Seorang pria datang menemui saya dalam keadaan depresi dan tidak puas dengan pekerjaannya. Dia sudah bekerja di sebuah pabrik selama 10 tahun dan selama waktu itu pula ia terus berpikir untuk bekerja di tempat lain. Ia ingin melanjutkan lagi sekolahnya dan setelah itu menggeluti pekerjaan kantoran yang ia sukai.
Tetapi sementara ia terus sibuk dengan pikirannya dan impiannya itu, pekerjaannya di pabrik terbengkalai. Tahun berganti dan dia selalu tidak puas. Ia benci pekerjaannya di pabrik dan terus berpikir tentang pekerjaan baru (yang tidak kunjung ia temukan).
"Pernahkah kamu berpikir," tanya saya kepadanya pada suatu hari, "untuk berkonsentrasi penuh pada pekerjaan kamu sekarang? Pernahkah kamu berpikir untuk mencurahkan segenap waktu dan energi kamu untuk pekerjaan di pabrik itu?"
"Tidak ada gunanya," jawabnya. "Bahkan robot bisa melakukannya dengan baik".
"Tetapi itu pekerjaanmu setiap hari, bukan?" tanya saya.
Saya melanjutkan lagi, "Dan kamu tidak mengerjakannya dengan baik. Dan setiap kali kamu tidak mengerjakannya dengan baik, setiap kali pula kamu depresi".
"Maksudnya, saya harus mengerjakan pekerjaan bodoh itu seolah-olah hati saya ada di sana?" tanyanya.
"Kamu tokh sudah ada di sana setiap hari, kan?" jawab saya.
Seminggu kemudian pria itu kembali untuk mengatakan ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ternyata berkonsentrasi pada pekerjaan yang disebutnya bodoh itu membuatnya merasa lebih baik. Ternyata dengan mencurahkan hati, pikiran dan energi pada pekerjaannya di pabrik, dia mulai merasa hidup lagi. Depresi perlahan tapi pasti bergerak menjauh dari dirinya.
Tanpa depresi, ia kemungkinan akan bisa menemukan jalan mencapai ambisinya.
(Terjemahan bebas dari buku Care of the Soul, karangan Thomas Moore, seorang psikoterapis. Buku ini masuk dalam daftar New York Times Bestseller).
P.S: Bagaimana pengalaman Anda? Badan di sini, pikiran di sana? Coba terapkan nasehat Moore di atas. Anda sudah ada di situ setiap hari kan?