"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" (Mrk. 3:4)
Katanya, kesempatan selalu ada. Yang membuat orang sering mengeluh tidak ada kesempatan adalah karena orang tersebut tidak selalu berjaga-jaga untuk melihat dan menangkap kesempatan itu.
Begitu pun kesempatan bagi kita untuk berbuat baik kepada orang lain. Selalu ada. Selalu tersedia di depan mata. Setiap hari. Sesungguhnya kesempatan bagi kita untuk menambah pundi-pundi amal di surga selalu disediakan Tuhan. Apa gunanya surga jika Tuhan tidak menyelipkan kesempatan-kesempatan berbuat baik dalam hidup kita?
Kendati demikian (maksudnya kendati setiap hari ada kesempatan berbuat baik), baik juga jika ada hari di mana kitalah yang mencari-cari kesempatan untuk berbuat baik.
Poinnya adalah satu hari khusus yang memang sengaja direncanakan dan ditetapkan sebagai "Hari Kebaikan". Dan hari itu adalah—usul saya—hari Minggu.
Mengapa hari Minggu?
Gampang saja. Hari minggu itu hari istirahat. Anda tidak berada di kantor. Anda tidak sedang berada dalam tekanan deadline. Anda tidak sedang dikejar target ini dan itu.
Anda punya banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang baik. Anda punya banyak waktu untuk menginginkan hal-hal yang baik. Anda punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang baik.
Jika enam hari sebelumnya Anda tidak punya cukup waktu untuk melihat dan menangkap kesempatan untuk berbuat baik, hari Minggulah waktunya.
Atau, jika pada enam hari sebelumnya Anda tidak bisa menambah pundi-pundi amal Anda, hari minggulah waktunya.
Atau, jika pada enam hari sebelumnya Anda sibuk dengan dosa ini dan dosa itu (siapa yang tidak?), hari minggulah waktunya untuk mengurangi dosa.
Pertimbangkanlah usul saya ini.
Hari minggu itu "Hari Kebaikan", saudara-saudara.