kan saran orang bijak 'Ikuti kata hatimu'; populernya, just follow your heart? Katanya, ikuti kata hatimu. Dan kebahagiaan, kepuasan batin dan (jika menyangkut pekerjaan) uang akan datang dengan sendirinya.
Saya mengikuti saran ini beberapa kali dalam tahun ini.
Surprise… Saya sebenarnya tidak tahu apa yang hati saya inginkan.
Contoh. Ada saat ketika saya meminta fasilitas ini dan itu untuk menunjang pekerjaan saya. Saya berharap bisa bekerja sama dengan si A dan si B. Saya mengajukan syarat ini dan itu sebelum saya memulai pekerjaan saya. Saya menuntut kemudahan ini dan itu. Bahkan pernah saya, dengan percaya diri, bernegosiasi soal pekerjaan seperti apa yang ingin saya kerjakan. Karena saya membayangkan, jika semua terpenuhi saya akan sukses. Saya percaya itulah panggilan hati saya. Saya yakin dalam situasi itulah segala potensi saya akan bertumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Permintaan saya dipenuhi. Semuanya, persis seperti yang saya inginkan. Fasilitas ini dan itu, pekerjaan idaman, orang-orang idaman. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Ternyata otak saya tidak tahu persis apa yang hati saya inginkan.
Saya tidak betah. Kebahagiaan dan kepuasan batin tak kunjung datang.
Saya mulai mengeluh. Terus mengeluh. Hasil pekerjaan pun jauh dari baik. Saya menginginkan pekerjaan baru lagi… Mengajukan syarat baru lagi…
Tetapi, ada kalanya, ketika saya membiarkan diri diatur orang lain; ketika saya membiarkan hidup membawa saya ke situasi dan pekerjaan yang tidak saya pikirkan sebelumnya, kebahagiaan datang. Tidak serta merta datang memang. Tetapi datang. Kebahagiaan datang di tempat saya tidak memilihnya. Kebahagiaan datang dari orang-orang yang tidak saya inginkan sebelumnya.
Aneh…
Tapi nyata.
Selamat memasuki Tahun Baru. Semoga banyak kebahagiaan akan datang dalam hidup Anda.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseMinggu, Desember 26, 2010
"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah" (Ibr. 12:2)
Foto itu terpampang di halaman pertama Yomiuri Shimbun, koran nasional Jepang. Pembaca koran ini, di seantero jepang, mencapai 26 juta-an. Oplahnya mencapai angka di atas 10 juta yang menjadikannya koran dengan oplah terbesar di Jepang bahkan di dunia saat ini.
Dengan kata lain, foto itu dilihat oleh lebih dari 26 juta orang di Jepang ini.
Foto apa?
Pohon Natal terbesar di salah satu mall di Jakarta. (Kata teman saya, pohon Natal itu adanya di Citra Land).
Banggalah saya. Foto dari Indonesia bisa dimuat di koran papan atas Jepang. Wuiiihhh….
Tapi, tunggu, mengapa koran sebesar dan seberwibawa itu repot-repot memajang foto yang (menurut saya) gak penting itu?
Di bawah foto yang menyolok itu tertulis caption yang menohok. Kira-kira bunyinya, beberapa tokoh Islam di Indonesia menganggap hiasan Natal di mall-mall sebagai provokasi mengingat Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim.
Yaelah…
Akhirnya saya mengerti mengapa foto itu dipajang di halaman pertama.
Saya tinggal di Nagoya sekarang. Nagoya itu kota perindustrian, salah satu kota terbesar di Jepang.
Dan di kota besar ini jumlah penduduk beragama Kristen (Katolik, Protestan dan sekte-sektenya) sama sekali tidak meyakinkan. Cuman seupil, kasarnya.
Tetapi suasana Natal memenuhi seantero pusat-pusat ekonomi (mulai dari toko-toko kecil sampai mal-mal besar, penginapan murah sampai hotel berbintang, rumah makan kelas warteg sampai restoran elite). Kota ini semarak dengan suasana Natal.
Ada pohon terang, pernak-pernik Santa Claus, lagu-lagu Natal. Semuanya ada. Saking semaraknya, seorang romo berkomentar jenaka, "Even our church celebrates Christmas". Bahkan gereja kitapun merayakan Nayal, katanya. Seolah-olah kita ikut rame saja.
Padahal mayoritas penduduk di kota ini beragama Budha dan Shinto. Tanggal 25, kemarin, bukanlah tanggal merah di Jepang.
Jadi, untuk apa semua semarak Natal itu? Bisnis. Itu saja. Karena itu satu-satunya yang hilang dari semua kehebohan Natal di kota industri ini adalah Yesus. Ada pohon terang, pernak-pernik Santa Claus, lagu-lagu Natal. Tetapi tidak ada Yesus. Kandang tempat Ia lahir pun tidak.
