Palingkan Hati ke Luar

Senin, Mei 25, 2009

Pukul 14.00 WITA (dalam kamar pribadi)

Tahun lalu seorang teman dan ibunya yang baik hati mengirimi saya sebuah buku yang bagus, Everyday Greatness. Saya sudah membacanya. Tapi entah mengapa siang ini saya mengambilnya lagi dari rak buku yang saya khususkan untuk buku-buku yang sudah pernah saya baca.

Di salah satu halaman, saya menemukan sepotong kisah nyata dari Pendeta Billy Graham (mungkin Anda pernah mendengar namanya, kalau belum, gampang, google saja).

Seorang wanita menulis kepadaku tentang kebosanan yang dirasakannya ketika anak-anaknya sudah dewasa dan meninggalkan rumah. Kukatakan: "Dahulu, keluarga dekatmu membutuhkan sebagian besar waktu dan kekuatanmu. Sekarang kau dapat memperluas jangkauan cintamu. Ada anak-anak di lingkungan pemukimanmu yang membutuhkan pengertian dan persahabatan. Ada banyak orang tua di sekitarmu yang sangat butuh ditemani, orang buta yang bahkan tidak bisa menikmati televisi yang menurutmu membosankan. Mengapa kau tidak pergi ke luar dan menemukan kesenangan dengan menolong orang lain?" Beberapa minggu kemudian, dia menulis lagi: "Aku mencoba resepmu. Ternyata manjur sekali. Aku telah berjalan dari gelap menuju terang".

Di halaman lain, ada kutipan yang sangat inspiratif.

Dalam pencarian kita tentang makna kehidupan, tempat terbaik untuk memulainya adalah di luar diri kita—dengan memikirkan orang lain dan melakukan perbuatan yang menyiratkan kemurahan hati, sekecil apapun.

Jika Anda belum/tidak lagi memiliki orang-orang khusus tempat Anda mencurahkan cinta Anda, palingkanlah hati Anda ke luar. Selalu ada orang yang membutuhkan perhatian Anda. Sekecil apapun.

Selamat berbuat baik hari ini.

Pukul 06.15 WITA (di kapel saat misa)

Pandangan mata saya tertumbuk pada salah satu ayat dari surat Paulus kepada jemaat di Efesus: "Karena kita ini buatan Allah, yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya" (Ef. 2:10).