CLiGspiration: Praktikkan Cinta yang Teguh

Jumat, September 12, 2008

Benang merah dari kehidupan yang yang penuh makna dan sukses adalah disiplin diri. Disiplin memungkinkan Anda melakukan semua hal yang menurut hati Anda sebaiknya dilakukan, namun Anda tidak pernah merasa senang untuk melakukannya. Tanpa disiplin diri, Anda tidak akan dapat menentukan tujuan dengan jelas, mengatur waktu Anda dengan efektif, memperlakukan orang lain dengan baik, melalui hal-hal sulit,memerhatikan kesehatan, atau memikirkan hal-hal positif.

Saya menyebut kebiasaan disiplin diri ini dengan "Cinta yang Teguh" karena tegas kepada diri sendiri sebenarnya adalah gerakan mencintai. Dengan tegas kepada diri sendiri, Anda akan mulai menjalani hidup secara lebih hati-hati, menurut cara Anda sendiri, daripada menyikapi hidup seperti selembar daun yang suatu hari mengapung di aliran sungai mengikuti jalannya arus.

Seperti yang saya ajarkan, semakin Anda tegas kepada diri sendiri, hidup akan semakin mudah Anda jalani.

Kualitas hidup Anda pada akhirnya dibentuk oleh kualitas pilihan dan keputusan Anda, mulai dari karir yang Anda pilih hingga buku-buku yang And abaca, mulai dari saat Anda bangun setiap pagi hingga hal-hal yang Anda pikirkan sepanjang hari itu. Jika Anda selalu konsisten untuk mengambil keputusan-keputusan yang Anda tahu benar (bukan hanya mudah), Anda akan kembali mengendalikan hidup Anda. Orang yang efektif dan merasa puas tidak menghabiskan waktu mereka untuk melakukan hal-hal yang paling nyaman dan paling mudah. Mereka memiliki keberanian untuk mendengarkan hati mereka dan melakukan hal-hal yang bijaksana. Kebiasaan ini membuat mereka menjadi orang besar.

"Orang yang sukses memiliki kebiasaan melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang yang gagal," tulis E.M Gray, seorang penulis esai dan pemikir. "Mereka tidak senang melakukannya walaupun perlu. Namun ketidaksenangan ini ditempatkan di bawah kekuatan tujuan mereka." Penulis Inggris di abad 19, Thomas Henry Huxley, juga memperoleh kesimpulan yang sama, katanya, "Mungkin hasil yang paling berharga dari semua pendidikan adalah kemampuan membuat diri sendiri melakukan hal-hal yang harus Anda lakukan, ketika memang harus dilakukan, tidak peduli Anda senang atau tidak dalam melakukannya."

Aristoteles, seorang filsuf, melihat poin kebijaksanaan ini dengan cara lain: "Apa yang kita pelajari untuk kita lakukan, kita belajar dengan melakukannya: manusia menjadi seorang pembangun, misalnya, dengan membangun. Orang menjadi pemain harpa dengan memainkan harpa. Sama halnya, dengan bertindak adil, dengan bertindak terkontrol, kita dapat mengontrol diri sendiri, dan dengan bertindak berani, kita menjadi pemberani".

(Dari: Robin Sharma, Who Will Cry When You Die?, hlm. 9-10).

P.S: Masih ingat tulisan saya yang "Apa Masalah Anda?" Ini sambungannya. Dalam bahasa yang lebih serius. Kata kuncinya masih tetap sama: disiplin, disiplin dan disiplin. Asal tahu saja saya masih tetap setia memberi makan mujair-mujair kami sehabis misa pagi (emang penting ya? Hehehe).

0 komentar: