Kimono selalu menarik perhatian saya di bulan-bulan awal ketika saya tiba di Jepang Desember dua tahun lalu.
Sekarang, kimono masih menarik tetapi tidak lagi semenarik dulu.
Hampir seperti semua hal di dunia.
Sangat menarik di awal
Lalu, masih menarik beberapa saat kemudian.
Akhirnya, biasa saja.
Sore tadi, ketika melihat gadis cilik itu di kejauhan saya mengira melihat bocah Jepang dalam balutan kimono.
Ah, kimono lagi.
Begitu ia mendekat, ternyata bukan kimono.
Dan gadis cilik ini (dan, mungkin, orangtuanya) bukanlah orang Jepang.
“Sir, can I take a picture of your daughter?” yang langsung disetujui oleh pria yang mungkin ayahnya tanpa pikir panjang.
Saya memotretnya beberapa kali di tempat itu juga sambil disaksikan oleh orangtuanya yang berdiri tidak jauh.
“Thank you, Sir” kata saya menyudahi kenorakan itu.
Beberapa saat kemudian, setelah melihat hasil jepretan, saya baru menyadari saya melewatkan sesuatu yang penting.
Namanya siapa ya?
Ini pakaian tradisional dari negara mana ya?
Hal baru (barang baru, orang baru, relasi baru, pacar baru) selalu berhasil bikin kita terkagum-kagum.
Dan, tentu saja, berhasil membuat kita lupa menggali informasi detil nan penting.
Tidak heran, keputusan yang diambil pada saat kita sedang terkagum-kagum banyak kali bukan keputusan tepat.
P.S: Rupanya ada jenis kebanggaan dalam hati orangtua jika orang mengagumi anaknya. Mungkin karena itu orangtuanya membiarkan saja orang asing ini memotret putri mereka. Kami bahkan tidak berkenalan pada awalnya.
0 komentar:
Posting Komentar