Pelayanan ala Jamal

Selasa, Juni 01, 2010

Memang usia kita muda

Namun cinta soal hati

Biar mereka bicara

Telinga kita terkunci

Saya sedang duduk menikmati soto rusuk babi terenak sedunia (yang hanya ada di Manado, nama tempatnya Soto Rusuk Babi Ko' Petrus. Anda harus mencobanya kalau datang ke Manado) ketika syair lagu Iwan Fals itu dilantunkan.

Lagu itu dinyanyikan dengan merdu sekali oleh seorang muda. Ia ditemani oleh seorang anak muda pula. Keduanya seumuran saya, kelihatannya. Keduanya pengamen.

Setelah menyelesaikan lagu itu dan diikuti kemudian dengan dua lagu lagi—lagu-lagunya Iwan Fals juga, mereka duduk semeja dengan saya. Saya mentraktir mereka makan.

(Soto terenak sedunia itu harganya amat terjangkau oleh kantong seorang frater, jika ditambah dua porsi lagi masih juga terjangkau. Apalagi saya baru saja menerima angpau dari umat sebagai tanda terima kasih atas pelayanan saya).

Tahukah Anda, rasanya membahagiakan berbuat baik secara spontan dan acak seperti itu?

"Banyak orang pikir kami mengamen hanya untuk mencari uang. Memang kebanyakan orang mengamen untuk mencari uang. Tetapi saya tidak," kata salah seorang dari antara mereka, Jamal namanya. Dia hanya bisa menamatkan SD karena keadaan ekonomi orang tuanya.

Jadi?

"Saya mengamen untuk menghibur orang lain. Tetapi juga untuk menghibur diri saya sendiri. Ada kepuasaan batin. Dapat uang atau tidak, itu soal keduanya".

Wow…

Bukan hanya cinta soal hati. Mengamen juga soal hati. Pada diri Jamal, mengamen itu pelayanan.