Natal di kota ini adalah tentang mitos Santa Claus dan hadiah-hadiahnya.
Semoga Yesus tidak hilang dalam perayaan Natal Anda.
P.S: Hari ini semua pernak-pernik Natal itu hilang tak berbekas. Disimpan lagi untuk dipakai tahun depan.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseJumat, Desember 24, 2010
P.S: Cobalah untuk menjauhi internet, Facebook dan Twitter. Natal hanya sekali setahun, teman. Less quantity means quality. Manfaatkan waktu berkualitas dan berahmat ini dengan orang(-orang) yang Anda cintai.
Karena kebaikan hati seorang ibu, beberapa orang, saya termasuk di dalamnya, bisa menikmati hidangan yang untuk menyantapnya saja butuh 4 pasang garpu dan pisau, 4 buah gelas. Masih ditambah lagi dengan 3 buah sendok berbeda ukuran.
Dan sebegitu banyak peralatan makan itu dipakai hanya oleh satu orang. Meja makan untuk menampung empat orang tersebut penuh dengan peralatan makan di atasnya.
"We eat quality. Not quantity" komentar seorang romo, juga termasuk dalam beberapa orang itu, sambil mengiris daging di piringnya.
Keesokan harinya. "Quality means less quantity. And quantity means less quality" adalah tanggapan seorang romo lain mendengar cerita santap malam yang ribet itu. Kualitas berarti sedikit jumlahnya. Kuantitas, ya kebalikannya, kualitasnya minim.
Pastinya. Saya menghitung, ada 5 jenis hidangan masakan dan 4 jenis minuman plus sepotong kecil kue.
Kenyang? Hey, "We eat quality, not quantity".
Baiklah.
Dan "Quality means less quantity", kan?
Ya, ya, ya.
Makanan yang disebut berkualitas itu memang tidak cukup mengenyangkan perut (maksud saya itu jika Anda, seperti saya, terbiasa menyantap nasi lengkap dengan lauk pauknya. Nasinya bisa nambah pula).
Tetapi ada sesuatu dalam makanan 'berkualitas' itu berpengaruh terhadap perasaan saya, mungkin juga jiwa saya.
Karena volume makanannya yang sedikit, saya bisa berkonsentrasi untuk mencicipinya dan menikmatinya. Tidak tergesa-gesa untuk menghabiskan (berbeda jika meja makan penuh dengan makanan). Rasa makanannya yang nikmat membuat perasaan saya ikut senang. Seolah-olah lidah mengirim signal ke perasaan.
Itulah keindahan dari kualitas. Barang berkualitas tidak hanya memuaskan fisik saja. Barang berkualitas menyentuh perasaan dan entah bagaimana menyentuh jiwa pula.
Itulah yang terjadi pada saya malam itu. Juga terjadi pada Anda ketika Anda mendengarkan penyanyi favorit Anda. Juga ketika Anda memakai tas LV yang muaahhaalll itu.
Ngomong-ngomong, jika kualitas berarti minim kuantitas, Natal pun berkualitas. Tidak setiap minggu dalam setahun kita secara khusus merayakan Natal kan?
Semoga Natal ini menyentuh jiwa Anda. Semoga Anda memperoleh anugerah yang Anda cari selama ini.
Semoga damai melimpah di hati Anda. Tuhan memberkati.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseSabtu, Desember 18, 2010
Suatu malam, tidak lama setelah kita memasuki masa Adven, saya makan bersama seorang kenalan baik.
Di tengah keasyikan mencomot daging ikan bakar yang gurih, ia bercerita tentang apa yang ingin dilakukannya untuk membuat masa Adven bermakna.
"Saya mau meluangkan waktu untuk mengunjungi sahabat, kenalan dan anggota keluarga yang sudah tua, sakit-sakitan dan kesepian.
Setahu saya dia manusia dengan segudang kesibukan. Maksud saya kesibukannya terang benderang. Bukan jenis kesibukan yang gak-tau-sibuk-apa-pokoknya-sibuk.
Inilah alasannya.
Suatu saat nanti, pikirnya, dia akan menjadi tua, sakit-sakitan dan kesepian juga.
Dari sini kelanjutannya sudah bisa ditebak.
"Sebelum saya mengharapkan orang lain datang mengunjungi saya, saya akan mulai mengunjungi orang lain terlebih dahulu" katanya mantap.
Kitab Suci menyebutnya sebagai hukum tabur-tuai, apa yang akan Anda tanam sekarang akan Anda tuai hasilnya di kemudian hari.
Boleh juga disebut "investasi hari tua".
Masa Adven datang dan pergi setiap tahun. Masa Adven tahun ini saja tinggal beberapa hari. Hitungan mundur telah dimulai.
Mari membuat beberapa hari tersisa ini bermakna.
Masih ingat kata-kata ibu Teresa dari Kalkuta yang saya kutip kemarin?
