Siapa Favoritnya Tuhan?

Rabu, Januari 13, 2010

Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan" (Luk. 3:22b)

Suatu hari. Belum lama ini.

Seorang umat bertanya kepada saya dengan nada suara sangat-ingin-tahu yang tidak bisa disembunyikan, "Di antara semua kelompok yang frater dampingi, kelompok mana yang frater paling senangi?"

Jika Anda adalah umat yang bertanya ini, apa yang Anda harapkan sebagai jawabannya? Tambahan informasi, Anda termasuk dalam salah satu kelompok yang sedang saya damping. Dan beberapa anggota kelompok Anda hadir di situ mendengarkan juga pertanyaan itu. Mereka segera menghentikan aktivitas yang sedang mereka kerjakan dan menunjukkan minat terhadap jawaban yang akan meluncur dari mulut saya.

Semua orang menanti.

Jawaban apa yang Anda harapkan diam-diam di dalam hati?

Itu pulalah yang saya pikirkan.

Jadi, jawaban saya kepadanya (lebih tepatnya, mereka) adalah "Biasanya saya tidak menjawab pertanyaan itu".

Adakah orang tua yang menjawab pertanyaan, "Siapa di antara anak-anaknya yang menjadi favoritnya?" Meskipun semua orang tua (saya berani bertaruh untuk itu) memiliki di dalam hatinya anak kesayangan. Tahukah Anda tanda seorang anak menjadi favorit orang tuanya?

Konon katanya, menurut salah satu teori, tandanya ialah ketika sang anak menceritakan sebuah kisah yang lucu orang tuanya biasanya tertawa lebih keras—padahal kadar lucunya standar. Namanya saja teori. Jangan terlalu penasaran. Anda tidak perlu membuktikannya dalam pertemuan keluarga.

Kalau terlanjur penasaran, itu bukti bahwa Anda ingin dicintai. Anda ingin disayang. Anda ingin difavoritkan. Anda ingin di-anak emas-kan. Siapa yang tidak? Semua orang begitu.

Siapa yang tidak ingin difavoritkan oleh suaminya? Atau istrinya? Atau anak-anaknya? Atau atasannya? Atau kekasihnya? Atau rekan-rekan kerjanya? Atau romonya? Atau, jangan tertawa, frater Aris?

Semua orang ingin difavoritkan oleh orang lain. Selalu ada bagian separuh anak tunggal dan separuh anak bungsu dalam diri kita, tidak peduli di urutan ke berapa kita lahir dalam keluarga.

Sekarang, mari penasaran bersama yang lebih berkelas, Tuhan punya anak emas gak ya?