Memberi Untuk Yang Pura-Pura Buta

Kamis, Oktober 09, 2008

"Saya sekarang memahaminya. Setiap pria memberikan hidupnya pada apa yang diyakininya. Setiap wanita memberikan hidupnya pada apa yang diyakininya. Kadang-kadang orang hanya meyakini sedikit hal atau tidak meyakini apapun, sehingga mereka hanya memberikan sedikit atau tidak memberikan apapun…" (Joanne D' Arc)

Membaca kata-kata Joanne D' Arc di atas, saya otomatis merenung: apa keyakinan yang saya pegang selama ini? Terutama dalam hal memberi, baik hidup (waktu, pikiran, tenaga) maupun materi?

Teman baik saya pernah mengatakan pada saya apa yang diyakininya. "Semakin banyak kita memberi, semakin banyak pula yang kita dapatkan". Dan saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri, keyakinannya memang berbuah. Ia memberi banyak senyum, keramahan dan kepedulian. Hasilnya, banyak teman pulalah ia dan banyak pulalah yang ramah dan peduli padanya. Ia memberi dari yang diperolehnya dengan kerja keras. Alhasil, "gak tau ya frat tapi kayaknya ada aja rezekinya".

Katanya memang ketika kita mengosongkan apa yang kita miliki, Tuhan akan mengisinya kembali dengan berkat berlimpah.

Teman saya yang lain sedemikian aktifnya dalam pelayanan. "Mengapa?" tanya saya suatu kali. "Gue yakin ter, ini cara gue ngelayani Tuhan," jawabnya mantap.

Kalo Anda mengunjungi Manado, Anda akan segera melihat pemandangan ini, terutama di pusat kota: seorang buta berjalan dengan tongkat sambil dituntun oleh orang lainnya. Biasanya mereka ini mengemis atau membawa sejumlah bungkus kacang untuk dijual, seribu perak harganya. Biasanya dari satu rumah makan ke rumah makan lain mereka berkeliling.

Teman saya tidak pernah membelinya lagi, bahkan tidak pula sekedar memberi seribu perak kepada mereka. Alasannya? "Saya pernah ditipu. Ternyata orang itu pura-pura buta". Imbasnya, semua orang buta dan rekan kerjanya tidak memperoleh belas kasihnya lagi. Temannya teman saya berusaha meyakinkan dia kalau memberi itu tidak terletak pada orang-orang buta ini. Memberi itu, katanya, tergantung diri sendiri. Memberi itu pilihan nurani. Orang yang menerima mau menyalahgunakannya, itu urusan dia sama Tuhan.

Apa yang Anda yakini sehingga Anda memberi? Atau bisa tidak memberi?

0 komentar: