Bagaimana weekend Anda?
Semoga ada yang menyenangkan yang terjadi. Kalaupun datar-datar saja malah menyebalkan, paling tidak Anda bisa bersyukur bisa melewatinya.
Syukur Anda masih bisa tiba di hari pertama pekan ini dan menikmati recharge hari ini—asumsinya selama ini Anda menikmatinya (belum ada complain soalnya. Atau, jangan-jangan, tidak dibaca).
Ya sudah. Pindah topik.
Minggu lalu, tidak biasanya majalah TIME langganan saya tiba lebih awal. Itu edisi minggu ini. Bagi Anda yang membaca majalah mingguan ini pasti familiar dengan rubrik 10 Questions. Bagi Anda yang tidak membacanya, ini rubrik yang isinya wawancara seorang tokoh. Uniknya penanya bukanlah wartawan majalah ini. Siapa saja, melalui e-mail.
Tokoh minggu ini Giorgio Armani. Anda tahu siapa dia, bukan?
Saya kutipkan kepada Anda secuil yang membuat saya terheran-heran dan terkagum-kagum.
+ As a fashion designer, do you ever think that people worry to much about their appearance?
─ I should say, "We are never concerned enough with our appearance!" But it has become so important, how we look to others. Sometimes it is too much. We can be fine in life without the latest Armani dress. We can be happy just seeing a film with friends. But this is the trend now, to worry about our appearance
Mengapa saya heran dan kagum?
Karena pernyataan di atas tidak keluar dari para pengkritik yang biasanya cenderung menilai segala sesuatu dari sudut yang negatif. Ini justru datang dari seseorang yang diuntungkan dari trend "khawatir-terhadap-penampilan" ini, mungkin mereka yang memicunya juga.
Karena, ya, bahkan seorang yang diuntungkan dari tren ini pun prihatin dengan kekhawatiran kita yang berlebihan tentang bagaimana kita terlihat di depan orang lain.
Apa boleh buat, secara alamiah kita memang kebanyakan mengandalkan tanda untuk mengatakan kepada orang lain siapa diri kita.
Secara alamiah kita lebih suka sesuatu yang kongkrit dan riil, yang bisa dilihat dan disentuh.
Misalnya, supaya orang lain tahu saya frater, ada jubah putih yang saya kenakan.
Supaya orang lain tahu Anda sukses dalam pekerjaan atau paling gaul atau paling sadar tren, Anda mengendarai kendaraan jenis tertentu, menenteng tas merek tertentu, menggunakan alat komunikasi tertentu, nongkrong di tempat tertentu, tergabung dalam klub tertentu, menekuni olahraga tertentu. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Seolah-olah berharga tidaknya diri kita ditentukan oleh apa yang kita kendarai, apa yang kita tenteng, apa yang kita pencet, apa yang kita tekuni dan di mana kita menghabiskan waktu.
Tahukah Anda?
Diam-diam, kecenderungan kita mengandalkan tanda yang nyata dan kongkrit menjalar juga dalam hidup rohani kita.
Apa itu?
(Sampai besok ya…)