Yup, "Di dunia ini rasa lapar akan cinta dan perhatian lebih besar daripada rasa lapar akan roti".
Selalu ada yang bisa Anda bagikan. Pengampunan misalnya.
Seperti semua orang pada umumnya, saya selalu berdoa untuk kesehatan saya. Yahhh, kayak "semoga saya dikarunia kesehatan badan dan jiwa yang tetap….". Seperti itulah.
Dan, suatu pagi, ketika saya bangun, pergelangan kaki dan tangan saya membuat kejutan.
Di dunia ini ada dua jenis kejutan. Jenis pertama, kejutan yang benar-benar membuat Anda terkejut. Karena tidak ada tanda, bisikan, atau bocoran sebelumnya. Jenis kedua, kejutan yang memaksa Anda harus berpura-pura terkejut (agar si pemberi kejutan tidak kecewa dan jera merencanakan kejutan berikutnya).
Kejutan di pagi hari itu adalah kejutan jenis pertama.
"Pasti asam urat, frater". Begitu kata sebagian orang.
Dokter ahli penyakit dalam yang saya kunjungi kemudian membantahnya.
Setelah menulis resep obat yang harus saya minum, beliau, seperti juga dokter pada umumnya memberikan keterangan singkat dan padat tentang jangan ini dan itu dan harus begini dan begitu.
Jangan makan ini dan jangan minum itu adalah isi dari 'jangan ini dan itu'.
Olahraga teratur adalah bagian dari 'harus begini dan begitu'.
Dari pengalaman itu, saya akan mengatakan hal berikut ini dengan pasti: doa Anda minta kesehatan tidak akan berarti banyak jika tidak diikuti dengan makan dan olahraga teratur.
Percuma saja Anda meminta dalam doa tetapi tidak melakukan sesuatu.
Tuhan akan menunjukkan kepada Anda jawaban dari doa Anda. Dalam kasus saya, Tuhan menunjukkan dengan cara yang mengejutkan: pergelangan kaki dan tangan saya sakit minta ampun.
Dan ini tidak hanya berlaku untuk kesehatan.
Anda berdoa meminta kerukunan dan keharmonisan dalam rumah tangga tetapi tidak melakukan sesuatu untuk mengusahakannya, hati-hati. Tuhan akan mengizinkan 'kejutan' datang dalam hidup perkawinan Anda.
Saya tahu apa yang saya katakan barusan itu bukan lagi kejutan bagi Anda.
P.S: Kalaupun apa yang saya katakan itu kejutan, saya yakin kejutan yang Anda alami adalah kejutan jenis yang kedua. Oh, pergelangan kaki dan tangan saya baik-baik saja sekarang (emang ada yang tanya?). Oh, oh, saya sekarang bersepeda ke mana-mana (siapa tahu ada yang mau tahu olahraga saya apa).
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseKamis, Desember 16, 2010
Kekaguman saya pada sosok Nelson Mandela menggebu ketika Afrika Selatan dipercaya oleh FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun ini.
Sebagian kecil karena media massa menampilkan sosoknya sedemikian heroik. Sebagian besar karena berapa banyak sih tokoh sebesar beliau yang patut diteladani yang masih hidup?
Kekaguman itu membuat saya menyisihkan uang untuk membeli Long Walk to Freedom, biografi beliau.
Biografi Mandela ini adalah buku biografi pertama yang saya beli. Biasanya saya paling malas membaca biografi.
Entah mengapa dan bagaimana, saya merasa orang cenderung melebih-lebihkan kisah hidupnya sendiri (itukah sebabnya buku biografi apalagi otobiografi cenderung tebal dan berat?)
Ok, kembali ke Mandela. Suatu hari, belum lama ini, saya menemukan fakta kecil tentang beliau yang tak urung membuat saya tersenyum-senyum.
Tokoh besar ini menghabiskan hidupnya dalam penjara selama 27 tahun. Selama waktu itu, ia dipukuli dan disiksa. Selain itu, masih ada kerja paksa di tengah panas Afrika Selatan yang tidak main-main, 100 derajat. Ia berhasil melalui 27 tahun penderitaan itu. Ia keluar dari penjara dan menyerukan pengampunan kepada mereka yang telah memperlakukannya demikian.
Tetapi (ini dia yang membuat saya tersenyum-senyum), hanya 6 bulan menjalani kehidupan rumah tangga bersama istrinya, ia memutuskan untuk bercerai.
Siapa yang menyangka kehidupan rumah tangga yang hanya 6 bulan ternyata lebih berat bagi seorang Nelson Mandela daripada dipukuli dan disiksa selama 27 tahun di penjara.
Jadi, ketika bulan lalu saya menghadiri dan turut merayakan 50 tahun perkawinan pasangan yang saya kenal, saya sadar tokoh besar yang patut diteladani bukan hanya Mandela. Pasangan itu juga adalah tokoh-tokoh besar.
