Sama-sama mengagumkan. Menjadi orangtua itu mengagumkan. Menjadi frater juga mengagumkan.
Apanya yang mengagumkan menjadi orang tua?
Ada Romo senior di biara yang saya tinggali sekarang ini biasanya mencuci sendiri peralatan makan dan minum yang dia gunakan.
Bukan hanya sehabis makan siang dan makan malam.
Gelas yang dipakainya untuk menikmati teh hangat atau kopi di waktu senggangpun langsung dicuci. Tidak digeletakkan begitu saja di pantry.
Biara ini memang tidak memiliki pengurus rumah tangga yang akan mencucikan peralatan makan yang kami gunakan. Setiap orang bertanggungjawab atas peralatan makannya sehabis dipakai. Kecuali ada sukarelawan di antara kami yang mencucikannya.
Karena itu, tentu saja, tindakan Romo senior itu wajar belaka.
Seperti Anda yang ditinggal pembantu kala lebaran tiba dan harus melakukan pekerjaan rumah sendiri.
Tidak ada yang istimewa. Wajar.
Paling tidak, itu dugaan saya sewaktu beliau berkeras mencuci gelasnya sendiri.
Ternyata meleset.
Ini alasan beliau, "Mama saya sangat disiplin. Sewaktu masih kecil, setiap kali sehabis makan mama saya akan memastikan anak-anaknya langsung mencuci peralatan makan mereka masing-masing".
Romo senior itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-69.
Di mana letak mengagumkannya menjadi orangtua?
Ajaran orangtua tertanam dalam hati, pikiran dan perbuatan anaknya. Bahkan setelah 69 tahun kemudian!
Keren ya?????
Oh, dan di mana letak mengagumkannya menjadi frater?
Kotbah frater langsung dilupakan umat persis setelah kalimat "Semoga demikian".
Menjadi frater dan menjadi orangtua memang sama-sama mengagumkan. Tetapi beda kualitasnya.
Eh, kok jadi curhat ya?
"Semoga demikian".