Hosti atau Ayam Goreng KFC?

Senin, Agustus 03, 2009

Suatu malam di Manado. Belum lama ini. Saya sedang berjalan menuju tempat pemberhentian angkutan umum melalui emperan pertokoan ketika suara lirih khas seorang bocah menghentikan langkah saya. Bocah pengemis rupanya. Saya meraih selembar seribuan, menyerahkan padanya dan berjalan lagi.

Setelah kurang lebih 10 meter jauhnya, saya melirik arloji, pukul 21.30 WITA. "Mungkin dia belum makan," pikir saya. Ketika mengangkat muka lagi, bangunan KFC persis berada di depan mata saya. Saya tersenyum, "Mengapa tidak?". Saya kembali lagi pada bocah tadi. Ia masih dalam posisi yang sama. Duduk sambil menadahkan tangannya.

"Ngana pe nama sapa kote?" (Nama kamu siapa?)

"Nando," jawabnya tak bertenaga.

"So makan?" (Udah makan?)

"Blum".

"Mari jo dang" (Ayo)

Dia bangkit berdiri dengan kecepatan mengagumkan. Lalu ia berlari memanggil tiga temannya yang lain, bocah-bocah bernasib sama dengan penampilan yang khas (Anda pasti tahu seperti apa). Nando, Utu, Betyu dan Nando (lagi). Berlima kami memasuki KFC dengan iringan tatapan mata aneh dari yang melihatnya. Berhubung biasanya saya lebih banyak ditraktir (sebagian karena umat mau dapat pahala di surga, sebagian karena umat sayang sama fraternya, sebagian lagi karena tidak tega, sebagian lagi karena umat tahu fraternya tidak punya banyak uang, mungkin sebagian lagi karena kasihan, hehehe), maka mentraktir 4 bocah ini rasanya semacam kehormatan. Kebetulan pula saya baru dapat rejeki lumayan, pemberian umat.

Karena sedari pagi perut mereka belum terisi, makannya lahap sekali. "Baru ini kali kong kita dapa makang sadap" celutuk Utu. Katanya, baru saat itu ia mencicipi makanan enak. Astaga… Ketika mereka menyelesaikan makannya dan menyeruput tandas minuman bersoda itu, saya terkesima dengan apa yang saya lihat di wajah mereka dan bahasa tubuh yang mereka tampilkan. Keempat bocah ini bergairah lagi, semangat mereka muncul, ada cahaya di mata mereka. Mereka seperti siap menghadapi kerasnya jalanan. Bocah-bocah ini hidup lagi.

Yesus berbicara tentang Diri-Nya sebagai Roti yang menghidupkan. "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku ia tidak akan haus lagi" (Yoh. 6:35).

Jadi, mari merenungkan, apakah setiap kali sehabis menerima Hosti Kudus saya bersemangat lagi, siap menghadapi kerasnya dunia, optimis kembali sekalipun banyak persoalan? Apakah saya merasa hidup lagi? Apakah iman saya hidup lagi? Atau semua sudah menjadi sedemikian rutin sehingga diam-diam Roti Hidup itu tidak lebih dari secuil roti renyah yang tawar?

Hosti yang kita sambut adalah sungguh Tubuh Kristus yang membuat kita hidup, penuh harapan dan optimis. Yang penting modal awalnya adalah 'Hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah' (Yoh. 6:29). Apakah Anda sungguh percaya Hosti itu Tubuh Kristus sendiri yang menghidupkan?

Jangan sampai ayam goreng KFC bikin Anda merasa lebih hidup.