Maaf atas Ketidaknyamanan Ini

Selasa, Maret 22, 2011

Tidak ada yang lebih normal daripada "Terima kasih" (sebanyak-banyaknya bila perlu) begitu Anda ditemukan oleh tim penyelamat; ditemukan dalam keadaan tertindih rak buku akibat gempa bumi.

Tidak ada yang lebih normal daripada ucapan terima kasih.

Tetapi mengucapkan terima kasih sebagai reaksi pertama tidaklah normal untuk orang Jepang.

Surat kabar lokal menerbitkan berita tentang seorang ibu tua yang tertindih rak buku yang jatuh menimpanya ketika gempa terjadi.

Setelah berjam-jam kemudian, tim penyelamat berhasil menemukannya. Dalam keadaan masih hidup tetapi kesakitan.

Reaksi pertama beliau adalah "Maaf atas ketidaknyamanan ini. Kalau ada orang lain yang lebih membutuhkan pertolongan, ke sana saja dulu".

Dalam wawancara kepada media tersebut, menantunya menegaskan, "Setiap orang normal di Jepang akan mengatakan hal yang sama".

Ok, tapi…. Maaf atas ketidaknyamanan ini???????

Saya tiba di Nagoya tahun lalu, persisnya 2 Desember. Tidak butuh waktu lama untuk menyadari orang Jepang sangat royal dalam hal meminta maaf. Sambil menundukkan kepala atau membungkukkan badan.

"Basa-basi" begitu pikir saya saking seringnya saya mendengar permintaan maaf. Bahkan untuk kesalahan yang tidak mereka perbuat, mereka akan meminta maaf.

Tetapi membaca kisah ibu tua itu membuat saya berubah pikiran.

Maksud saya, jika Anda sedang dalam kesakitan sebegitu rupa dan sedang bergumul antara hidup dan mati, tetapi reaksi pertama Anda adalah meminta maaf kepada tim penyelamat karena telah merepotkan, itu bukan lagi basa-basi.

Dan jika Anda terkagum-kagum melihat layar kaca yang sedang menampilkan para pengungsi yang antri dalam barisan yang lebih displin dari barisan pelajar dalam upacara bendera di Indonesia, penjelasannya ada pada kalimat kedua ibu tua itu.

"Kalau ada orang lain yang lebih membutuhkan pertolongan, ke sana saja dulu".

Bangsa ini memiliki jiwa, mentalitas, budaya, pola pikir dan tata krama yang sangat mengagumkan.

Tetaplah mendoakan bangsa ini. Berdoalah untuk penyelesaian krisis nuklir. Berdoalah untuk aparat pemerintah yang sedang melakukan yang terbaik. Berdoalah untuk para korban di tempat-tempat pengungsian dan rumah sakit, semoga mereka tidak kehilangan harapan.

P.S: Jika para korban itu tahu Anda mendoakan mereka, saya bertaruh, yang akan Anda dengar dari mulut mereka pertama kali adalah "ごめんなさい" (Gomenasai). Maaf. Karena telah merepotkan Anda.