Bukan Singa

Selasa, Agustus 19, 2008

Ini cerita untuk yang sedang ingin mengomel dan marah-marah hari ini. Juga bagi yang bukan hanya ingin, tapi memang sedang mengomeli dan memarahi orang lain. Hanya untuk mengingatkan efeknya.

Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang memiliki sifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan meminta sang anak untuk memaku satu paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar… Lalu setiap hari sesudahnya jumlah itu  berkurang. Dia mendapati bahwa lebih mudah menahan amarah daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari di mana anak itu merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan menjadi lebih sabar. Dia memberitahukan ini kepada ayahnya. Sang ayah lalu meminta anak ini untuk mencabut setiap paku setiap hari di mana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu sampai kemudian anak itu memberitahukan pada ayahnya bahwa semua paku telah dicabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar tersebut.

"Hmmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi lihatlah pagar lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama lagi seperti sedia kala".

"Ketika kamu mengatakan sesuatu yang menyakitkan dalam kemarahan, kata-katamu itu akan meninggalkan bekas seperti lubang ini… di hati orang lain.

"TIdak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada".

Jadi, bijaksanalah.

Kalau dipikir-pikir repot juga jadi manusia, marah saja butuh kebijaksanaan. Tapi itulah sebabnya kita disebut manusia dan bukan singa.

0 komentar: