Di"fitnah" Anak-Anak

Senin, Agustus 03, 2009

Baru-baru ini saya di"fitnah".

Oleh bocah kecil berumur 3 tahun. Mungkin 4.

Jangan tanya bagaimana rasanya.

Saya sedang berdiri membolak-balik sebuah majalah di counter majalah dan koran di mall di Manado ketika bocah ini datang menghampiri dari samping, nyaris mau memeluk.

Saya melihatnya. Bocah laki-laki dengan pipi yang chubby. Ia sedang menatap saya dengan serius. Saya tersenyum. Dia tidak. Dan saya bukan tipe pencinta anak-anak yang dengan segera akan mencandainya, berusaha membuat dia tertawa atau sejenisnya. Jadi, sebuah senyum saja rasanya cukup (teman saya pernah bilang, "Dasar cold"). Lalu saya menoleh lagi pada majalah yang saya pegang. Dia masih menatap saya, kali ini dengan lekat-lekat.

Sedetik kemudian suara yang keluar dari mulutnya yang mungil adalah, "Papa, papa, papa".

Saya bingung. Apa salah saya sampai dia harus memanggil papanya? Cuek terhadapnya? Tidak bersahabat? Tidak menyapanya?

Saya menoleh sekeliling. Tidak ada siapa-siapa yang datang.

Jadi?

My God, bocah kecil ini sedang memanggil saya.

Dia mulai menarik perhatian orang-orang sekeliling yang mulai melirik dan menatap kami berdua. Dan mata-mata yang menatap kami itu seperti mau mengatakan, "Dasar laki-laki… Ayo tanggung jawab".

Paniklah saya. Sementara bocah ini terus saja memanggil saya "Papa" seperti yakin sekali kalau saya memang papanya.

Otak saya bergerak cepat. Seingat saya, saya sudah tidak berpacaran selama 7 tahun ini. Selingkuh pun tidak. One night stand, apalagi. Jadi, mustahil bocah ini anak saya.

Tapi tetap saja saya panik setengah mati. Adakah umat di antara orang-orang yang menatap kami? Dan apa yang harus saya lakukan: membekap mulutnya? Menariknya pergi? Membujuknya diam? Bagaimana caranya?

Tiba-tiba datang tergopoh-gopoh seorang pria, "Ade, papa di sini" katanya pada bocah kecil ini. Dia meraih si bocah dalam pelukannya. Mereka berlalu pergi.

Fiuhhhh…

Peraturan pertama dalam dunia fitnah memfitnah adalah jangan pernah difitnah oleh seorang anak kecil: Anda tidak akan pernah tahu bagaimana cara menghadapinya.

Ok, mungkin bocah itu sedang ingin menjaili saya saja. Kalau benar begitu, dia sukses luar biasa. Kalau benar begitu, saya berani bertaruh dia akan menjadi pria terjail sedunia.

Saya ingin sekali bertemu dengan bocah itu lagi, hanya ingin mengatakan, "Nak, bagaimana mungkin saya papa kamu". Perbedaan fisik kami seperti langit dan bumi: kulitnya putih bersih, rambutnya lurus seperti mistar dan halus seperti sutra sementara saya, ya gitu deh.