Would you like to go somewhere?
Itu adalah pertanyaan seorang Romo yang tinggal serumah dengan saya kepada Romo satunya lagi.
Romo yang terakhir saya sebut ini baru saja merayakan ulang tahunnya Seminggu yang lalu.
Usia beliau 85 tahun.
Di usia seperti itu, beliau tidak lagi bisa menyetir sendiri mobilnya karena gangguan penglihatan. Sebelum gangguan penglihatan itu beliau terbiasa menyetir mobilnya sendiri jika ingin bepergian.
Karenanya, Would you like to go somewhere? adalah tawaran yang wajar. Beliau memang tidak bisa lagi menyetir mobil, tidak berarti beliau tidak ingin lagi ke mana-mana, kan?
Karenanya lagi, wajar saja jika romo lain yang masih bisa menyetir mobil menawarkan bantuan.
Tetapi hari berikutnya, juga sehabis makan malam, saya mendengar tawaran yang sama lagi. Juga dari romo yang sama.
Dan hari berikutnya lagi.
Ok, saya mulai menaruh perhatian.
Hari berikutnya lagi. Tawaran yang sama.
Sehabis santap malam berikutnya lagi.
Ternyata… setiap malam!!! Sampai sekarang!!!
Tiba-tiba, saya sadar saya sedang menyaksikan cinta di depan mata.
Biasa saja jika orang bermurah hati sekali-dua kali. Atau menawarkan dan atau melakukan sesuatu untuk mengesankan orang lain.
Seperti pacar yang baiknya setengah mati di tiga bulan pertama masa pacaran.
Wajar saja.
Tetapi cinta yang sesungguhnya baru akan kelihatan setelah masa menggebu-gebu itu berakhir.
Karena cinta yang sesungguhnya itu soal konsistensi.
Seperti, Would you like to go somewhere? yang ditanyakan setiap malam.
Konsisten.
Cinta.
P.S: Adakalanya romo 85 tahun ini menerima tawaran itu. Adakalanya ia hanya ingin tinggal di rumah, beristirahat. Tetapi tidak peduli tawarannya diterima atau ditolak, pertanyaan yang sama terus diajukan. Tidakkah itu cinta?
0 komentar:
Posting Komentar