Pencobaan Ketiga

Rabu, Oktober 22, 2008

Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku" (Mat 4:8-9). Itulah pencobaan Yesus yang ketiga.

 

Apa yang mencolok dalam pencobaan yang ketiga ini dan yang sekarang pun kita hadapi?

 

Dalam pandangan Bapa Suci, si pencoba, sama seperti kepada Yesus, "tidak memakai cara kasar dengan menghasut kita secara langsung untuk agar kita mesti menyembah dia. [Perhatikan ini!] Ia cuma menganjurkan agar kita mengambil keputusan yang masuk akal, agar kita memberi prioritas pada sebuah dunia yang dirancang dan ditata secara seksama, di mana Allah boleh saja mendapatkan tempat-Nya sebagai urusan pribadi, namun tidak boleh campur tangan dalam tujuan-tujuan hakiki kita".

 

Silahkan mengingat lagi pengalaman-pengalaman pribadi di mana hal itu terjadi: mengabaikan doa dan perayaan ekaristi atau menolong orang lain yang membutuhkan atau mengampuni, dst, karena ada pertimbangan-pertimbangan lain yang kelihatannya lebih masuk akal. Atau ayat-ayat Kitab Suci kita kutip secara sepotong-sepotong demi mendukung kepentingan kita.

 

"Maka pencobaan Yesus yang ketiga ternyata merupakan cobaan yang mendasar karena berkaitan dengan pertanyaan jenis tindakan macam apakah yang diharapkan dari seorang Penebus dunia".

 

Dengan kata lain, "Apa yang sesungguhnya dibawa Yesus, bila bukan kedamaian dunia, kemakmuran universal, dan sebuah dunia yang lebih baik? Lalu, apa yang sudah Ia bawa?"

 

Dalam bahasa yang lebih sederhana pertanyaan-pertanyaan di atas bisa dirumuskan demikian: Ngapaian kita percaya ama Yesus kalo menderita terus? Ngapain kita mesti ngikutin Yesus kalo selalu mesti pikul salib?

 

Untuk pertanyaan apa yang sudah Yesus bawa, Bapa Suci menulis demikian, "Jawabannya sangat sederhana: Allah".

 

Yesus telah membawa Allah. Yesus telah membawa Allah, "dan kini kita tahu wajah-Nya, kini kita dapat berseru kepada-Nya. Kini kita tahu jalan yang mesti kita tempuh sebagai makhluk insani di dunia ini. Yesus telah membawa Allah dan bersama Allah kebenaran tentang asal usul serta tujuan kita: iman, harap dan kasih".

 

… Maka berkatalah Yesus kepada-Nya: "Enyahlah Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Lalu Iblis meninggalkan Dia… (Mat 4:10-11a).

 

Bapa Suci menulis, "Yesus tampil sebagai pemenang jaya dalam pertarungan-Nya melawan iblis. Terhadap dusta si pencoba berupa nujum tentang kekuasaan dan kemakmuran, terhadap janji palsunya tentang suatu masa depan yang menyajikan segala sesuatu kepada semua manusia melalui kekuasaan dan melalui kemakmuran—Yesus menjawab dengan kenyataan bahwa Allah adalah Allah, bahwa Allah adalah Kebaikan manusia yang sejati".

 

"Terhadap bujukan untuk menyembah kekuasaan, Tuhan menjawab dengan sebuah perikop dari Kitab Ulangan, kitab yang persis sama dengan yang dikutip iblis itu sendiri: "Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Ia sajalah engkau berbakti" (Mat 4:10; bdk. Ul. 6:13).

 

Perintah paling hakiki untuk Israel adalah juga perintah yang paling hakiki untuk [kita] orang-orang Kristen: Allah sajalah yang patut disembah".

 

Bukan materi, bukan pula kekuasaan.

 

Karena materi dan kekuasaan yang disembah membawa kita pada kebinasaan.

 

P.S: Ada satu teks Kita Suci singkat yang bagus yang biasa kami baca dalam doa malam: "Waspadalah dan berjaga-jagalah sebab setan musuhmu berkeliling seperti singa yang mengaum-ngaum mencari mangsa. Lawanlah dia, teguh dalam iman".

0 komentar: