Allah merancang setiap bagian tubuh Anda. Dia dengan terencana memilih ras Anda, warna kulit Anda, rambut Anda, dan setiap karakteristik lainnya. Dia merancang dan membuat tubuh Anda seperti yang Dia inginkan. Dia juga menentukkan talenta-talenta alami yang akan Anda miliki dan keunikan dari kepribadian Anda. Alkitab berkata, "Engkau mengenalku lahir dan batin, Engkau mengenal setiap tulang dalam tubuhku; Engkau mengetahui persis bagaimana aku dijadikan, sedikit demi sedikit, bagaimana aku dipahat dari kehampaan menjadi sesuatu" (Mzm. 139:15).
Anda yang sudah pernah membaca The Purposen Driven Life-nya Rick Warren barangkali tidak akan asing dengan paragraf pembuka di atas. Saya memang mengutip mentah-mentah dari buku yang terkenal itu. Faktanya, saya sedang mendalami isi buku tersebut dengan sekelompok orang muda.
Mengapa saya mengutipnya?
Saya setuju mentah-mentah juga dengan keyakinan sang pendeta dalam buku tersebut.
Bahwa Allah merancang setiap bagian tubuh kita. Setuju.
Kemarin, Sabtu (21/08), bersama dengan seorang teman saya melihat seperti apa persisnya tubuh kita ini di bawah permukaan kulit. Kami melihatnya di sebuah pameran tubuh manusia; tubuh asli manusia. (Selama di pameran itu saya tidak bisa menahan diri untuk menebak-nebak siapa manusia-manusia yang dipamerkan ini dan adakah mereka setuju anggota tubuhnya dilihat-lihat dan diraba seperti daging sapi di pasar?)
Kami ditemani berkeliling dan melihat-lihat (dan mengambil gambar) oleh salah seorang penjaga pameran itu yang ternyata adalah seorang calon dokter. Kecuali siapa manusia-manusia itu dan adakah mereka setuju diperlakukan mirip daging sapi, semua pertanyaan saya terjawab (seperti, cincing yang katanya dipasang pada jantung di bagian mana persisnya, di mana prostat itu dan mengapa bisa terkena kanker dan lain-lain semacam itulah).
Jadi, apa yang mau saya katakan sesungguhnya?
Kembali ke kata-kata Rick Warren di atas: Allah merancang setiap bagian tubuh kita. Benar. Melihat bagian dalam tubuh manusia berikut sistem kerjanya, saya percaya, menciptakan manusia bukanlah pekerjaan seorang amatir. Allah dan hanya Allah saja yang bisa melakukannya.
Tetapi setelah menyelesaikan karyanya, Allah mengizinkan kita untuk berkuasa penuh atas tubuh kita. Allah menyerahkan pilihan kepada kita: mau diapakan karya-Nya itu?
Itulah sebabnya, di pameran itu, saya melihat paru-paru yang dipajang bersih berdampingan dengan paru-paru yang sudah menghitam. "Yang hitam itu karena pengaruh merokok" kata si calon dokter.
Di tangan Tuhan tidak ada remote control. Kita bukan robot.
Sekarang saya penasaran, bagaimana reaksi Tuhan melihat paru-paru hitam tersebut? Bagaimana reaksi Tuhan jika kita memilih untuk merusak ciptaan-Nya ini? Bagaimana reaksi Tuhan jika melihat kita merusak diri sendiri?
Jika Anda melihat seseorang merusak karya ciptaan Anda di depan mata Anda sendiri, bagaimana reaksi Anda?