Mulai Aja Belon

Kamis, Mei 26, 2011

Di awal tahun ini, di biara ini, diadakan perayaan syukur Natal 2010 dan Tahun Baru 2011.

Perayaan ini dihadiri oleh romo-romo MSC (Misionaris Hati Kudus Yesus) dan suster-suster PBHK (Putri Bunda Hati Kudus) yang sedang berkarya di Jepang. Hadir pula beberapa umat.

Di kesempatan ini saya dan teman saya yang baru tiba dari Indonesia akan diperkenalkan.

Mengingat kami berdua baru sebulan di jepang, kami disarankan oleh romo pemimpin biara untuk memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang.

Karena "It will be a big surprise for everybody, no?". Rupanya belum pernah ada orang yang baru tinggal sebulan di Jepang dan langsung bisa bercas-cis-cus dengan lancer.

Jadilah kami menyiapkan perkenalan singkat berisi hal standar seperti nama, asal, tujuan datang ke Jepang dan kesan pertama tentang Jepang. Kemudian perkenalan, yang setelah ditulis ternyata tidak singkat, itu diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang.

Kami harus menghafalnya. Selama 7 hari.

Entahlah teman saya, tapi pada hari pertama pikiran saya sangat kreatif; kreatif mencari alasan, pembenaran dan seseorang untuk disalahkan.

Seperti, "Ntar kalo salah ngomong di tengah jalan juga pasti orang ngerti. Baru sebulan di Jepang ini".

Seperti, "Kalo di tengah jalan tiba-tiba pikiran blank dan bikin malu, tinggal kasih tahu saja siapa yang harus disalahkan".

Pernahkah Anda mengalaminya?

Pikiran Anda bergerak kreatif mencari alasan, pembenaran dan seseorang untuk disalahkan. Padahal, mulai aja belon!

Kegagalan seperti juga penyesalan (dan polisi, kata orang) biasanya ada di akhir kejadian.

Tetapi ada jenis kegagalan yang sudah tercium bahkan sebelum kejadian sesungguhnya dimulai.

Kegagalan tercium sejak awal jika mulai aja belon pikiran kita sudah bergerak kreatif ke mana-mana mencari alasan, pembenaran dan seseorang untuk disalahkan.

Tentu saja setelah menemukan alasan dan pembenaran dan seseorang untuk disalahkan, perasaan kita menjadi tenang untuk memulai sesuatu. Tetapi usaha kita tidak lagi 100 %. Dan karenanya, kemungkinan gagal menjadi lebih besar.

Di hari keenam, di kamar mandi, saya memutuskan untuk berhenti mengasihani diri sendiri dan berhenti mencari alasan.

P.S: Adakalanya keputusan serius dibuat di tempat yang tidak serius, seperti kamar mandi.