Bau Busuk

Senin, Oktober 13, 2008
Kejadian ini belum terlalu lama. Baru dua minggu lalu. Di tempat tinggal kami, di Pineleng.
Apa itu?
Suatu pagi seorang frater membuka kran air untuk menyikat giginya ketika bau busuk itu menyeruak. Bukan. Bukan dari tempat sampah. Bukan pula dari rimbunan tanaman.
Dari air yang mengalir dari kran itu.
Heboh. Karena bau busuknya ternyata menyebar kemana-mana lewat air yang mengalir dari begitu banyak kran di rumah kami. Setelah dicek oleh petugas air ketahuanlah penyebabnya: ada tikus yang mati lemas dalam menara penampung air kami. Tindakan segera diambil: menara dikuras, air dibuang. Juga air-air di bak-bak mandi. Alhasil setengah hari itu hidup kami seperti di padang gurun.
Kemarin malam saya mengikuti misa di sebuah gereja yang tak jauh dari tempat tinggal kami. Di depan saya duduk dua orang gadis manis dengan keharuman yang tak kalah manisnya. Hanya berbeda dari bau tikus mati itu, wangi keduanya tidak menyebar ke seluruh gereja. Hanya di sekitar tempat duduknya saja.
Waktu homili tiba, banyak kejadian muncul silih berganti di kepala saya. Entah yang saya alami sendiri maupun yang diceritakan orang kepada saya. Kejadian-kejadian itu, mengikuti bau tikus mati dan dua nona manis itu, bisa dibagi atas dua kelompok: “busuk” (akibat kesalahan/kejahatan) dan “wangi” (akibat kebaikan).
Aha…. Yang “busuk” menyebar ke mana-mana, sekalipun ditutup-tutupi. Banyak orang akan segera tahu, cepat atau lambat.
Yang “wangi”, kadang tidak menyebar. Apalagi ke mana-mana. Hanya beberapa orang saja yang tahu.
“Pantas saja gosip bisa beredar ke semua orang,” pikir saya.
Kita memang, entah mengapa, lebih suka berbagi cerita tentang bau busuk dari tong sampah ketimbang wangi parfum dari orang yang berpapasan dengan kita di jalan. Heran…
Jadi, pikir dua kali sebelum berbuat kejahatan.
Anda lalai dalam tugas saja, ceritanya bisa sampai ke mana-mana. Kalo Anda berbuat baik, berapa yang tahu?

0 komentar: