“Dad, I’m growing up now. I can make my own decision” adalah jawaban teman saya, asal Jerman, kepada papanya ketika ia dilarang untuk datang ke Jepang dan tinggal di sini selama setahun.
Dengan kata lain, “Saya tetap akan pergi ke Jepang dengan atau tanpa izin papa”.
Dia menceritakan peristiwa itu kepada saya di Nagoya jadi Anda bisa menebak akhir dari pembicaraan antara ayah dan putri semata wayangnya itu.
Saya bercerita dengan beberapa orang tua sehingga bisa mengatakan ini dengan yakin: ketika anak beranjak dewasa, orangtua menyadari tiba saatnya anaknya mengatur hidupnya sendiri.
Tetapi dari cerita dengan beberapa orangtua itu pula saya bisa dengan yakin mengatakan ini: sekalipun mereka menyadari anaknya sudah bisa memikul tanggung jawab atas hidupnya sendiri, orangtua tetaplah orangtua dan anak tetaplah anak.
Ada tanggungjawab yang tetap diemban sebagai orangtua sehingga mereka selalu merasa perlu terlibat dalam hidup anaknya. Tidak peduli seberapa pun usia anaknya.
Orangtua tetaplah orangtua.
Anak tetaplah anak.
Karena tanggungjawab itu, jika hidup anak berantakan, orangtua diam-diam melihat kembali hidup mereka ke belakang, “Kita pernah bikin salah apa sampai hidup anak kita begini?”
Seolah-olah, kesalahan masa lalu orang tua adalah penyebab kegagalan anak-anaknya.
Padahal belum tentu kesalahan masa lalu itu menjadi sebab.
Padahal kegagalan anak-anaknya bisa jadi akibat keputusan-keputusan yang mereka ambil sendiri.
Tetapi, orangtua tetaplah orangtua.
Tidak gampang menjadi orangtua.
Semoga keputusan Maria dan Yosep untuk menjadi orangtua bagi bayi Yesus menjadi kekuatan iman bagi Anda, para orangtua.
Tuhan mencintai kita sekalian.
0 komentar:
Posting Komentar