27 Tahun Penjara vs 6 Bulan Perkawinan

Kamis, Desember 16, 2010

Kekaguman saya pada sosok Nelson Mandela menggebu ketika Afrika Selatan dipercaya oleh FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun ini.

Sebagian kecil karena media massa menampilkan sosoknya sedemikian heroik. Sebagian besar karena berapa banyak sih tokoh sebesar beliau yang patut diteladani yang masih hidup?

Kekaguman itu membuat saya menyisihkan uang untuk membeli Long Walk to Freedom, biografi beliau.

Biografi Mandela ini adalah buku biografi pertama yang saya beli. Biasanya saya paling malas membaca biografi.

Entah mengapa dan bagaimana, saya merasa orang cenderung melebih-lebihkan kisah hidupnya sendiri (itukah sebabnya buku biografi apalagi otobiografi cenderung tebal dan berat?)

Ok, kembali ke Mandela. Suatu hari, belum lama ini, saya menemukan fakta kecil tentang beliau yang tak urung membuat saya tersenyum-senyum.

Tokoh besar ini menghabiskan hidupnya dalam penjara selama 27 tahun. Selama waktu itu, ia dipukuli dan disiksa. Selain itu, masih ada kerja paksa di tengah panas Afrika Selatan yang tidak main-main, 100 derajat. Ia berhasil melalui 27 tahun penderitaan itu. Ia keluar dari penjara dan menyerukan pengampunan kepada mereka yang telah memperlakukannya demikian.

Tetapi (ini dia yang membuat saya tersenyum-senyum), hanya 6 bulan menjalani kehidupan rumah tangga bersama istrinya, ia memutuskan untuk bercerai.

Siapa yang menyangka kehidupan rumah tangga yang hanya 6 bulan ternyata lebih berat bagi seorang Nelson Mandela daripada dipukuli dan disiksa selama 27 tahun di penjara.

Jadi, ketika bulan lalu saya menghadiri dan turut merayakan 50 tahun perkawinan pasangan yang saya kenal, saya sadar tokoh besar yang patut diteladani bukan hanya Mandela. Pasangan itu juga adalah tokoh-tokoh besar.

Kesetiaan mereka mempertahankan janji perkawinan mereka di hadapan Allah selama 50 tahun patut diteladani. Anda, bisa jadi, adalah tokoh besar berikutnya. Amin.