Cinta Macam Apa Ini? (1)

Rabu, Februari 18, 2009

Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis (Mrk. 1:12-13)

Di pintu seorang teman saya pernah terpampang tulisan ini, "Untuk dunia kita hanyalah seseorang, tetapi untuk seseorang kitalah dunianya".

Kapan persisnya kita tahu bahwa kita (sedang) mencintai seseorang? Konon katanya persis ketika seseorang menjadi segalanya, menjadi dunia kita; ketika segala sesuatu tentang dia (pacar, suami, istri dan anak-anak); ketika judul hidup kita berubah dari "kebahagiaan saya" menjadi "kebahagiaan pasangan" dan "kebahagiaan anak-anak"; ketika seluruh energi kita curahkan untuk membahagiakan orang-orang yang menempati tempat istimewa dalam hati dan pikiran kita.

Pokoknya ketika kita mencintai seseorang, kita hanya ingin yang terbaik untuknya. (Bahkan ketika yang terbaik itu, untuk satu-dua teman saya, sama dengan merelakan orang-orang yang mereka cintai pergi dari hidup mereka).

Saya pernah membaca pengakuan seorang ibu, "Kecapaian saya bekerja seharian terbayar tuntas begitu melihat senyum anak-anak saya di rumah".

Begitulah.

Nah, sampai di sini sebetulnya saya mau bilang apa?

Beberapa hari yang lalu saya menulis tentang Yesus yang belum berbuat apa-apa tetapi sudah dikasihi luar biasa oleh Allah. Logikanya, karena Allah mengasihi Yesus seharusnya Allah menjamin semuanya berjalan baik-baik saja dalam kehidupan Yesus, bukan?

Tidak juga.

Baca kembali kutipan Kitab Suci di atas.

Segera setelah pembaptisan dan suara dari langit itu, Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di sana, bukannya melindungi dan memelihara, Allah justru membiarkan/mengijinkan Yesus dicobai oleh Iblis.

Allah baru saja mengatakan bahwa Yesus adalah Putera yang dikasihi-Nya tetapi tidak lama kemudian membiarkan saja Anak kesayangan-Nya ini berhadap-hadapan dengan iblis.

Itu sama saja dengan seorang ibu yang mengatakan kepada anaknya betapa ia adalah segalanya baginya tetapi menit berikutnya membiarkan saja sang bocah bersepeda di jalanan ramai dan padat.

Cinta macam apa ini?