Manado, 17 Januari 2009. Di siang hari yang cerah (setelah hujan terus menerus beberapa hari sebelumnya).
Setelah membeli sebuah novel (atas rekomendasi seorang teman baik saya), saya berjalan menuju warung tak bernama yang jaraknya tak jauh, 25 meter kurang lebih, dari Gramedia Manado. Lapar. Sepiring nasi ditemani sayur kangkung lengkap dengan seekor mujair berukuran sedang dengan kuah kuning kental dan agak pedas (orang Manado menyebutnya mujair woku). Ini menu andalan saya—makan siang paling enak sedunia.
Keluar dari sana, saya menumpangi angkutan umum yang sopirnya sedang keranjingan mendengar lagu-lagu reggae—ini salah satu aliran musik favorit saya juga. Sopirnya baru berusia 20-an tahun. Apakah saya sudah mengatakan rambutnya ditata model mohawk? Yep, mohawk berwarna pirang. Sepanjang perjalanan pulang itu, hanya ada 3 orang di atas mobil itu: saya, seorang penumpang lain dan sopir gaul itu. Jadi saya bisa membaca beberapa halaman novel yang baru saya beli sambil mendengarkan lagu2 favorit saya.
Sore harinya, tanpa direncanakan, saya bertemu lagi (di dunia maya) dengan seorang teman yang lama sekali tidak ada kabar beritanya (cepat sembuh ya Dee).
Malamnya sehabis makan malam, saya menenggelamkan diri dengan novel baru itu. Sampai tamat. Malam itu juga. Saya biasanya dengan segera akan berhenti membaca di tengah jalan dan tidak lagi ingin menyelesaikannya lagi jika novelnya tidak menarik.
Ahhhh, what a day!
Hari sabtu kemarin memang hari yang penuh dengan kebahagiaan-kebahagiaan kecil.
Syukurlah ada kebahagiaan-kebahagiaan kecil seperti itu. Kalau tidak betapa membosankan hidup ini.
Semoga Anda ,hari ini, bahkan sepanjang minggu ini, dilimpahi dengan sejumlah kebahagiaan kecil.
Tuhan memberkati kita sekalian.
0 komentar:
Posting Komentar