Nasehat Seorang Tua Tentang Kebahagiaan

Sabtu, Oktober 10, 2009

"Yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Luk. 11:28)

Lazim sekali ayat di atas ditafsirkan dalam kotbah-kotbah sebagai berikut: lebih baik menjadi pendengar dan pelaksana sabda Allah. Bagi yang menghadiri perayaan Ekaristi pagi ini—ayat di atas adalah bagian dari bacaan Injil hari ini—tentu baru saja mendengarkan tafsiran itu (lagi).

Mari merenungkan hal lain. Mari berbicara soal kebahagiaan.

Ya, ya, ya. Kebahagiaan itu soal state of mind saja; soal menurunkan harapan dan menjadi lebih realistis; soal menyediakan waktu berkualitas bagi diri dan orang yang dikasihi; bla-bla-bla…

Ok. Ok. Anda sudah tahu semuanya itu.

Tetapi mari menyimak kata-kata seorang tua yang paling saya hormati dan sumber inspirasi bagi saya. Layak untuk dipikirkan.

Kebahagiaan itu bukan tertawa lebar dan lepas. Itu salah satu ekspresi kebahagiaan. Kebahagiaan juga bukan perasaan senang. Itu efek dari kebahagiaan. Kalau orang menyamakan kebahagiaan dengan perasaan senang, "Itu kebahagiaan murahan" kata beliau.

Kebahagiaan itu, menurut beliau, adalah "rasa pasti, yakin dan mantap bahwa inilah hidup yang ingin saya jalani sampai tutup usia". Dan hidup yang ingin dijalani adalah hidup yang membuat kita bertumbuh menjadi semakin dewasa; hidup yang membuat kita merasa lengkap dan utuh sebagai manusia; hidup yang memungkinkan kita mengembangkan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita sampai batas maksimal. Itulah kebahagiaan.

Kongkritnya begini. Tanyakanlah kepada diri Anda, bahagiakah saya sekarang dengan semua yang sedang saya jalani?

Maksudnya, inikah hidup yang ingin saya jalani sampai tutup usia? Inikah pekerjaan dan karir yang membuat talenta saya berkembang ke titik maksimal? Inikah pasangan hidup yang membuat saya merasa lengkap dan utuh sebagai manusia? Inikah pasangan hidup yang membantu saya semakin bertumbuh dewasa entah dalam iman maupun dalam kepribadian? Dan seterusnya, dan seterusnya.

Anda bahagia jika Anda dengan mantap, yakin dan pasti mengatakan kepada diri sendiri inilah hidup yang ingin saya jalani; inilah orang yang dengannya saya ingin berbagi dunia; inilah orang yang dengannya saya ingin melahirkan, mendidik dan membesarkan anak-anak; inilah pekerjaan dan karir yang ingin saya tekuni; inilah bidang pelayanan yang di dalamnya saya ingin melayani Tuhan dan sesama; inilah bidang pendidikan yang ingin saya dalami di bangku kuliah; dan seterusnya dan seterusnya.

Jika Anda tidak merasa yakin, pasti dan mantap, Anda tidak bahagia. Dan jika Anda tidak bahagia dengan hidup yang Anda jalani sekarang, inilah tanda-tandanya: Anda selalu merasa ada sesuatu yang kurang dan salah tanpa tahu apa itu; Anda gampang sekali down, stress dan frustrasi berkepanjangan; Anda masih saja bingung dengan tujuan hidup Anda, Anda tidak pernah bisa mencurahkan segenap hati dan pikiran sekalipun Anda sudah mencobanya.

Sekarang, apa kaitannya dengan sabda Tuhan di atas?

Konon katanya tidak baik merecoki pikiran seseorang dengan banyak hal sekaligus. Jadi, ya, renungkanlah saja dulu yang sudah Anda baca.

Bahagiakah Anda?