"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele…" (Mat. 6:7a)
Silkwood, When Harry Meet Sally dan Sleepless in Seattle.
Pernah nonton film-film ini? Pasti pernah, minimal salah satunya.
Penulis skenario ketiga film luar biasa itu bernama Nora Ephron. Ibu Ephron ini memulai karirnya sebagai wartawan di New York Post dan Esquire sebelum terjun ke dunia perfilman. Ia menjadi wartawan gara-gara guru jurnalisme-nya di sekolah menengah.
Ceritanya, waktu hari pertama kelas jurnalisme, sekalipun belum punya pengalaman apa-apa soal menulis berita, gurunya ini meminta murid-muridnya (termasuk Ephron) menulis kalimat utama untuk surat kabar. Fakta-faktanya adalah: Kenneth L. Peters, kepala sekolah Beverly Hills High School, mengumumkan hari ini bahwa semua guru akan melakukan perjalanan ke Sacramento hari kamis depan untuk menghadiri seminar tentang metode mengajar yang baru. Para pembicaranya antara lain ahli antropologi Margaret Mead, Rektor Dr. Robert Maynard Hutchins, dan Gubernur California Edmund 'Pat' Brown.
Setelah fakta dibeberkan semua murid sibuk menulis kalimat utamanya. Hanya satu kalimat!
Beberapa saat kemudian sang guru mengumpulkan hasilnya. Semuanya salah.
Akhirnya, ia berkata, "Kalimat utama dalam berita ini adalah…"
Anda bisa menebak?
"Sekolah diliburkan kamis depan". Sudah. Itu saja.
Seperti itu pulalah, kurang lebih, maksud Yesus ketika Ia mengatakan "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah".
Kalimat utama dalam doa = intensi/ujud doa kita = to the point saja
Tuhan Maha Tahu. Jadi, mengapa mesti berpanjang-panjang dalam doa. Doa bukanlah permainan kata.
Hati-hati, bahaya dari doa yang berpanjang-panjang adalah terlalu mendramatisir isi doa atau malah melenceng jauh dari maksud yang hendak disampaikan.
Mau berdoa?
Kalimat utama saja ya.