Adakalanya, untuk mengerti sesuatu, kita harus mengalaminya sendiri.
Adakalanya, karena kita mengalaminya sendiri, kita bukan hanya mengerti. Pandangan kitapun turut menjadi luas.
Dan dengan pandangan yang menjadi luas itu, kita menjadi tidak mudah untuk menghakimi.
Di Indonesia, beberapa kali saya membaca entah kisah fiksi pun non-fiksi tentang keluarganya yang sedemikian miskin sampai tidak memiliki pemanas di kala musim dingin tiba.
Tentu saja membaca kisah tentang pemanas dan musim dingin tetapi berada di belahan bumi yang panas sepanjang tahun membuat saya tidak mengerti penderitaan yang dialami keluarga tersebut.
Ok, di musim dingin pastilah butuh pemanas. Masuk akal.
Tetapi seberapa dingin sehingga pemanas sedemikian penting dan seberapa menggigil jika tanpa pemanas, tidak pernah bisa saya bayangkan.
Dan karena tidak bisa dibayangkan, cerita seperti itu tidak cukup menggerakkan hati saya.
Sekarang, hidup di tengah musim dingin ini membuat saya mengerti penderitaan seperti apa yang harus dilalui oleh mereka yang berkekurangan.
Musim dingin tanpa pemanas itu seperti memasukan tangan ke dalam kulkas yang dingin selama berjam-jam (itupun rasa dinginnya kurang lengkap karena di musim dingin bukan hanya tangan saja yang kedinginan).
Adakalanya, untuk mengerti sesuatu, kita memang harus mengalaminya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar