Ada yang berubah.
Seingat saya ketika berkenalan dengan siapa saja, mereka yang baru saja saya kenal ini suka melemparkan beberapa pertanyaan standar. Salah satu di antaranya, "No Hp-nya berapa?" Kalau mereka adalah umat Katolik biasanya, "Kapan jadi romo?".
Tapi itu tahun lalu.
Sekarang, pertanyaan standar macam "No HP-nya berapa?" nyaris tidak terdengar lagi.
"Frater punya facebook?" Ini jenis pertanyaan standar baru. HP masih penting, tetapi rupanya tidak lagi mendesak untuk diketahui.
Saya menanggapi pertanyaan standar ini dengan jawaban standar pula yang singkat, padat, jelas (tapi untuk mereka mengejutkan), "Tidak punya". Biasanya air muka mereka berubah, seolah-olah ingin mengatakan, "Frater ini hidup di tahun berapa ya?" tetapi karena yang dihadapi ini frater maka respon yang keluar jauh lebih sopan, "Bikin facebook dong frater…".
Sore tadi, di sebuah pusat servis komputer di Manado, sementara menunggu komputer saya selesai diotak-atik, seorang kenalan (karyawan di situ) memanggil saya untuk memperlihatkan sesuatu di komputernya.
Facebook-nya.
"Ini artinya apa frater?" katanya sambil menunjuk status salah seorang temannya.
Bahasa Perancis.
"Nin tau" jawab saya. ("Gak tau")
"Ngana pe tamang so berapa?" tanya saya. ("temannya udah berapa?")
"400-an". Bangga.
Saya teringat alasan asal-asalan yang saya ajukan pada seorang teman yang membujuk saya membuat akun facebook. "Saya gak yakin kalo saya bakalan punya teman di facebook".
Beberapa waktu yang lalu, saat tidak ada koneksi internet di rumah kami, saya mendatangi sebuah warnet. Ada 100 buah komputer di sana. Ternyata semuanya sedang dipakai. Rata-rata pemakainya mahasiswa/i. Karena penasaran (situs apa yang sedang dikunjungi?), saya berkeliling. Ternyata hampir 90 % di antaranya memelototi hanya satu situs. Saya tahu Anda bisa menebak situs apakah gerangan.
Jadi, akhir-akhir ini saya mulai berharap semoga bukan hanya pertanyaan standar ketika berkenalan saja yang berubah. Semoga kehadiran facebook terlebih-lebih membuat kualitas pertemanan yang dibangun semakin meyakinkan.
Ngomong-ngomong tentang kualitas pertemanan, sudahkah saya mengatakan kepada Anda reaksi kenalan saya di servis komputer itu begitu saya mengatakan saya tidak tahu bahasa Perancis?
"Kita nda mo balas… nda kanal lei kwa kita" katanya, cuek. (Saya gak bakalan kasih komentar… gak kenal pula dia siapa").
Rupanya definisi "teman" pun sudah berubah.
"Jadi, berapa dari 400-an teman itu yang sungguh kamu kenal?" Sebetulnya lidah saya sudah gatal ingin menanyakannya. Tapi, buat apa menghancurkan kebanggaannya.
Setelah menulis ini semua, saya mulai penasaran: apa lagi yang berubah semenjak ada facebook?
Mmmmm, mungkin akan (atau sudah?) ada yang bertanya, "Bisakah pengakuan dosa dilakukan melalui facebook?"
Kalau pertanyaan itu benar-benar diajukan, saya tidak akan pusing tujuh keliling. Soalnya, jawaban saya belum berubah, "Saya gak punya facebook". Lagi pula, dua tahun lagi (amin!) saya baru jadi romo.
Saudara-saudari penikmat facebook, serius: adakah yang bisa memberitahu saya, apalagi yang sudah berubah?