Profil Saya di Situs Kencan

Jumat, Januari 08, 2010

Tanggal 29 Desember 2009.

Saya menerima sebuah email yang aneh. Tapi tidak saya hiraukan. Email itu datang dari orang yang sama sekali asing. "Orang iseng" pikir saya waktu itu.

Hari terakhir di tahun 2009. Belasan jam menuju tahun 2010.

Email yang sama masuk lagi. Dari orang asing yang iseng. Begini bunyinya.

Hello my dear, my name is Susan. I saw your contact today at dating site and became interested in you, I will also like to know you the more, and I want you to send an email to my email address so I can give you my picture for you to know whom I am. I believe we can move from here! (Remember the distance or colour does not matter but love matters a lot in life). Thanks.

Yours,

Susan

My email address: …

Kalau email ini bisa disebut hadiah penutupan tahun, maka inilah hadiah tutup tahun yang aneh. Teramat aneh.

Tentu saja saya tidak keberatan berkenalan dengan orang asing—bukankah kita semua orang asing pada awalnya?!. Dan tentu saja saya setuju dengannya bahwa cintalah yang berpengaruh dalam hidup.

Tetapi profil saya ada di situs kencan??? Selera humornya aneh. Dan saya tidak memiliki selera humor semacam itu, jadi saya tidak membalasnya—walau terbit sedikit rasa penasaran, wanita (kalau benar ia wanita) macam apa yang mengajak berkenalan ini.

Saya tidak tahu apakah Anda pernah mengalami hal semacam ini. Tetapi dengan kehadiran email dan belakangan Facebook dan situs jejaring sosial lainnya, cara perkenalan kita telah berubah.

Teknologi telah mengubahnya.

Bukan hanya cara perkenalan kita, kesetiaan kita pun mendapat tantangan yang tidak ringan. Godaan-godaan untuk beralih dari komitmen yang telah dibuat bisa sedemikian terbuka dan gencar. Susan, misalnya, adalah bukti dari godaan yang terbuka dan gencar itu.

Tetapi dari pengalaman, saya berani mengatakan, bukan teknologi tetapi manusia di belakangnya!

Kita yang menentukkan.

Anda yang menentukkan.

Facebook dan segala macamnya itu hanya memudahkan godaan terkirim dalam hitungan detik. Anda-lah yang memutuskan mau direspon atau tidak.

Rasa penasaran (dan kesepian) biasanya adalah awal dari banyak kerusakan yang datang belakangan.

Ada saatnya rasa penasaran dan kesepian harus dinikmati sendirian.