Nasib Bank di Tangan Satpam

Senin, Agustus 16, 2010

Di Manado, beberapa kali saya harus berurusan dengan bank. Dengan beberapa bank yang berbeda. Tetapi kenyataan yang saya dapati sama saja antara beberapa bank itu.

Kenyataan yang sama itu adalah pintu masuknya ditunggui oleh seorang satpam.

Ia membukakan pintu. Menyapa saya sesuai waktu saya masuk ("Selamat pagi, pak" kalau pagi hari misalnya). Dan jika saya kelihatan bingung, dia akan menawarkan bantuan, "Ada yang bisa saya bantu, pak?". Dan jika saya menyatakan pangkal kebingungan saya, dia akan dengan ramah pula menjawab. Bila perlu mengantarkan saya ke tempat yang ingin saya tuju. Baru sesudah satpam-satpam itu, saya berhadapan dengan mbak-mbak cantik yang kadar keramahannya mirip dengan suara-suara otomatis di telepon genggam saya.

Sejauh ini satpam-satpam dengan keramahan luar biasa itu sangat membantu. Paling tidak begitu pengalaman saya. Dan karena itu saya tidak pernah merasa tidak nyaman berurusan dengan bank.

Saya tidak terlalu paham hierarki jabatan dalam dunia perkantoran. Tetapi saya membayangkan satpam mungkin berada di dasar hierarki.

Kalau hidup bisa mengejutkan kita dengan ironi-ironinya, inilah salah satu ironi itu.

Mereka yang berada di dasar justru nyaris paling menentukkan. Mereka yang berada di dasar justru bisa membuat perbedaan.

Jika satpam-satpam itu tampil menyebalkan, tamatlah bisnis raksasa itu. Nasabah seperti saya, karena banyaknya pilihan, akan dengan mudah berpindah.

Jadi inilah nasehat saya yang buta dunia perkantoran: kapan saja Anda memperlakukan mereka yang berada di dasar hierarki dengan buruk, Anda sedang membunuh usaha Anda dengan tangan Anda sendiri.

Lucu juga, banyak tidaknya nasabah sebuah bank sebagian ditentukan oleh satpam.

P.S: Jika tulisan ini jatuh ke tangan salah seorang dari mereka, mungkin sebentar lagi mereka akan menuntut kenaikan gaji. Atau Anda bisa berinisiatif. Eh, ngomong-ngomong, besok libur loh. Selamat berlibur.