Asumsi dan Soal Periksa Gigi di Jepang

Sabtu, Juni 25, 2011

Dua malam yang lalu, sambil menikmati masakan gurita yang lezat, saya dan romo pemimpin biara ini menonton tayangan di televisi.

"Saya tidak tahu ini channel apa".

Begitupun saya.

Yang pasti tayangan di channel-entah-apa-itu tentang pembuktian ilmiah entahkah Da Vinci Code-nya Dan Brown itu benar adanya.

"Gosh".

Setelah 9 tahun berlalu masih ada saja orang yang penasaran dengan kebenaran di balik kisah fiksi itu.

"Katanya sih kalo kita sudah punya asumsi kuat, apa saja bisa kelihatan seperti bukti".

Romo hanya mengangguk-angguk mendengarnya.

Ngomong-ngomong tentang asumsi, kemarin saya baru memeriksakan gigi ke dokter.

Akhir tahun lalu, sebelum datang ke Nagoya, dokter menambal gigi saya yang berlubang.

Sejak saat itu (dengan kata lain, tidak pernah terjadi sebelum gigi saya ditambal), setiap kali menyikat gigi, selalu ada darah yang keluar.

Dari mana lagi darah ini kalau bukan dari tambalan itu… Dokternya pasti kurang teliti waktu bekerja….

"Frater kali yang nyikat gigi terlalu kasar" kata teman saya ketika saya menanyakan asal darah itu. "Priksa lagi aja ke dokternya".

Tentu saja saya tidak kembali lagi ke dokter yang sama. Tapi juga tidak ke dokter gigi manapun.

Sampai kemarin, dokter membuktikan asumsi saya salah sama sekali.

"Aris-san, gigi-gigi kamu normal. Bagus. Kecuali, dua gigi geraham bagian atas sebelah kiri. Bleeding."

"Bleeding bukan dari geraham bagian atas sebelah kanan yang ditambal itu ya dok?"

Tambalannya bagus. Tidak ada masalah, kata dokternya meyakinkan.

Selama 6 bulan saya hidup dengan asumsi bodoh itu (sambil menyalahkan si A dan si B).

Padahal hanya butuh 5 menit untuk mengetahui kebenarannya.

P.S: Untuk pemeriksaan 5 menit oleh dokter dan pembersihan seluruh gigi bagian atas oleh suster, saya haru membayar Rp. 200 ribu lebih. Jika tidak ada asuransi, saya harus membayar lebih mahal lagi. Asuransi sudah membayar 70 persennya. Rp. 200 ribu lebih itu 30 % dari ongkos sebenarnya.

P.S2: Saya harus kembali lagi ke dokter gigi bulan depan pada waktu yang sama: untuk membersihkan gigi bagian bawah dan entah apalagi. "Di Jepang, ke dokter gigi itu bukan one-time visit" kata romo pemimpin kami menerangkan.

P.S3: Ahhhh…. Jepang ya….