Suatu ketika ada seorang anak, Johan namanya, sedang mengikuti sebuah lomba balap mobil mainan. Suasana siang itu sungguh meriah karena hari itu adalah final. Hanya tersisa 4 orang dan semuanya sedang memamerkan mobil buatannya sendiri. Memang begitulah aturan perlombaan: harus mobil buatan sendiri.
Mobil Johan tak istimewa di bandingkan 3 peserta lainnya. Karena itu beberapa orang meragukan apakah mobilnya bisa bersaing dengan yang lainnya. Namun bangga dengan mobilnya karena buatannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan: final kejuaraan mobil balap mainan dimulai. Setiap anak mulai bersiap di garis start untuk mendorong mobil mereka masing-masing sekencang-kencangnya. Di setiap jalur lintasan telah siap empat mobil dengan empat "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah.
Namun sesaat kemudian Johan meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Mulutnya tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Semenit kemudian ia berkata, "ya, aku sudah siap".
Dor… Dengan satu hentakan kuat mereka mendorong mobil mereka masing-masing. Mobil-mobil itu melaju cepat di lintasannya masing-masing. Semua orang yang hadir berteriak menyoraki mobil jagoannya. Ini final dan pemenang harus ditentukan. Tali lintasan finish pun terlambai. Dan, tanpa diduga-duga sebelumnya, mobil Johan mencapai garis finish terlebih dahulu. Johan keluar sebagai pemenangnya.
Saat pembagian piala tiba, Johan tampil ke depan dengan bangga. Sebelum menyerahkan piala ketua panita bertanya kepadanya, "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan supaya kamu menang, bukan?" Johan terdiam. ":Bukan pak. Bukan itu yang saya panjatkan."
Ketua panitia dan semua yang hadir mengernyitkan dahi. Johan melanjutkan, "Sepertinya tidak adil meminta Tuhan untuk menolong saya mengalahkan yang lain. Saya hanya mohon pada Tuhan supaya saya tidak menangis kalau kalah".
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Beberapa saat kemudian bunyi tepuk tangan yang bergemuruh terdengar.
Nah, saudara-saudariku, supaya masuk surga, simak kata-kata Yesus pagi ini, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: 'Tuhan, Tuhan' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga" (Mat. 7:21). Dan "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu" (Mat 7:24). Kehendak Bapa yang dimaksudkan Yesus jelas: mencintai Allah dan mencintai sesama seperti diri sendiri.
Maka tidak perlu susah berpikir: mana yang lebih penting, doa dulu atau tindakan dulu? Karena bahkan dalam doa pun Anda bisa melakukan tindakan cinta kepada sesama. Itu pesan dari cerita yang Anda baca di atas. Jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri ketika berdoa. Ada kecenderungan, kita rajin berdoa tetapi hanya untuk memohon prestasi kita, kesehatan kita, kesuksesan usaha dan karir kita, kerukunan keluarga kita, masa depan anak-anak kita.
Kita, kita, kita dan kita lagi; semuanya tentang kita.
Egois amat.
Cobalah seperti Johan. Kalau belum bisa selalu, yaaa sekali-sekali juga oke. Paling tidak, pernah sekali dalam hidup.
0 komentar:
Posting Komentar