Berpikir positif, kebahagiaan datang.
Orang Amerika percaya itu.
Makanya ada Norman Vincent Pale dari zaman baheula dengan bukunya The Power of Positive Thinking sampai The Secret-nya Rhonda Byrne (ada sekuelnya loh, The Power. Udah baca?).
Bahagiakah orang Amerika?
Psychologies Magazine (yang sedang saya baca) menjawab dengan gamblang: tidak.
Ironis sekali.
Negara yang paling terobsesi untuk senantiasa berpikir positif justru bukanlah negara yang penduduknya paling bahagia.
Penduduk Denmark, kata majalah ini, paling bahagia.
Mengapa? "It's not because Danes think positive, but because they have modest expectations of life".
Ngomong-ngomong tentang kenyataan ironis di atas. Bukan hanya orang Amerika yang mengalaminya.
Tak jarang, semakin saya berusaha berpikir positif dan menyuntikan sebanyak mungkin hal positif ke dalam pikiran, rasanya saya tambah stress.
Ironis sekali.
Majalah ini memberi solusi sederhana, "That's enough thinking—it's time for action". Berhentilah mencemaskan entahkah pikiran kita positif atau negatif. Lakukan saja sesuatu yang kita pikir baik. Tidak perlu menunggu termotivasi dahulu. Ambil tindakan.
Seperti nasehat teman saya, "Tidak perlu motivasi tinggi untuk bangun pagi. Setel saja alarm dan bangunlah".