Kesetiaan mereka mempertahankan janji perkawinan mereka di hadapan Allah selama 50 tahun patut diteladani. Anda, bisa jadi, adalah tokoh besar berikutnya. Amin.
Saya baru saja menonton program World Report di saluran televisi internasional CNN. Kabarnya, ada seekor anjing layak tercatat dalam Guinness Book of Records. Pasalnya, usianya kini 25 tahun.
Padahal, ini informasi yang saya dapatkan (terima kasih kepada Google), usia rata-rata hidup seekor anjing 12-15 tahun.
Apa rahasianya?
"I think it's lots of love. I think it's lots of love" jawab pemiliknya.
Semoga Tuhan mengisi hati Anda dengan banyak cinta agar bisa dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.
Saya suka kata-kata ibu Teresa dari Kalkuta, "Di dunia ini rasa lapar akan cinta dan perhatian lebih besar daripada rasa lapar akan roti".
Karena cinta, anjing saja bisa bertahan lebih lama 10 tahun dari usia normal.
Damai dan cinta, semoga senantiasa, memenuhi hati Anda.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseSabtu, Oktober 09, 2010
"Kenapa gak beli aja satu, piara di rumah?"
Suatu malam, 3 hari yang lalu, saya dan seorang teman menikmati tingkah pola yang menggemaskan dari bermacam anjing dalam kurungan yang tegak berjejer. Melihat dia begitu antusias mengajak bermain anjing-anjing itu, pertanyaan itu meluncur dari bibir saya.
"Ntar gak ada yang perhatikan. Saya gak punya waktu buat ngurusin, frater" jawabnya.
"Saya berangkat kerja pagi, pulangnya udah malam. Siapa yang mau ngurusin?"
Saya pernah mendengar alasan seperti itu sebelumnya. Yang belum pernah saya dengar adalah kelanjutannya.
"Saya gak mau kalo orang gituin saya. Jadi, saya juga gak mau ngelakuin itu".
Teman saya, malam itu, bukan hanya mengingatkan saya tentang aturan emas: jangan melakukan apa yang Anda tidak ingin orang lain lakukan kepada Anda.
Ia, tanpa sadar, sedang mengajarkan kepada saya pelajaran penting dalam hidup: adakalanya pilihan terbaik yang harus diambil adalah melepaskan dan merelakan pergi.
P.S: Tidak setiap hari Anda bertemu dengan seseorang yang menganggap kebahagiaan seekor anjing jauh lebih penting daripada kepuasan pemiliknya. Saya bersyukur berdiri bersamanya di depan deretan kandang-kandang anjing itu.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseSelasa, Oktober 05, 2010
Baru 20 menit yang lalu saya membeli majalah Bloomberg Businessweek edisi terbaru dari penjual majalah di depan pastoran. Dan saya menemukan artikel menarik di halaman paling belakang. Tentang Larry King, talk show host, yang kesohor itu. Tentang pilihan sulit yang harus diambilnya. Saya ketik ulang untuk Anda di bawah ini. Semoga terinspirasi.
Saat Larry King Live mendekati akhir masa kerjanya, pembawa acara bincang-bincang legendaris ini mengingat bagaimana ia hampir keluar dari CNN beberapa dekade lalu.
Ketika itu tahun 1989, dan saya telah membawakan Larry King Live selama empat tahun. Kontrak saya dengan CNN akan berakhir, dan saya punya tiga bulan untuk mencari tambatan baru. Agen saya saat itu, Bob Woolf, punya banyak penawaran bagus untuk dipertimbangkan.
Fox menginginkan saya. ABC mengatakan mereka ingin saya bekerja di bawah Ted Koppel. The King Brothers [dari King World Productions] ingin memberikan saya kontrak serupa dengan yang mereka pernah berikan kepada Oprah. Acara ini akan diputar di banyak kanal dan saya akan mendapatkan 9 % keuntungan.
Pendapatan tahunan saya $800.000 saat itu dan kontrak baru akan memberi saya $1,5 juta. Sudah jelas saya harus pergi. Saya memutuskan mengambil salah satunya, dan saya minta Bob membereskannya. Ini adalah saat yang tepat untuk mengambil kesempatan. Acara saya lumayan popular, dan menghasilkan banyak uang.
Saya ingat dijemput malam itu di LAX. Saya berkencan dengan Angie Dickinson pada waktu itu, dan kami akan makan malam di Beverly Hills Hotel. Keesokan harinya, pukul 6 pagi, saya mendapat telpon dari Ted Turner [pemilik CNN] di New York. Ia didampingi Bob Woolf di kantornya dan mereka menggunakan speakerphone.
"Saya dengar kamu ingin pergi," kata Ted kepada saya. "Katakan langsung kepadaku." Saya mendengar Bob di belakangnya berkata, "Itu tidak etis." Tapi Ted berkata, "Persetan dengan etika. Katakan selamat tinggal kepadaku."
