Teman baik saya, beberapa waktu yang lalu, mengirimi saya email panjang. Cerita tentang ini dan itu.
Nyaris di bagian akhir email yang panjang itu ada beberapa link ke akun Facebook-nya.
Dengan izin penuh darinya, saya melihat-lihat akunnya.
Teman kelas saya di kelas kursus bahasa Jepang ini pernah bercerita, kalau sedang tidak mengurus suami dan anaknya, ia akan menghabiskan waktunya berselancar di Facebook. Oh, teman kelas seorang ibu rumah tangga beranak satu asal Filipina.
Ketika melihat-lihat akun teman baik saya ini, barulah saya mengerti mengapa ibu rumah tangga ini memilih menghabiskan waktunya ber-Facebook ria. (Pada suatu kesempatan, dia memotret kami semua di dalam kelas, "Mau posting di Facebook" jawabnya ketika ditanya untuk apa).
Saya tidak perlu menjelaskan "mengapa"-nya kepada Anda, bukan?
Majalah TIME menggelari Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, "Person of The Year". Mengapa? Karena Facebook mengubah cara kita terhubung satu sama lain, katanya.
Saya sendiri punya pendapat agak berbeda.
Facebook memang kelihatan menghubungkan si A dengan teman masa kecilnya atau si B dengan mantan pacarnya atau si C dengan teman barunya.
Tetapi sesungguhnya Facebook menarik karena memenuhi kecenderungan pola pikir kita bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau.
Dulu, rumput tetangga sudah lebih hijau.
Sekarang, Facebook bikin rumput tetangga tambah hijau saja.
Anda melihat foto-foto teman yang sedang berlibur sambil berpikir betapa menyenangkan hidupnya (dan menyedihkan sekali hidup saya, bekerja terus).
Anda melihat foto-foto teman yang sedang bermesraan dengan kekasihnya, foto-foto pernikahan teman, foto-foto keluarga yang kelihatan bahagia, foto-foto rekan kerja yang menggendong bayi yang lucu, foto-foto sedang makan enak…
Ahhh, Facebook bikin rumput tetangga tambah hijau saja.
Mungkin di zaman Facebook ini bersyukur jadi lebih berat.
Bagaimana pengalaman Anda?
P.S: Ada yang belum saya mengerti dari Facebook: tombol LIKE-nya itu. Misalnya, Anda membaca status teman yang bunyinya "Sedang butuh bantuan nih" atau sedang bergumul dengan persoalan tertentu. Lalu Anda menekan LIKE. Maksud? Anda suka kalau teman itu susah? Itu yang belum saya mengerti. Bukannya lebih baik menolong ya? Atau dalam dunia per-Facebook-an, menekan tombol LIKE itu sudah terhitung menolong?