Natal di Nagoya

Minggu, Desember 26, 2010

Foto itu terpampang di halaman pertama Yomiuri Shimbun, koran nasional Jepang. Pembaca koran ini, di seantero jepang, mencapai 26 juta-an. Oplahnya mencapai angka di atas 10 juta yang menjadikannya koran dengan oplah terbesar di Jepang bahkan di dunia saat ini.

Dengan kata lain, foto itu dilihat oleh lebih dari 26 juta orang di Jepang ini.

Foto apa?

Pohon Natal terbesar di salah satu mall di Jakarta. (Kata teman saya, pohon Natal itu adanya di Citra Land).

Banggalah saya. Foto dari Indonesia bisa dimuat di koran papan atas Jepang. Wuiiihhh….

Tapi, tunggu, mengapa koran sebesar dan seberwibawa itu repot-repot memajang foto yang (menurut saya) gak penting itu?

Di bawah foto yang menyolok itu tertulis caption yang menohok. Kira-kira bunyinya, beberapa tokoh Islam di Indonesia menganggap hiasan Natal di mall-mall sebagai provokasi mengingat Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim.

Yaelah…

Akhirnya saya mengerti mengapa foto itu dipajang di halaman pertama.

Saya tinggal di Nagoya sekarang. Nagoya itu kota perindustrian, salah satu kota terbesar di Jepang.

Dan di kota besar ini jumlah penduduk beragama Kristen (Katolik, Protestan dan sekte-sektenya) sama sekali tidak meyakinkan. Cuman seupil, kasarnya.

Tetapi suasana Natal memenuhi seantero pusat-pusat ekonomi (mulai dari toko-toko kecil sampai mal-mal besar, penginapan murah sampai hotel berbintang, rumah makan kelas warteg sampai restoran elite). Kota ini semarak dengan suasana Natal.

Ada pohon terang, pernak-pernik Santa Claus, lagu-lagu Natal. Semuanya ada. Saking semaraknya, seorang romo berkomentar jenaka, "Even our church celebrates Christmas". Bahkan gereja kitapun merayakan Nayal, katanya. Seolah-olah kita ikut rame saja.

Padahal mayoritas penduduk di kota ini beragama Budha dan Shinto. Tanggal 25, kemarin, bukanlah tanggal merah di Jepang.

Jadi, untuk apa semua semarak Natal itu? Bisnis. Itu saja. Karena itu satu-satunya yang hilang dari semua kehebohan Natal di kota industri ini adalah Yesus. Ada pohon terang, pernak-pernik Santa Claus, lagu-lagu Natal. Tetapi tidak ada Yesus. Kandang tempat Ia lahir pun tidak.

Natal di kota ini adalah tentang mitos Santa Claus dan hadiah-hadiahnya.

Semoga Yesus tidak hilang dalam perayaan Natal Anda.

P.S: Hari ini semua pernak-pernik Natal itu hilang tak berbekas. Disimpan lagi untuk dipakai tahun depan.