Saat itulah saya ingat pernah berdiskusi dengan Angie malam sebelumnya. Ia bertanya kepada saya, "Apa kamu tidak bahagia, itukah sebabnya kamu ingin pergi?" Bukan. Ia berkata, "Jika kamu mengambil semua uang itu, saat kamu sedang tidak bahagia, kamu akan berkata kepada diri sendiri, 'Sialan, kenapa dulu aku pindah?'"
Ia benar. Saya bilang kepada Ted, saya akan bertahan. Acara kami mulai menjadi jauh lebih popular, dan dengan segera saya menghasilkan lebih banyak uang. Ternyata itu adalah keputusan yang tepat. Kadang Anda tidak perlu membuat perubahan untuk sukses. Kadang kesuksesan ada tepat di depan Anda.
Lalu, saya ada di restoran The Palm di Washington. Michael King sedang duduk di seberang ruangan saya. Ia berdiri dan berteriak, "Saya menjadikan kamu mesin uang!" ((Bloomberg Businessweek, 7-13 Oktober 2010)
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseSabtu, Oktober 02, 2010
Oleh: P. Metodius Sarumaha, OFM Cap.
Tahukah Anda mengapa bulan Mei menjadi Bulan Maria? Lalu bagaimana dengan bulan Oktober? Berdasar pada tradisi Gereja, dua bulan tersebut memang dikhususkan untuk menghormati Maria. Tapi, bulan Mei lebih disebut sebagai bulan Maria, sedangkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Sebetulnya, tradisi yang memandang bulan Mei sebagai bulan Maria sudah ada sejak abad pertengahan. Pada mulanya, orang-orang kafir di Italia dan Jerman sudah mempunyai kebiasaan untuk menghormati dewa-dewi pada bulan Mei. Ketika mereka menjadi Kristen, bentuk kebiasaan bulan Mei itu tetap dilanjutkan, tapi sasarannya diganti: bukan lagi dewa-dewi, tapi Bunda Maria.
Tahukah Anda bahwa penghormatan terhadap Maria juga merupakan hasil perkembangan dalam Gereja, sejak abad XVII hingga abad XIX? Pada tanggal 1 Mei 1965, Paus Paulus VI dengan ensiklik Mense Maio menegaskan kembali tradisi kesalehan ini dengan menyatakan bahwa penghormatan kepada Bunda Maria pada bulan Mei merupakan "kebiasaan yang amat bernilai". Adapun, kebiasaan bulan Oktober sebagai bulan rosario dinyatakan pertama kalinya oleh Paus Leo XIII pada akhir abad XIX yang menganjurkan umat beriman untuk berdoa rosario setiap hari pada bulan Oktober.
Tahukah Anda bahwa dalam Injil, tidak banyak pembicaraan tentang Maria? Intervensi Maria dalam masa-masa awal kelahiran sampai Yesus remaja (melahirkan, mengungsi, mengantar sunat, mengantar dan menjemput ke bait Allah) dan perkawinan Kana. Maria tampil lagi ketika berdiri di kaki salib Yesus. Juga, pasca kenaikan Yesus ke surga, ketika para murid bingung, Maria ada dan menemani para rasul di Yerusalem. Kehadiran yang tidak menonjol (namun penting), berbeda sekali dengan perhatian yang diberikan Gereja sejak abad-abad pertama:
1. Abad pertama: Sejak dulu, Maria amat dihormati baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat. Doa pertama yang langsung ditujukan kepada Maria adalah doa latin Sub Tuum Praesidium, yang berasal dari abad ketiga. Kini, doa ini kerap dipakai dalam completorium (doa malam yang biasanya dipakai di biara-biara). Arti lengkap doa tersebut: "Santa Maria, Bunda Kristus, kami berlindung kepadamu, janganlah mengabaikan doa kami, bila kami di rundung nestapa. Bebaskanlah kami selalu dari segala mara bahaya, ya perawan yang tersuci."
2. Ratu Kita: Dalam abad ke-12, muncul nama baru untuk Maria, Notre Dame atau Our Lady, yang dalam bahasa Indonesia, diartikan sebagai Ratu Kita. Abad ini ditandai dengan ke-ksatria-an dan pemujian kaum hawa. Banyak katedral dibangun untuk memuliakan Maria. Dalam abad ke-11, Ademar dari Monteil sudah menulis madah Salve Regina, "Salam Ya Ratu", yang kemudian didengungkan dimana-mana, misalnya dalam ibadat salve dan penutup doa ofisi (juga didoakan di biara-biara).
3. Malaikat Tuhan: Doa Angelus atau Malaikat Tuhan adalah doa untuk memperingati penjelmaan Kristus dalam rahim Maria. Doa ini terdiri dari tiga ayat dan setiap kali didoakan dikuti dengan doa Salam Maria. Doa ini berasal dari abad pertengahan, didoakan pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00 – ketika lonceng gereja dibunyikan.
