Jika sunglasses Anda ketinggalan di Starbucks, apa yang akan Anda lakukan?
a. Segera kembali mengambilnya (itu jika Anda belum terlalu jauh)
b. Segera melupakannya (karena Anda bisa membeli lagi yang baru atau Anda masih memiliki stok sunglasses atau Anda terlalu malas untuk balik lagi)
Ada yang bilang, masih ada pilihan c. "Pacar saya yang ganti dong".
Kok?
"Ya, siapa suruh dia gak ngingetin saya".
Rupanya pacarnya ada bersama dia di Starbucks. Dan jika dia lupa sunglasses-nya di sana? Itu karena, menurutnya, pacarnya lalai menjalankan tanggungjawabnya.
Setelah mendengar cerita itu, saya merasa kasihan kepada mereka yang selalu mengira bahwa di dunia ini ada orang yang terlahir kreatif dan ada orang yang terlahir tidak kreatif.
Kita semua terlahir kreatif.
Teristimewa ketika tiba giliran menemukan alasan menyalahkan orang lain.
Teristimewa ketika tiba giliran mencari alasan untuk membenarkan kesalahan kita.
Contoh. Alkohol itu musuh kesehatan. Anda tahu. Saya tahu. Semua orang tahu. Tetapi mengapa kita tetap mengkonsumsinya?
Karena, Kitab Suci bilang, "Cintailah musuhmu".
Kreatif.
Tetapi masalahnya adalah setiap kali kita merasa baik-baik saja atau terlihat baik (karena alasan 'tepat' yang kita temukan), ada orang lain yang menjadi korban.
Supaya kita merasa baik, kelihatan baik, dan dinilai baik, kita mengorbankan orang lain.
Dan suatu saat hal yang sama terjadi sebaliknya. Supaya orang lain itu merasa baik, kelihatan baik, dan dinilai baik, Anda dikorbankan. Pernah mengalaminya?
Menjadi korban sama sekali tidak menyenangkan.
Jadi, jika sunglasses Anda ketinggalan di Starbucks, apa yang akan Anda lakukan?
(Pilihan d. Sorry frat, gak punya sunglasses).