Jika Anda mengunjungi pusat kota Manado, pemandangan ini akan mudah Anda jumpai: orang buta dituntun oleh seorang yang lain sambil menjajakan kacang goreng dalam bungkus plastik kecil (4 x bungkus permen KISS) seharga seribu perak.
Tidak. Tidak. Saya tidak akan bercerita apalagi menasehati Anda soal memberi sedekah. Saya tahu Anda sudah melakukannya. Berulang kali. Di tempat Anda (Kapan sama orang buta di Manado? Hehehe).
Saya ingin bercerita tentang apa yang baru saya sadari.
Masih tentang orang buta dan pasangan penuntunnya ini. Hari-hari sebelumnya (sebelum satu minggu terakhir ini), biasanya ketika saya berada di pusat kota Manado saya melihat, secara sambil lalu, hanya satu-dua pasangan saja. Tapi dalam seminggu terakhir ini, begitu saya menaruh perhatian secara sungguh-sungguh (semacam penelitian tidak resmi), tadahhhh, mereka ada di mana-mana. Banyak sekali.
Apakah jumlah mereka meningkat?
Seminggu terakhir ini pula mall masuk dalam daftar tempat-wajib-dikunjungi. Biasanya ada beberapa alasan saya ke mall: ke bioskop-nya, ke hypermart-nya untuk berbelanja kebutuhan mandi dan bertemu dengan teman-teman di sana. Satu-dua kali tidak ada alasan khusus, hanya ingin ke sana saja. Biasanya pula saya melihat beberapa cewek cantik di sana. Tapi seminggu terakhir ini karena pengalaman orang-buta-dan-pasangannya-ada-di-mana-mana, saya mengunjungi mall dengan pertanyaan di kepala apakah cewek cantik pun ada-di-mana-mana-di-mall sama dengan pasangan unik itu.
Yup. Yang dibutuhkan hanyalah mata berkeliling ke mana-mana dengan satu fokus. Hasilnya: mereka benar-benar ada di mana-mana. Dan banyak sekali.
Maka, saya menarik kesimpulan sementara, jika saya berkonsentrasi pada hanya satu hal, hal itu akan mudah terlihat dan entah bagaimana jumlahnya jauh lebih banyak dari biasanya.
Jadi, pagi ini, saya senyum-senyum saja ketika mendengar Yesus menyindir dalam bacaan Injil hari ini, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Mat. 7:3)
Tentu saja.
Kalau pikiran saya hanya terfokus pada mencari-kesalahan-orang-lain, tiba-tiba orang malang itu "Gak ada baik-baiknya sama sekali". Sementara saya, seperti bunyi salah satu iklan, semua kebaikan ada pada saya.
Pernahkah Anda mengalaminya? Pernahkah Anda merasa susah sekali melihat kebaikan dalam diri seseorang? Kalau pernah, ini soal fokus saudaraku. Kalau fokus Anda hanya sisi negatifnya, ya dari ujung kepala sampai ujung kaki semuanya salah.
Fokus, saudaraku, fokus. Itu akar masalahnya.
p.s: In case ada yang mulai cemas frater-nya fokus ke cewek-cewek cantik, well, penelitian tidak resmi itu hanya seminggu saja. Mmmmm, penjelasan pendek yang tidak meyakinkan... Fokus, fokus.