4. Devosi kepada Maria sebagai Mater Dolorosa (Ibu yang Berdukacita) berasal dari Injil Lukas (2:35). Dalam ayat tersebut, Simeon memberi nubuat kepada Maria bahwa "suatu pedang akan menembus jiwanya". Biasanya orang menghitung tujuh dukacita atau 'pedang' yang menembus jiwa Maria, a.l: nubuat Simeon sendiri, pengungsian ke Mesir, sabda Maria: "Lihatlah ayah dan ibumu mencari Engkau dengan cemas" (ketika Yesus tertinggal di Bait Allah), pertemuan dengan Yesus yang memanggul salib, ibu Maria berdiri di kaki salib, Yesus diturunkan dari salib dan diletakkan di pangkuan ibunda (adegannya seperti digambarkan oleh Michelangelo dengan patung pieta-nya), Yesus dimakamkan. Pesta Mater Dolorosa sendiri diresmikan oleh Paus Benedictus XIII pada tahun 1727, dan kini dirayakan setiap tanggal15 September.
5. Hati Tersuci St. Maria: Devosi ini dirintis oleh Santo Yohanes Eudes (1601-1680). Devosi ini kini mendapat tempat dalam liturgi pada hari Sabtu sesudah Minggu Pentakosta dengan misa kudus untuk memperingati Hati tersuci St.Perawan Maria.
Dalam bulan Mei ini doa yang indah bagi Bunda Maria menurut tradisi Katolik adalah doa Salam Maria. Bagian pertama dari doa tersebut berkembang dalam abad pertengahan ketika Maria, Bunda Yesus, menjadi bahan perhatian umat kristiani sebagai saksi terbesar atas hidup, wafat dan kebangkitan Yesus. Bagian awal dari doa Salam Maria merupakan salam Malaikat Gabriel di Nazaret menurut Injil Lukas: Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu.Dengan salam itu, Malaikat Tuhan menyatakan belas kasih ilahi bahwa Tuhan akan menyertai Maria. Maria akan melahirkan Yesus ke dunia. Bagian selanjutnya, adalah salam yang disampaikan kepada Maria oleh Elisabet, sepupunya, seperti ditulis dalam Injil Lukas: terpujilah engkau di antara wanita, dan terpuilah buahtubuhmu Yesus. Dan akhirnya pada abad ke-15, bagian doa selanjutnya ditambahkan: Santa Maria,bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati.Melalui bagian doa ini kita memohon kepada Bunda Maria untuk mendoakan kita orang yang berdosa, sekarang dan menjelang saat ajal kita.
Bunda Maria adalah bunda yang siap memperhatikan dan mendampingi kita anak-anaknya dalam peziarahan kita di dunia ini.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseRabu, September 29, 2010
"Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran" (1 Kor. 5:8)
Kami, saya dan dua orang bapak, sedang menyantap sepiring besar udang rebus dan kepiting saus padang yang lezat ketika percakapan ini terjadi:
Bapak A: "Susah banget ya ngurus perkawinan. Pusing gue".
Bapak B: "Masalahnya loe mau jadi orang benar bos, itu yang bikin susah. Loe bisa aja kan hidup sama-sama ama bini loe tanpa nikah greja. Tapi kan loe mau yang benar buat jadi pegangan. Jadi orang benar itu susah bos".
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseSenin, September 27, 2010
Keuntungan menjadi anonim adalah orang tidak menyensor apa yang akan dikatakannya kepada saya. Masih ingat?
Nah, termasuk yang tidak disensor oleh sang supir taksi adalah bagaimana ia dan istrinya bertemu (yang membuatnya menolak pilihan orang tuanya).
Ini cerita tentang pasangan hidup di depan mata. Dan Tuhan yang, seperti biasa, selalu punya cara mempertemukan dua anak manusia. Kali ini cara-Nya unik: melalui buah kelapa.
"Istri saya dulu di kampung adalah tetangga saya".
Oh, ok.
"Bapaknya bekerja di luar kampung dan jarang pulang. Jadi dia tinggal ama mamanya". Saban kali mereka membutuhkan sebutir kelapa buat memasak, dia selalu dimintai bantuan. Rupanya ada sebatang pohon kelapa di samping rumah mereka.
Awalnya, katanya, tidak ada yang terjadi. Ia hanya ingin menjadi tetangga yang baik. "Tapi lama-lama saya perhatikan kok anaknya suka nungguin di bawah pohon kelapa. Makin ke sini sebelum nungguin kok pake dandan segala".
Sebelum bertemu dengan supir taksi ini saya baru saja membaca kisah (nyata) putri kerajaan yang menemukan cintanya di tempat fitness. Kali ini saya mendengar cerita yang lebih eksotis: cinta ditemukan di atas pohon kelapa!
