Pelajaran dari Lubang Wastafel

Jumat, Juni 03, 2011

Di rumah ini, dari 17 wastafel (jangan tanya, ini Jepang), ada satu yang mengeluarkan bau tak sedap.

Hanya satu saja.

Saya repot-repot menceritakannya kepada Anda karena satu wastafel yang mengeluarkan bau tak sedap ini ada di kamar saya.

Memang tidak selalu bau tak sedap itu keluar dari lubang wastafel. Kadang-kadang saja (baca: jika, untuk beberapa saat, saya tidak menggunakannya).

"Mungkin karena pipanya sudah tua sehingga harus terus dialiri air" adalah penjelasan yang saya terima.

Jadilah saya, jika sedang berada di kamar, harus memutar keran dan membiarkan air mengalir begitu saja barang sebentar.

Dan itu saya lakukan tiap dua jam sekali.

Apakah saya tidak terganggu? Tentu saja, ini pertanyaan bodoh karena jelas terlalu terang benderang.

Tetapi seperti kata Stephen R. Covey, 'Kita membentuk kebiasaan, setelah itu kebiasaan membentuk kita'.

Saya terganggu.

Tapi itu dulu.

Dari lubang wastafel masih keluar bau yang sama, tapi saya sudah terbiasa.

"Kalo mau, kamu bisa pindah ke kamar lain" tawar Romo pemimpin kami. Dan saya harus kehilangan pemandangan di luar jendela yang, mengutip teman saya, "Million Dollar view" itu?

Pengalaman saya hampir mirip seperti kita melakukan kesalahan.

Terganggu, pada awalnya. Terutama hati nurani.

Tetapi jika kita memilih untuk melakukannya terus-menerus, kita akan terbiasa. Apa yang dulunya kesalahan, sekarang jadi kebiasaan.

Begitu kesalahan jadi kebiasaan, kita mulai mencari alasan dan pembenaran.

Seperti saya dengan alasan tidak mau kehilangan pemandangan sejuta Dollar itu.

Begitu alasan ditemukan, hanya Tuhan yang tahu kapan kebiasaan itu akan berhenti.