"Engkau sayang akan pohon jarak itu. Mana mungkin Aku tidak sayang akan kota Niniwe yang besar itu?" (Yun. 4:10-11)
Mengapa Anda marah?
Nabi Yunus berada dalam perut ikan tiga hari lamanya, itu sudah di luar kepala Anda. Tetapi cerita-cerita sebelum dan sesudah kejadian itu, bisa jadi Anda buta sama sekali.
Begini. Nabi Yunus itu manusia biasa saja seperti kita. Yang menolak permintaan Allah untuk pergi ke kota Niniwe untuk mentobatkan penduduknya. Pikirnya, "Bertobat atau tidak, itu urusan mereka. Mengapa harus mencampuri urusan orang lain?" Persis seperti biasanya Anda dan saya pikirkan ketika melihat orang lain berbuat dosa dan kita tidak repot-repot untuk menegur atau membawanya pulang ke jalan yang benar.
Fast Forward. Setelah melihat Allah mengasihani penduduk Niniwe dengan membatalkan hukuman kepada mereka, Yunus marah kepada Allah. Tebak, mengapa beliau marah?
Begini ceritanya—bisa Anda baca versi lengkapnya di Kitab Yunus 4:1-11. Jadi, Tuhan menumbuhkan sebatang pohon jarak sebagai tempat berteduh beliau di kala panas menyengat. Yunus senang. Besoknya, seekor ulat menghapus kesenangan itu. Pohon jarak itu dibuatnya layu. Marahlah Yunus. Ia marah kepada pohon jarak itu dan kepada Allah. Kepada Allah, ia marah karena dua sebab: Niniwe yang seharusnya dibinasakan malah dipelihara sementara pohon jarak yang harusnya dipelihara malah dibinasakan.
Melihat itu, tanggapan Allah adalah "Engkau sayang akan pohon jarak itu. Padahal tidak sedikitpun engkau berjerih payah dan tidak pula engkau menumbuhkannya! Pohon itu tumbuh dalam satu malam dan binasa pula dalam satu malan. Nah, mana mungkin Aku tidak sayang akan kota Niniwe yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, dengan ternaknya yang begitu banyak? Padahal mereka itu tak tahu membedakan tangan kanan dan tangan kiri!" Masuk akal. Bijaksana.
Kembali lagi, mengapa beliau marah?
Sebelumnya, pernahkah Anda marah, ngambek, kesal untuk hal-hal yang kalau dipikir-pikir ternyata hanya karena kepentingan Anda terganggu?
Itulah juga penyebab nabi Yunus marah. Kepentingannya terganggu. Egonya terusik. Kalau ego terusik dan kepentingan pribadi terganggu, kita bukan hanya akan ngambek atau kesal tetapi bisa marah dengan tingkat kemarahan yang tidak masuk akal.
Ingat itu kalau Anda akan marah hari ini. Renungkanlah itu kalau Anda sudah terlanjur marah.
Ada saatnya demi kebaikan dan keselamatan bersama, kepentingan pribadi dan ego kita harus dikorbankan. Kalau tetap mempertahankan ego, Anda akan kelihatan seperti anak kecil. Sayang 'kan?