Keuntungan pacaran jarak dekat, katanya, menghemat keuangan. Jendela kamar mereka berhadap-hadapan. "Dia tahu saya punya uang apa gak".
Selain itu, "Gak bisa bohong. Kalo sakit ya bilang sakit". Memang susah untuk membohongi pacar jika jendela kamar berhadap-hadapan. Apa yang bisa disembunyikan?
Bagaimana kisah cinta Anda, eksotis jugakah?
P.S: Bagi Anda yang masih mencari, bisa jadi ia berada persis di depan mata Anda selama ini. Mungkin ia yang di tempat fitness, mungkin juga ia yang di atas pohon kelapa. Siapa tahu? Cinta 'kan aneh, kadang-kadang.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseMinggu, September 26, 2010
"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (Mzm. 139:13-14)
Begitulah percakapan itu dimulai. Pada suatu malam, seminggu sebelum Lebaran tiba. Antara saya dan seorang pengemudi taksi. Dia seorang Katolik berusia 60-an tahun.
Oh ya, saya tidak memberitahu beliau kalau penumpangnya seorang frater. Saya belajar dari pengalaman, identitas saya sebagai frater, ada kalanya, membuat orang menyensor sendiri apa yang akan diceritakan. Alhasil, percakapan kami berjalan seperti seorang guru yang sedang mengajari muridnya. Hanya kali ini pelajarannya adalah pelajaran tentang hidup itu sendiri. (Dan saya akan menuliskan percakapan kami dalam beberapa bagian. Anggap ini bagian pertama.)
Tentang menjadi Katolik itu sendiri, ia punya cerita. Ia terlahir sebagai seorang Muslim di tengah keluarga Muslim yang taat.
"Trus kenapa masuk Katolik, pak?".
Sederhana saja ternyata jawabannya. Sebagai anak kecil ia sangat menikmati cerita-cerita Alkitab (Daud melawan Goliath dan sebagainya) yang diceritakan oleh katekis yang bertugas di kampungnya. Bagaimana bisa ia mengikuti cerita sang katekis? Di kampungnya di Lampung sana ada sekelompok kecil umat Katolik. Tiap minggu, sebagaimana lazimnya, selalu ada sekolah minggu. Beberapa temannya adalah anggotanya. Dan ia cukup penasaran untuk mengintip dari jendela dan pintu apa yang dilakukan oleh teman-temannya. Sang katekis yang jeli akhirnya mempersilahkan bocah penasaran itu masuk dan bergabung bersama teman-temannya.
Ia bukan hanya dipersilahkan masuk. Ia diperlakukan sama dengan anak-anak sekolah minggu yang lain: ia diperhatikan dan dikasihi olehnya.
Keputusan paling penting yang akan diambilnya kemudian berawal dari guru sekolah minggu yang baik hati itu.
Ketika kemudian ia mantap menjadi Katolik, kata-kata yang keluar dari ayahnya adalah saya tidak mau suatu saat kamu datang lagi kepada saya dan ingin pindah lagi ke agama lain atau masuk Islam lagi. Agama, katanya, bukan seperti ganti baju.
Beliau tetap menjadi Katolik sampai pada malam ia bercerita kepada saya. Dan ia menceritakan ini kepada saya dengan suka cita. Nampaknya ia bahagia dengan pilihannya.
Masih tentang pilihan. Ia bercerita tentang langkah orang tuanya memilihkan seorang gadis untuk dinikahinya. Ia dijodohkan.
"Saya gak mau. Saya udah punya pacar waktu itu" katanya berapi-api. Jadi, dia menolak jodoh yang disodorkan orang tuanya dan menikahi pacarnya yang juga beragama Katolik.
Kata-kata yang keluar dari mulut ayahnya kala itu adalah saya tidak mau suatu saat kamu datang lagi kepada saya dan ingin menceraikan istrimu.
Pernikahan itu sudah bertahan selama 30-an tahun ("Udah ilang setrum-nya sih" katanya bercanda sambil terkekeh-kekeh). Mereka dikaruniai dua orang anak. "Ini bentar lagi mantu anak yang pertama".
Malam itu, supir taksi ini mengajari saya tentang mempertanggungjawabkan setiap pilihan yang sudah dibuat.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseSabtu, September 25, 2010
Semalam, hampir jauh malam, saya diajak menikmati secangkir coklat panas yang lezat. Jika Anda tidak bisa tidur, secangkir coklat panas adalah tawaran yang susah ditolak.
"Di daerah ini terkenal tempat ngumpulnya gay" kata teman yang mengajak.
Tidak masalah. Tokh yang kami cari secangkir coklat panas.
Dan benar saja. Di kafe itu, saya melihat 90 % pengunjungnya pria-pria pesolek dan gemulai. Tidak terlalu pasti berapa persen dari 90 itu yang gay. Coklat panas yang masih mengepul itu lebih menarik perhatian (itu coklat panas terenak sedunia).
