Ironi di Pertapaan Rawaseneng

Minggu, Mei 01, 2011

Biara Pertapaan Rawaseneng, 2010.10.30, ret-ret pribadi hari ke-2.

Kucing itu menatap saya, tajam, ketika saya mengambil gambarnya.

Mungkin, setengah penasaran melihat benda hitam di tangan saya yang mengarah kepadanya. Setengahnya lagi, ia bangga ada penonton menyaksikannya keberhasilannya. Kucing itu ingin pamer. Seperti juara yang memamerkan pialanya. Mungkin.

Pialanya siang itu adalah seekor kadal malang, terjulur dari mulut kucing itu.

Ketika saya merekam momen itu dengan kamera, tidak ada alasan muluk-muluk. Saya hanya ingin memotret.

Tetapi beberapa hari lalu ketika saya melihat foto itu lagi, saya baru menyadari ironi yang tersimpan di baliknya.

Biara Pertapaan Rawaseneng di Temanggung merupakan tempat yang istimewa.

Biara tempat para pertapa OCSO hidup ini benar-benar sejuk, hening dan damai.

Begitu menjejakkan kaki di gerbang masuk pertapaan ini, suasana doa langsung terasa.

Jika Anda ingin mencari kesegaran rohani, pergilah ke sana.

Tuhan memang ada di mana-mana. Tetapi di pertapaan itu, kehadiran-Nya sungguh terasa.

Karena ketika dalam masa persiapan untuk menjalankan tugas perutusan ke Jepang, saya mengadakan ret-ret pribadi di sana.

Dan persis pada hari kedua ret-ret pribadi, saya menyaksikan kucing itu memangsa kadal malang persis di depan kamar saya.

Bahkan di tempat dengan aura kekudusan yang kentara seperti itupun, makhluk hidup yang satu membunuhi makhluk hidup yang lain.

Hampir seperti Anda berdoa, berdoa dan berdoa tetapi kejadian buruk bisa terjadi persis di depan mata Anda. Bahkan terjadi dalam hidup Anda.

Injil hari ini memberi harapan, dalam situasi buruk sekalipun tetaplah berdoa, tetaplah percaya.

Karena “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh. 20:29)

Tangan Tuhan telah bekerja, sedang bekerja dan akan terus bekerja.

Semoga damai sejahtera memenuhi hati Anda. Selamat memasuki Bulan Maria.