"Bagus juga ada tempat seperti itu buat gay" kata saya ketika akhirnya kami kembali lagi ke mobil, setelah coklat panas itu tandas.
Maksud saya, menjadi gay di Indonesia sudah cukup sulit. Pastilah nyaman untuk mereka menemukan tempat atau komunitas di mana mereka bisa menjadi diri sendiri.
Pagi ini saya memikirkan kembali soal komunitas tersebut. Sebenarnya bukan hanya gay yang membutuhkan komunitas.
Faktanya, setiap kita membutuhkan komunitas: tempat di mana kita bisa menjadi diri sendiri dan orang-orang yang dari mereka kita mendapatkan pengertian, kepedulian dan dukungan.
Tetapi komunitas bisa jadi bagian penuh jebakan.
Ada komunitas yang menguatkan dan mendorong kita merangkak keluar dari jurang. Dan ada komunitas yang memegang tangan kita ke bibir jurang dan meyakinkan kita terjun ke dalamnya.
Jadi, bergabunglah dalam komunitas (hey, hidup ini sudah cukup sulit untuk dihadapi sendirian, bukan?)
Tetapi waspadalah terhadap hasil yang Anda capai: Anda semakin menjadi seseorang yang lebih baik? Atau sebaliknya?
P.S: Dalam perjalanan pulang, kami dicegat oleh polisi yang setelah melihat kami, dengan tenangnya bertanya, "Keluarga ya?" Saya berkulit hitam dengan mata lebar dan rambut keriting. Sementara teman-teman saya, dua gadis cantik dengan mata sipit, kulit putih dan rambut lurus. Menurut bapak? (Mungkin kami komunitas penikmat coklat panas, pak).
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseJumat, September 24, 2010
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai (Pkh. 3:1-8)
Dan sesuatu yang terjadi silih berganti itu terjadi karena alasannya. Segala sesuatu terjadi untuk sebuah alasan.
Dan, ini yang paling penting, sesuatu yang terjadi silih berganti itu terjadi sesuai dengan waktu-Nya.
Perhatikan perbedaannya. Bukan "waktunya" (dengan 'n' kecil). Tetapi waktu-Nya (dengan 'N' kapital)
Segala sesuatu terjadi sesuai dengan waktu Tuhan. Bukan waktu kita. Segala seuatu yang terjadi dalam hidup kita berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Diposting oleh
Evaristus AngwarmaseRabu, September 22, 2010
"Selamatkan seseorang dari tenggelam, maka Anda akan bertanggung jawab terhadapnya seumur hidup" (Pepatah Cina)
Saya sudah pernah bercerita kepada Anda kebaikan-kebaikan acak yang pernah saya lakukan: mentraktir makan beberapa anak jalanan dan pengamen.
Ada yang belum saya ceritakan kepada Anda apa yang terjadi selanjutnya dan sesuatu yang saya sadari belakangan.
Anda mungkin tertarik membacanya.
Saya masih bertemu dengan mereka setelah itu. Beberapa kali. Karena mereka masih tetap ada di tempat di mana pertama kali kami bertemu. Dan saya selalu ada urusan di tempat di mana mereka berada.
Tetapi bukan bertemu yang bertukar sapa atau bertukar kabar. Bukan bertemu yang berarti chit-chat basa-basi tentang ini dan itu.
Bertemu maksudnya saya melihat mereka dan entahlah kalau mereka melihat saya berada di sana. Saya menduga mereka melihat saya. Tetapi saya tidak memberi mereka kesempatan untuk menegur saya.
Mengapa? Sederhana: saya menghindari mereka.
Mengapa? Karena saya berpikir menemui mereka sama dengan saya harus melakukan kebaikan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Dan saya tidak punya uang sebanyak itu untuk selalu membelikan mereka makanan. (Belakangan saya berpikir, taruhlah saya punya banyak uang, apakah saya mau terus mentraktir mereka makan?)
Seorang ibu pernah mengatakan kepada saya, mengapa harus menolong seseorang sejak awal jika tidak ingin terlibat dengan hidupnya kemudian?
Benar.
Adakalanya kita memang ingin menolong seseorang. Tetapi kita tidak ingin terlibat terus menerus dalam hidupnya. Kita tidak ingin terikat padanya. Kita sudah cukup repot dengan hidup kita sendiri.
Mengapa harus menolong seseorang sejak awal jika tidak ingin terlibat dengan hidupnya kemudian?
Tuhan memberkati setiap usaha Anda menolong sesama yang membutuhkan.
Itu nama lengkap. Panggil saja Frater Aris. Pertama, biarawan Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC); kedua, calon imam; ketiga, fotografer amatir. Tetapi bisa dihubungi di sini: arismsc@gmail.com. Selamat menikmati. Tunggu, tunggu, terima kasih ya sudah mampir. Ok, selamat menikmati. I hope you feel at home here.